Jumat, 19 Juli 2013

Psikologi Pendidikan AIK (Al Islam Kemuhammadiyahan)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN 'AIK'
(AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN)
Oleh : Dirgantara Wicaksono,M.Pd
(Dosen Tetap PGSD,FIP,UMJ)

1.      Pengantar
Secara hermenitik dalam kajian Ilmu pengetahuan, terdapat pemisahan anatara ilmu psikologi dan ilmu pendidikan walaupun kedua bidang ilmu yang mengkaji perilaku manusia, sehingga memiliki common ground (dasar yang umum) yang cukup evident (penting). Objek kajian yaitu perilaku manusia sebagai hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, bersumber dari berbagai ilmu dan keduanya bersifat multireferensial. Kedua disiplin adalah bidang ilmu yang muda, artinya menjadi mandiri pada abad ke 19 (untuk psikologi) dan abad 20 (untuk pedagogik). Bedanya adalah bahwa psikologi adalah bersifat empiris dan mengkaji perilaku nyata sebagaimana adanya (as it is), sedangkan ilmu mendidik (pedagogik) lebih bersifat normatif dalam mengkaji perilaku manusia (as it should be). Referensi jamak yang dikandung oleh ilmu psikologi adalah filsafat, ilmu alam dan ilmu kedokteran, sedangkan referensi jamak yang dimiliki pedagogik adalah filsafat, antropologi, sosiologi, psikologi.  Ilmu mendidik adalah kajian perilaku manusia maka sebagai ilmu yang teoritis, ia bersumber dari dan diperuntukkan bagi praktek pendidikan dimana aspek psikologi melekat secara bersama-sama dalam dirinya. Sementara kajian agama islam terutama dalam Al islam kemuhammadiyahan , dimana Al islam kemuhammadiyahan islam membahas bagaimana pendidikan awal yang harus ditanamkan kepada anak-anak kita sesuai dengan prilaku rosullulah , yaitu pendidikan iman seperti setiap bayi yang baru lahir disunnahkan untuk didengungkan Asma Allah. Demikian juga pendidikan keimanan atau spiritual diajarkan oleh lukman kepada anaknya. Selain pendidikan spiritual Al islam kemuhammadiyahan , juga menjelaskan bagaimana manusia harus menggunakan akal pikirannya melalui ilmu pengetahuan untuk mempelajari alam ini.

II.   Pembahasan       
Tugas orang tua terpenting adalah mendidik dan membimbing anaknya agar menjadi manusia terpelajar dan berakhlak mulia. Orang tua tidak hanya berkewajiban memenuhi kebutuhan jasmani anak. Perhatian, kasih sayang, dan komunikasi yang baik sangat menunjang perkembangan jiwa anak-anak. Agama islam juga menjelaskan bagaimana pentingnya kasih sayang, komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua seperti digambarkan dalam kisah al-qur’an mengenai Lukman dengan anaknya, Nabi Yusuf dengan ayahnya, serta Nabi Ibrahim dengan anaknya Ismail. Kalau kita kaji kandungan ayat Allah tersebut banyak mengandung prisnsip-prinsip psikologi dan pendidikan.

2.1.    Manusia sebagai Mahkluk berpikir (Sosial Rasional)

Allah SWT pernah menjadikan manusia sebagai mahkluk yang mampu menggunakan otak untuk berpikir. Ayat-ayat dalam al-Qur’an banyak menjelaskan agar manusia menggunakan akal dan pikirannya. Untuk melakukan pemikiran tersebut Allah SWT telah mempersiapkan otak yang sangat komplit dan kompleks.
Sehubungan dengan fungsi berpikir, otak dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri.
Secara rinci, cara berpikir belahan otak sebagai berikut: setiap belahan otak terdiri dari bagan-bagan atau lobus. Lobus bagian depan berfungsi untuk berpikir, lobus bagian samping berfungsi untuk mendengar dan keberbahasaan. Lobus bagian atas berfungsi untuk pusat rasa dan bergerak dan lobus bagian belakang berfungsi untuk penglihatan.

Selain itu fungsi otak sebelah kanan dan sebelah kiri sebagai berikut:

            Otak sebelah kanan                                                Otak sebelah kiri
            Berpikir divergen                                          berpikir konvergen  
           
            - Kreativitas                                                   - Anilitis
            - Holistik                                                         - Linier
            - Imajinatif                                                      - Logis – teratur
            - Musik                                                           - Matematik logis
            - Interpersonal                                              - Visual
            - Intrapersonal                                              - Spasial       
           
