Selasa, 10 Juni 2014

MODEL CIPP

Model Riset Evaluasi
Oleh
Dirgantara Wicaksono

Secara umum, pelaksanaan evaluasi program sekolah mancakup empat komponen utama, yaitu: (1) Konteks, (2) Input, (3) Proses, dan   (4)Output,. Kaufman menyebutkan beberapa model evaluasi yang sangat terkenal, antara lain: Scriven’s, Formative-Sumative Model, CIPP Model, Stake’s Countenance Model, Tyler’s Goal Attainment Model, Provus,s Discrepancy Model, Scriven’s Goal-free Model, Stake’s Responsive Model.[1]

1.      Model CIPP
Decision Oriented evaluation Model atau Model CIPP (Contex, Input, Proces, Product) adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Danial Stufflebeam dan kawan-kawan di Ohio State University. Evaluasi ini menitikberatkan pada penilaian program dan penyajian informasi untuk pembuatan keputusan. Keempat model evaluasi tersebut merupakan satu rangkaian yang utuh, tetapi Stufflebeam mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya seorang evaluator tidak harus menggunakan keseluruhannya. Keunikan pada model-model tersebut adalah, pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambilan keputusan dan operasi sebuah program. Dalam hal lain, keempat model evaluasi Stufflebeam tersebut dapat dipadukan dengan model-model evaluasi yang dikembangkan oleh beberapa ahli-ahli lain yang sudah dianggap baku dan standar, serta telah teruji kehandalannya dalam berbagai penerapan pendidikan.
Evaluasi Model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu: (1) Konteks, (2) Input, (3) Proses, dan (4) Output.  
Ditinjau dari pelaksanaan suatu program, evaluasi dapat dibedakan menjadi empat (4) jenis, yaitu:[2] Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1.      Evaluasi komponen konteks, sebagai fokus institusi, yaitu mengidentifikasi target populasi dan menilai kebutuhan. Evaluasi konteks dilaksanakan sebagai need assessment atas suatu kebutuhan, memberikan informasi bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan dijalankan. Menurut Stufflebeam, evaluasi konteks ini adalah evaluasi yang paling mendasar, yang mempunyai misi untuk menyediakan suatu rasional/landasan untuk penentuan tujuan pendidikan, evaluasi konteks berupaya untuk memisahkan masalah dengan kebutuhan yang tidak diinginkan di dalam setting pendidikan, konteks melibatkan analisis secara konseptual yang berhubungan dengan elemen-elemen lingkungan pendidikan yang lebih deskriptif dan komparatif.[3] Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar  menyatakan bahwa Evaluasi Konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.[4] Sejalan dengan pendapat di atas Djuju Sudjana menyatakan bahwa Evaluasi Konteks program menyajikan data tentang alasan-alasan untuk menetapkan tujuan-tujuan program dan prioritas tujuan. Evaluasi ini menjelaskan mengenai konteks lingkungan yang relevan, menggambarkan kondisi yang ada dan yang diinginkan dalam lingkungan, dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan[5]. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi konteks meliputi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani,   mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan yang secara khusus mempunyai pengaruh terhadap konteks masalah yang menjadi komponen program. Dapat dikatakan pula bahwa evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, yaitu memperkecil kesenjangan antara kondisi faktual dengan kondisi yang diharapkan. Tujuan utama evaluasi konteks adalah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari sasaran dan memberikan arah perbaikan.
2.      Evaluasi komponen Input, digunakan sebagai bahan pertimbangan membuat keputusan, penentuan strategi evaluasi, meliputi analisis persoalan yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif dan strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiyaan dan penjualan.[6] Evaluasi input pada program pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal secara menyeluruh, lebih baku, selalu berhubungan dengan peserta didik, pendidik, kurikulum, sarana prasarana dan kelengkapan administrasi. Menurut Djuju Sudjana Evaluasi masukan (input) program menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Hal ini berkaitan dengan relevansi, kepraktisan, pembiyaan, efektifitas yang dihendaki, dan alternatif-alternatif yang dianggap unggul[7]. Sejalan dengan pendapat di atas Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar  menyatakan bahwa Evaluasi Input adalah kemampuan awal warga belajar dan sekolah dalam menunjang PMTAS, antara lain kemampuan sekolah dalam menyediakan petugas yang tepat, pengatur menu yang andal, ahli kesehatan yang berkualitas, dan sebagainya.[8] Evaluasi input pada program Paket C sama seperti pada sekolah regular lainnya yakni, warga belajar, guru, dan tenaga kependidikan, bahan ajar, kurikulum serta sarana belajar.
3.      Evaluasi komponen Proses, digunakan dalam program sebagai data untuk mengimplementasikan keputusan, merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam proses (pelaksanaan) atau membimbing dalam implementasi kegiatan, evaluasi program juga digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan prosedur implementasi pada tata laksana kejadian dan aktifitas. Setiap aktifitas di monitor dan di catat perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pentingnya pencatatan aktivitas keseharian sebagai pertimbangan pengambilan keputusan untuk menentukan tindak lanjut dan penyempurnaan program. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar  menyatakan bahwa Evaluasi Proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana[9]. Sedangkan menurut Djuju Sudjana Evaluasi proses menyeediakan umpan balik yang berkenaan dengan efisiensi pelaksanaan program, termasuk di dalamnya pengaruh system dan keterlaksanaannya. Evaluasi ini mendeteksi atau memprediksi kekurangan dalam rancangan prosedur kegiatan program dan pelaksanaannya, menyediakan data untuk keputusan dalam implementasi program, dan memelihara doumentasi tentang prosuder yang dilakukan. Dalam program pendidikan, evaluasi inipun menyediakan informasi terhadap jenis keputusan yang mungkin dilakukan oleh pendidik[10].
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi proses adalah pengawasan secara terus menerus pada pelaksanaan program yang sangat berguna dan menentukan kelemahan/hambatan dan kekuatan/pendukung sehingga prosedur dapat dimonitor dan diperbaiki.
4.      Evaluasi komponen Produk/Output, digunakan sebagai bahan pertimbangan menolong keputusan selanjutnya, merupakan kumpulan deskripsi dan judgement dari outcomes, hubungan dengan konteks, masukan dan proses dan kemudian diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan.[11] Evaluasi produk adalah evaluasi yang dilakukan dalam mengukur keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan pelaksanaan atau aktualisasi pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis data akan menjadi acuan dalam penarikan kesimpulan dan pengajuan saran apakah program diteruskan, dimodifikasi atau dihentikan. Evaluasi produk merupakan tahap akhir, berfungsi untuk membantu penanggungjawab program dalam mengambil keputusan. Dalam analisis hasil ini, diperlukan pembanding antara tujuan yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Pada dasarnya mempertanyakan apakah sasaran yang ingin dicapai pada suatu program telah tercapai. Hasil yang dinilai berupa grafik skor tes, presentasi, data observasi, diagram data , sosiometri dan