Pusat-pusat otak akan terangsang melalui indra yang mengalirkan bagaikan aliran listrik,  semua informasi ke pusat-pusat otak melalui serabut-serabut syarafnya. Kita sebagai orang tua atau guru hendaknya mengembangkan kedua belahan otak secara seimbang melalui proses pembelajaran.
Agar proses pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan anak, Jean Piaget membagi perkembangan kognisi anak sebagai berikut:
-       Tahap Sensori Motor (usia 0 – 2 tahun)
Pada masa ini skema anak sangat terbatas. Anak hanya mempunyai kemampuan untuk menggemggam, mengisap, dan melihat benda. Pada masa ini anak hanya tertarik kepada benda yang ada pada saat itu. Apabila benda disingkirkan anak akan langsung lupa (usia 0–8 bulan). Pada usia 8–12 bulan anak sudah mampu menyadari benda yang ada, sekalipun suatu benda disingkirkan (permainan) maka ia berusaha untuk mencari mainan atau benda tersebut. Masa ini disebut masa ketatapan benda. Pada masa ini juga anak sudah mengembangkan hubungan antara pergerakan otot dengan pengaruhnya terhadap lingkungan; mengembangkan struktur mental untuk melambangkan dunia serta memikirkan benda-benda yang dilihat; menghasilkan kata-kata dan menggunakannya.
-       Tahap Pra Operasional (usia 2-7 tahun)
Masa ini berkaitan dengan perkembangan bahasa dan ingatan. Anak mampu mengingat dan mengerti sesuatu hal yang terjadi dilingkungannya walaupun masih bersifat sederhana. Perkembangan inteleknya bersifat egosentris (menyamaratakan). Mereka tidak menyadari bahwa orang lain mempunyai pandangan berbeda dengannya dan mengalami keterbatasan konservasi (masalah volume dan ukuran).
-       Tahap Operasi Kongkrit (usia 7 – 11 tahun)
Anak pada masa ini masih tergantung pada benda, mampu mempelajari kaidah lingkungannya, mampu menggunakan logika sederhana dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
-       Tahap operasi formal (11 – dewasa)
Pada masa ini anak telah mampu mengembangkan hukum dan mengerti peraturan yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Selain itu anak sudah dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah tentang hal yang bersifat abstrak.

            Berkaitan dengan pentahapan ini, seyogyanya orang tua dan guru memberikan contoh benda yang merangsang perkembangan otaknya sesuai dengan pentahapan tersebut. Selain itu orang tua harus berkomunikasi dengan anak dengan cara yang lemah lembut sesuai dengan ajaran agama kita. Juga orang tua harus mengenalkan Asma Allah, nyanyian yang bercirikan islam, serta mengkaitkan kekuasaan Allah SWT ketika memperkenalkan anak dengan lingkungannya seperti memperkenalkan tanaman, hewan, benda-benda langit (bintang), dan sebagainya. Pada masa operasi kongkrit (usia 7 – 11 tahun) anak juga perlu dirangsang pemikiran sederhana mengenai alam dan lingkungannya sesuai kaidah-kaidah agama. Pada tahap operasi formal anak sudah harus diajarkan mengenai hukum-hukum yang terkait dengan agama selain pelajaran umum serta pertimbangan-pertimbangan ilmiah yang didasarkan kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
            Cara terbaik untuk menjelaskan berbagai hal yang terkait dengan psikologi anak yakni dengan cara penuh kasih sayang, perhatian, dan dengan contoh serta teladan dari orang tua (mauizhoh khasanah).  Melalui komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak akan terjalin hubungan timbal balik, saling menyayangi, mengasihi dan saling mempercayai.

2.2.    Manusia sebagai Mahkluk Emosional

Emosi adalah perasaan yang hebat terhadap seseorang atau suatu objek tertentu. Defenisi lain mengemukakan emosi adalah keadaan perasaan yang komplek yang mengandung komponen kejiwaan, badan, dan perilaku yang berkaitan dengn affect (sikap) dan mood (perasaan). Emosi terkadang bisa mendorong seseorang menuju kepada kebaikan, seperti kepedulian terhadap orang yang mendapat musibah, keinginan untuk menolong dan mau berbagi rasa baik suka maupun susah. Emosi dekat sekali dengan dorongan atau motivasi.
Proses terjadinya emosi disebabkan karena aktivitas sel dalam area otak yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh urat syaraf yang berasal dari area inti otak. Emosi ini sangat terkait dengan bagaimana seseorang mampu mengolah atau memanage emosi tersebut, biasa disebut dengan kecerdasan emosional. Keterampilan kecerdasan emosional tersebut hendaknya bisa kita olah.
Pendekatan kecerdasan emosional  ini terdiri dari 4 (empat) keterampilan yang merupakan hirarki atau urutan. Keempat pendekatan tersebut sebagai berikut:
(1)      Identifikasi emosi.
Emosi-emosi ini merupakan data yang akan menunjukkan kejadian apa yang paling penting disekitar kita. Kejadian-kejadian tersebut hendaknya kita mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi kita kepada orang lain sehingga terjadi komuniksi yang efektif, misalnya bagaimana kita mengemukakan emosi kita pada kelompok sosial tertentu atau pada lingkungan tertentu. Tentunya kita harus bisa membedakan peristiwa yang menyenangkan dan peristiwa yang menyedihkan. Dan ini akan diekspresikan secara tepat oleh kita sesuai dengan situasinya.
(2)      Menggunakan emosi.
Emosi secara langsung mempengaruhi perhatian kita terhadap suatu peristiwa penting. Emosi tersebut akan terwujud dalam bentuk perilaku dan emosi tersebut akan membantu mengarahkan kita untuk proses pemikiran kita untuk menyelesaikan masalah-maslah kita.
(3)      Mengetahui tentang emosi
Kita melakukan sesuatu karena ada sebab. Kita akan merubah perasaan kita sesuai dengan aturan yang ada. Pengetahuan kita tentang emosi merupakan refleksi dari kemampuan kita untuk menganalisis emosi kita.
(4)      Mengolah emosi
Karena emosi dimulai dari informasi dan diikuti oleh pemikiran maka kita mampu melakukan kecerdasan emosional sesuai dengan alasan kita, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan perilaku kita. Kemampuan mengolah emosi inilah yang menjadikan kita menjadi orang yang bijaksana dalam mengatur perasaan kita.

            Agama islam banyak mengungkapkan bagaimana kita harus mengolah hati kita. Misalnya apabila kita ingin marah maka hendaklah kita memikirkan apa faedah marah. Dalm agama islam mengajarkan kita bahwa suara hati selalu mengarah kepada perbuatan yang baik. Banyak ayat Allah yang mengingatkan kita agar mampu mencerdaskan emosional kita. Dalam surat Al-baqarah Allah berfirman agar kita senatiasa menjaga persatuan dan menghindari perceraian. Juga Allah berfirman agar kita menjadi orang yang sabar, karena Allah SWT senang pada orang yang senantiasa bersabar. Allah SWT juga berfirman agar kita berperilaku adil baik pada diri sendiri maupun kepada orang lain. Allah SWT juga menganjurkan agar kita menebar kasih sayang kepada seluruh mahkluk ciptaannya.  Asmaul Husna yang terdiri dari 99 sifat mulia antara lain meliputi; pencipta, penyayang, memelihara, sejahtera, adil, suci, berkuasa, pemurah, mulia, berhitung, pemberi, dan pengampun. Kesemuanya itu merupakan kecerdasan emosi dan spiritual suara hati dalam satu kesatuan suara hati, pikiran dan tindakan dalam keseharian kita. Secara psikologis pendidikan Islam pembentukan pribadi seperti tergambar dalam ajaran agama,dengan menyontoh ciri-ciri Allah yang Maha Sempurna yang tertera dalam asmaul-husna serta tauladan dari Nabi Muhamad SAW
           
2.3.    Kecerdasan Spiritual
         Kecerdasan spiritual merupakan lanjutan dari kecerdasan emosional. Kecerdasan spiritual dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi,  semua aktivitas yang dilakukan sesuai dengan ajaran agamanya, tidak mudah terombang-ambing, demikian pula sebaliknya bagi orang yang memiliki kecerdasan rendah segala aktivitas yang dilakukan banyak menyimpang dari ajaran agamanya sehingga mudah terombang-ambing. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi  hatinya sangat dekat dengan Allah SWT.
         Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkn perilaku dan hidup kita dalam konteks makn yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermkna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan akal dan kecerdasan emosional secara efektif. Dasar kecerdasan spiritual ialah iman kepada Allah SWT, yang harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak kita.
         Kecerdasan spiritual tersebut adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, malalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip hanya karena Allah.

III.     Kesimpulan
         Psikologi pendidikanAl islam kemuhammadiyahan  merupakan suatu integritas dari dasar-dasar psikologi dan pedagogik yang  dilandasi oleh spiritual, dalam hal ini ajaran rosullulah baginda nabi Muhammad SAW. dalam hal ini Allah telah memberikan akal dan hati nurani untuk dikembangkan melalui pendidikan. Dengan pendidikan yang didasari prinsip-prinsip ajaran agama akan membentuk pribadi dengan kemampuan berpikir  yang mengoptimalkan kemampuan modalitas otak baik otak belahan kanan dan belahan kiri.Tugas orang tua dan guru bagaimana cara merangsang ke dua belahan otak tersebut dengan metoda dan teknik yang tepat.
         Dengan memperhatikan perkembangan anak, orang tua dan guru  hendaknya memacu anak untuk mengembangkan kecerdasan intelektual,     emosional dan spiritual, menuju insan kamil yang menjadi dambaan setiap individu .
      
DAFTAR PUSTAKA          
David R. Caruso, Peter Salovey. The Emotionally Intelligent Manager: How to Develop and use the Four Key Emotional Skills of Leadership. Printed in the United States of America, 2004  

Sri Esti Wuryani Djiwandodno. Psikologi Pendidikan. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002.

Malcolm Hardy, Steve Heyes. Pengantar Psikologi. Penerbit Erlangga. Jakarta, 1988.


Ary Ginanjar Agustian. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual: Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Penerbit Arga. Jakarta. Indonesia, 2001.  

kajian kritis mengenai Globalisasi Abad 21

" GLOBALISASI "
 Oleh : 
Dirgantara Wicaksono 
( Dosen ISBD , UNJ )
A.    Pengertian Globalisasi
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Dan Globalisasi juga merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

B.     Konsep Globalisasi

Dibawah ini beberapa konsep globalisasi menurut para ahli adalah:
a. Malcom Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.
b. Emanuel Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
c. Thomas L. Friedman
Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi. Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.
d. Princenton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
e. Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonomi namun juga mencakup globalisasi institusi-institusi demokratis, pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan pergerakan wanita

  1. Proses Globalisasi
Perkembangan yang paling menonjol dalam era globalisasi adalah globalisasi informasi, demikian juga dalam bidang sosial seperti gaya hidup.
Serta hal ini dapat dipicu dari adanya penunjang arus informasi global melalui siaran televise baik langsung maupun tidak langsung, dapat menimbulkan rasa simpati masyarakat namun bisa juga menimbulkan kesenjangan sosial.
Terjadinya perubahan nilai-nilai sosial pada masyarakat, sehingga memunculkan kelompok spesialis diluar negeri dari pada dinegaranya sendiri, seperti meniru gaya punk, cara bergaul.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
a.       Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
b.      Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
c.       Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
d.      Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

  1. Tiori Globalisasi

Didalam globalisasi ini Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:
a.       Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
·         Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
·         Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
b.      Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
c.       Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan
  1. Macam-macam Gerakan Globalisasi
a.       Gerakan pro-globalisasi
Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efesien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.

b.      Gerakan Anti Globalisasi
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). "Antiglobalisasi" dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.


  1. Macam-Macam Globalisasi

1.      Globalisasi Perekonomian
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
a.       Globalisasi Produksi
b.      Globalisasi pembiayaan
c.       Globalisasi tenaga kerja
d.      Globalisasi jaringan informasi
e.       Globalisasi  Perdagangan
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia. Dibawah ini ada beberapa kebijakan dan keburukan  globalisasi ekonomi, diantaranya:
a.       kebijakan globalisasi ekonomi
·         Produksi global dapat ditingkatkan
·         Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu Negara
·         Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
·         Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
·         Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
b.      keburukan globalisasi ekonomi
·         Menghambat pertumbuhan sektor industri
·         Memperburuk neraca pembayaran
·         Sektor keuangan semakin tidak stabil
·         memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
2.      Globalisasi Kebudayaan
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
a.      Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
·         Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
·         Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
·         Berkembangnya turisme dan pariwisata.
·         Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
·         Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
·         Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia
  1. Dampak Globalisasi
Globalisasi telah menimbulkan dampak yang begitu besar dalam dimensi kehidupan manusia, karena globalisasi merupakan proses internasionalisasi seluruh tatanan masyarakan modern.
Sehingga terjadi dampak yang beragam terutama pada aspek sosial dampak positif nya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempermudah manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya.
Sedangkan dampak negatifnya, banyaknya nilai dan budaya masyarakat yang mengalami perubahan dengan cara meniru atau menerapkannya secara selektif, salah satu contoh dengan hadirnya modernisasi disegala bidang kehidupan, terjadi perubahan ciri kehidupan masyarakat desa yang tadinya syarat dengan nilai-nilai gotong royong menjadi individual. Selain itu juga timbulnya sifat ingin serba mudah dan gampang (instant) pada diri seseorang. Pada sebagian masyarakat, juga sudah banyak yang mengikuti nilai-nilai budaya luar yang dapat terjadi dehumanisasi yaitu derajat manusia nantinya tidak dihargai karena lebih banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.
KESIMPULAN 
1.    Globalisasi  merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol.
2.      Bahwa proses terjadinya globalisasi dalam aspek sosial terjadi dengan cara melalui media televise baik secara langsung maupun tidak langsung, serta melalui interaksi yang terjadi dimasyarakat.
3.      Bahwa dampak yang ditimbulkan era globalisasi pada aspek sosial yaitu terjadi perubahan ciri kehidupan masyarakat desa yang tadinya syarat dengan nilai-nilai gotong royong menjadi individual, serta sifat ingin selalu instant pada diri seseorang.

4.    Bahwa penanggulangan pada dampak era globalisasi pada aspek sosial diantaranya diadakannya pembangunan kualitas manusia, pemberian life skill, memberikan sikap hidup yang global dan menumbuhkan wawasan, identitas rasional serta menciptakan pemerintahan yang transparan dan demokratis. 

Metode pembelajaran Sejarah dalam kurikulum 2013

Metode yang tepat dalam Pembelajaran Sejarah 
oleh : Dirgantara Wicaksono (Ketua Pendiri klub Tempo Doeloe)
            Metode yang dipergunakan guru perlu mendapat perhatian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Misalnya tujuan pembelajaran untuk menjelaskan tentang reformasi di Indonesia. Guru harus memilih metode yang paling tepat digunakan. Apakah tujuan yang akan dicapai pada ranah kognitif, afektif, atau psychomotor perlu dipertimbangkan guru dalam menentukan metode. Sebaiknya tidak semua materi ajar disampaikan dengan metode yang sama sepanjang tahun. Misalnya pembelajaran sejarah yang bertujuan untuk mengembangkan ranah afektif, metode yang digunakan tidak sama dengan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran pada ranah kognitif. Perbedaan penggunaan metode untuk mencapai ketiga tujuan itu harus tampak pada hasil yang didapat setelah proses pembelajaran selesai. Untuk mencapai ranah afektif diperlukan metode yang membentuk sikap siswa yang menitikberatkan pada perasaan senang ataupun tidak senang terhadap pelajaran sejarah. Sedangkan pencapaian ranah kognitif lebih kepada pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sejarah. Sedangkan untuk ranah psychomotorik dititikberatkan pada minat dan bakat siswa. Metode simulasi cocok untuk ranah afektif, dan metode ceramah cocok untuk ranah kognitif.
            Di samping itu, guru sebagai “pemimpin tertinggi” di kelas harus mampu memotivasi siswa melalui metode yang digunakannya agar aktif dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam metode sinektik, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya. Untuk itu siswa harus diberi kebebasan berbicara agar berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Proses pembelajaran seperti itu akan mendorong siswa untuk bersikap positif. Dalam penggunaan metode simulasi, guru tidak dapat memaksakan skenarionya kepada siswa, karena akan mematikan kreativitas siswa yang membentuk robot-robot yang selalu menurut dalam melakukan perintah dan kehendak guru. Akibatnya siswa tidak mau dan tidak mampu berpikir kreatif, karena siswa berpendapat bahwa tugasnya hanyalah melaksanakan semua tugas yang dibebankan guru. Penggunaan simulasi yang dilaksanakan berdasarkan skenario guru, tidak boleh menghilangkan kebebasan melalui suasana bermain, sesuai dengan yang dikehendaki asal jangan keluar dari alur cerita yang telah disusun guru. Baik melalui metode sinektik maupun simulasi, guru sebaiknya mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif agar sejarah diminati siswa.
            Selanjutnya guru dapat memilih satu dan atau beberapa metode
dari metode-metode yang tersedia. Penentuan metode apa yang akan digunakan bergantung kepada beberapa faktor, yaitu: tujuan yang akan dicapai, siswa yang berbagai ragam, besar dan situasi kelas, fasilitas yang tersedia, topik yang akan dibicarakan, dan kemampuan profesional guru.
            Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya penanaman konsep adalah metode ceramah. Kondisi yang terjadi tetap komunikasi satu arah di mana yang aktif guru menyampaikan informasi, tidak ada umpan balik dari siswa dan siswa pasif. Melalui ceramah guru tidak hanya dapat menyampaikan fakta yang harus dihafalkan, tetapi juga konsep seperti yang dikemukakan oleh Romiszowski (1986) bahwa ceramah yang tepat pemakaiannya adalah efektif untuk menyampaikan informasi faktual dan penanaman konsep. Ini dipertegas lagi oleh Elzey & Browling (n.d.:3). “In a lecture, the instructor can identify difficult concepts and important points that must be clarified and emphasized and channel the thingking of his students in appropriate directions”.
            Metode lain yang dapat digunakan adalah metode tanya jawab, Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan umpan balik. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dua arah. Dengan umpan balik ini guru dapat mengetahui apakah informasi yang disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh siswa dan apakah siswa dapat memahami atau tidak. Guru mengajukan pertanyaan, siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dengan demikian secara mental siswa turut aktif dalam proses pembelajaran. Dari jawaban yang diberikan siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanya-an yang meminta jawaban lebih lanjut dari siswa (probling questions) baik yang berupa pertanyaan perluasan, klasifikasi, justifikasi, pengalihan, maupun dorongan (Taylor, Verble & Dodd, 1980). Hal ini sangat penting dalam pelajaran sejarah. Dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali tersebut siswa secara aktif berusaha untuk memperoleh jawabannya dan ini akan membantu siswa untuk memahami informasi atau konsep yang diberikan, karena pertanyaan-pertanyaan menggali itu adalah pertanyaan pancingan agar siswa menemukan sendiri jawabannya.
            Graves yang dikutip oleh Seabrook (1991) mengatakan bahwa awal dari suatu jawaban, pemahaman terhadap suatu informasi atau konsep adalah terdapat dalam formulasi suatu pertanyaan. Taylor, Verble & Dodd (1980) lebih tegas lagi mengatakan bahwa suatu pertanyaan adalah merupakan separuh dari jawaban, dan separuhnya lagi adalah jawaban itu sendiri.
              Menurut Reigeluth metode pembelajaran sebagai istilah umum adalah cara untuk menolong seseorang dalam belajar. Dalam arti luas, metode pembelajaran sama dengan strategi pembelajaran disebut taktik pembelajaran. Di sisi lain, teori-teori pembelajaran merupakan panduan mengenai kapan menggunakan dan kapan tidak menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, baik strategi maupun taktik pembelajaran. Teori-teori pembelajaran berorientasi pada tujuan pembelajaran dan menawarkan bantuan tentang bagaimana mencapai tujuan yang berbeda sebagaimana dibedakan dengan teori-teori deskriptif yang berorientasi pada kesimpulan dan menawarkan deskripsi mengenai proses alam. Dengan demikian menurut Reigeluth teori-teori pembelajaran harus mengkhususkan pada tiga hal, yaitu: 1) tujuan-tujuan yang berbeda yang mungkin dipilih seseorang untuk dikejar; 2) metode-metode berbeda yang dapat digunakan untuk menolong pembelajar mencapai setiap tujuan dan; 3) kondisi-kondisi berbeda yang mempengaruhi kapan menggunakan dan kapan tidak menggunakan setiap metode untuk menolong mencapai tujuan.
Metode pembelajaran mencakup tiga strategi pokok yaitu strategi pengorganisasian materi ajar, strategi penyampaian materi ajar, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat berbentuk penguasaan yang seharusnya dicapai dan penguasaan yang dapat dicapai siswa.
Pendapat lain tentang tiga komponen pokok pembelajaran yang dikemukakan Reigeluth yaitu kondisi pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil pembelajaran terikat dalam satu sistem. Metode pembelajaran, terutama dalam aspek strategi pengorganisasian materi ajar, terikat pada karakteristik materi yang diajarkan, yang dapat diorganisasikan pada tahap (level) mikro atau makro. Strategi mikro merupakan metode pembelajaran untuk mengajar ide tunggal, dan strategi makro merupakan metode pembelajaran untuk mengajar beberapa ide. Landa, Scandura dan Reigeluth-Stein semuanya cenderung untuk menekankan pada strategi makro. Sedangkan Gropper, Collins-Stevens and Merrill cenderung untuk memfokuskannya pada strategi mikro. Metode pembelajaran juga ditentukan oleh hasil belajar yang diharapkan.
Hasil ditentukan oleh kondisi dan metode pembelajaran. Metode pembelajaran dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tersedia berbagai ragam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah. Guru dapat memilih satu metode atau lebih diantara metode-metode yang tersedia. Tidak ada keterbatasan dalam menggunakan metode tertentu untuk mata pelajaran tertentu. Penggunaan suatu metode harus relevan dengan tujuan yang akan dicapai. Pada dasarnya semua metode baik, jangan tanyakan mana yang terbaik atau tidak perlu membandingkannya satu sama lain. Setiap metode mempunyai kekuatan dan kelemahan. Metode apapun yang digunakan, dipengaruhi oleh kesungguhan seorang guru dalam melaksanakan program dan kegiatan pembelajaran atau tergantung pada kesungguhan guru dalam menggunakan metode yang dipilihnya.
Sikap seorang guru di kelas juga ikut menentukan sikap siswa selama dan setelah selesai pembelajaran. Seorang guru yang sikapnya bersahabat  dengan siswa, mungkin lebih disukai daripada sikap guru yang acuh pada siswa. Tugas-tugas dari guru yang disampaikan pada siswa secara bertubi-tubi mungkin akan dirasakan sebagai beban yang tidak disukai dan tidak mendorong siswa untuk belajar. Oleh karena itu sikap guru dan metode yang digunakan guru ikut mewarnai sikap siswa. Tidak ada satupun metode yang cocok untuk semua mata pelajaran,  karena dipengaruhi oleh siapa dan untuk apa metode itu digunakan. Guru tidak boleh fanatik pada satu metode, karena akan menimbulkan kebosanan, baik bagi guru, apalagi bagi siswa. Dengan demikian pemilihan dan penentuan untuk menggunakan suatu metode, selain bergantung pada tujuan yang akan dicapai ,juga dipengaruhi oleh siswa sebagai individu yang beragam,  situasi dan ukuran kelas, fasilitas yang tersedia, topik yang akan dibicarakan dan kemampuan profesional guru.
            Kemudian, metode sinektik dapat menjadi salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Gordon menyebut metode sinektik sebagai metode untuk meningkatkan kreativitas dengan meningkatkan penggunaan analogi dalam berpikir kreatif. Metode tersebut meliputi beberapa analogi sebagai berikut:
1.      Analogi pribadi yang dapat membawa seseorang ke dalam situasi yang dihadapi secara langsung.
2.      Analogi yang langsung membantu seseorang untuk menemukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi sekaligus solusi yang disarankan.
3.      Analogi simbolik yang menggunakan penilaian objektif, impresional atau imajinasi yang positif untuk menggambarkan suatu masalah.
            Peso, dkk. dalam Joice and Weil mengembangkan metode sinektik. Metode yang unik dan menarik ini merupakan pendekatan baru yang dirancang untuk mengembangkan kreativitas individu atau kelompok. Pengembangan kreativitas bertujuan agar individu atau kelompok mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam pembelajaran sejarah metode ini akan bermanfaat karena memotivasi siswa untuk mencari tentang ke “mengapa”an sejarah.
Pada awalnya Peso dkk menerapkan prosedur sinektik untuk mengembangkan aktivitas kelompok. Dalam kenyataannya akan berdampak pula pada peningkatan kreativitas individu, karena sinektik yang dirancang untuk meningkatkan kreativitas kelompok bersumber dari saling tukar menukar pengalaman antar individu. Di samping itu sinektik juga menempatkan unsur empati emosional dan irrasional mendampingi kemampuan rasional individu dalam memecahkan masalah. Kondisi ini cocok untuk mengajarkan materi sejarah karena memecahkan masalah dan memahami konsep-konsep sejarah memang memerlukan unsur-unsur tersebut. Misalnya mengapa terjadi perang? Apa sebenarnya konsep perang itu?
            Metode sinektik membantu kreativitas kelompok untuk memecahkan masalah secara bersama-sama mengarahkan alur pikir anggotanya. Dengan demikian partisipasi individu untuk bergabung harus dilandasi oleh perasaan senang dan keinginan yang tinggi dari anggota. Prosedur sinektik dapat dimanfaatkan dalam semua bidang studi. Dua strategi pembelajaran yang mendasari prosedur sinektik menurut Peso adalah (1) menciptakan sesuatu yang baru dan (2) memperkenalkan keanehan.
            Strategi pertama dirancang untuk membantu siswa dalam memahami masalah, ide, dan konsep agar kreativitas siswa dapat berkembang. Strategi ini menggunakan analogi-analogi untuk menciptakan konsep jarak dengan tujuan untuk mengembangkan suatu pemahaman baru tentang konsep atau masalah. Dalam pelajaran sejarah misalnya konsep tentang kebudayaan. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan, apakah ada hubungan antara kebudayaan dengan kesenian, mengapa kebudayaan penting untuk dibicarakan.
            Berlainan dengan strategi pertama, strategi kedua dirancang untuk memberikan pemahaman dalam menambah dan memperdalam sesuatu yang baru atau materi yang sulit dipahami, melalui analisis dan konvergensi. Untuk itu siswa diberikan pilihan dengan membedakan karakteristik antara subyek yang dikenalnya dengan yang tidak dikenalnya. Misalnya siswa disuruh menjelaskan hubungan antara konsep reformasi dan wanita cantik. Elemen-elemen tentang wanita cantik tertulis pada kolom kiri dan elemen-elemen reformasi pada kolom kanan.

TABEL 4

HUBUNGAN ANTARA KONSEP-KONSEP TENTANG

WANITA CANTIK DAN REFORMASI


No.
Wanita Cantik

Reformasi

1.
Berhias
Perubahan
2.
Individu
Mahasiswa
3.
Tetap Cantik
Masyarakat Adil Makmur
4.
Nalar
Aturan Main
5.
Terlalu Gemuk
Gagal
               
            Kemudian siswa ditugaskan untuk membuat wacana satu paragraf
tentang hubungan antara reformasi dan wanita cantik tersebut. Misalnya sebagai berikut:
Berhias dalam mempercantik diri merupakan sikap dinamis yang selalu menginginkan perubahan seperti yang diinginkan reformasi. Wanita sebagai individu terus melakukannya agar tetap cantik dan mahasiswa sebagai anggota masyarakat juga melakukannya untuk mencapai tujuan segenap bangsa yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Jika wanita cantik tidak menggunakan penalarannya untuk tetap cantik akan terbentuk sebuah sosok yang merupakan perpaduan antara dewi dan si tolol. Demikian juga mahasiswa yang ingin ikut ambil bagian dalam menciptakan masyarakat adil makmur harus melalui aturan main yang jelas. Wanita cantik yang tidak menggunakan otak dalam berdiet atau tidak dapat mengatur cara makan akan menjadi gemuk atau terlalu kurus dan sakit, sehingga tidak cantik lagi. Demikian juga mahasiswa yang mengabaikan aturan main akan gagal dalam mewujudkan reformasi yang dicita-citakan.
Dilihat dari wacana di atas sinektik merupakan metode unik, menarik dan berbeda dari metode-metode lain serta memerlukan kreativitas siswa. Kondisi seperti ini perlu diciptakan dalam pembelajaran sejarah agar siswa menikmatinya. Selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan strategi pembelajaran kedua yang tahapan-tahapannya seperti berikut.

TABEL 5

TAHAPAN UNTUK MEMPERKENALKAN KEANEHAN

TAHAP PERTAMA:
INPUT TENTANG KEADAAN YANG SEBENARNYA
TAHAP KEDUA:
ANALOGI LANGSUNG
Guru menyajikan informasi tentang suatu topik yang baru
Guru mengusulkan analogi langsung dan menyuruh siswa menjabarkannya.
TAHAP KETIGA:
ANALOGI PERSONAL
TAHAP KEEMPAT:
MEMBEDAKAN ANALOGI
Guru menyuruh siswa “menjadi” analogi langsung.
Para siswa menjelaskan dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru dengan analogi langsung.
TAHAP KELIMA:
MENJELASKAN PERBEDAAN
TAHAP KEENAM:
PENJELAJAHAN
Para siswa menjelaskan mana analogi-analogi yang tidak sesuai
Para siswa menjelajahi kembali kebenaran topik dengan batasan-batasan mereka
TAHAP KETUJUH:
MEMBANGKITKAN ANALOGI
Para siswa memberikan analogi sendiri secara
langsung dan menjelajahi persamaan dan perbedaannya.
            Pada strategi pembelajaran kedua diperlukan kreativitas guru untuk memilih dengan cermat informasi berupa topik yang akan disampaikan pada siswa. Dalam hal ini peranan guru sangat penting karena guru bukan hanya sekedar orang yang berdiri di depan kelas tetapi harus aktif dan kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya.
Tujuan strategi pembelajaran yang kedua adalah untuk memecahkan masalah dengan pendekatan baru yang lebih segar. Untuk pelaksanaannya tidak dapat hanya dilakukan sekali, tetapi harus sering berlatih seperti kata Thorndike dalam Law of Exercise yang dikutip Hilgard & Bower bahwa makin sering dilakukan latihan akan meningkatkan kemampuan siswa terhadap sesuatu. Metode sinektik dapat dimanfaatkan oleh siswa semua tingkatan usia. Sinektik merupakan cara baru untuk mengenal ide yang masih “asing’ bagi siswa dan akan menghasilkan perspektif baru.
            Partisipasi aktif siswa dalam kelompok melalui metode sinektik membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan interpersonalnya. Gardner dalam multiple intelegence yang ditulis Amstrong (1995-1995: 79-85) mengatakan bahwa kemampuan interpersonal yang dimiliki individu harus selalu ditingkatkan, terutama dalam memecahkan berbagai masalah.
Metode sinektik hampir sejalan dengan model pertemuan kelas. Perbedaan pertemuan kelas dengan sinektik antara lain pada masalah yang didiskusikan. Dalam pertemuan kelas masalah berasal dari siswa, sedangkan metode sinektik masalah diberikan guru sesuai pokok bahasan yang harus dibicarakan. Kemudian peserta pada pertemuan kelas, bukan teman sekelas, sedangkan peserta pada metode sinektik semuanya teman sekelas. Tindak lanjut yang merupakan tahap akhir pada pertemuan kelas tidak selalu ada pada metode sinektik. Namun keduanya sama-sama mengembangkan daya pikir, nalar, spontanitas dalam upaya siswa untuk memecahkan masalah. Metode sinektik yang melatih siswa untuk memecahkan masalah cocok diberikan di SLTP karena menurut Piaget (1988: 242-245) hanya anak-anak yang berumur 11 tahun ke atas yang mampu memecahkan masalah.
            Dalam memecahkan masalah pada metode sinektik dibutuhkan kreativitas. Jika seorang siswa terlibat dalam kreativitas, akan merasa “hidup” dan berbahagia di tempatnya. Disadari atau tidak, barang-barang yang lebih menarik merupakan hasil kreativitas.

            Ada dua alasan utama mengapa penemuan-penemuan orang kreatif sangat penting, yaitu: hasil kreativitas tersebut memperkaya kebudayaan dan secara tidak langsung meningkatkan pengetahuan. Beberapa orang menyatakan kreativitas adalah pengalih perhatian dari masalah yang membebani, tetapi justru masalah dapat dipecahkan apabila kreatif. Kreativitas mampu menyediakan berbagai jawaban untuk memecahkan masalah kehidupan. Kondisi ini terjadi karena manusia dilahirkan atas dua hal yang bertentangan yaitu mementingkan kepentingan pribadi dan mementingkan kepentingan orang lain, tetapi harus selalu dijaga agar keduanya tetap seimbang.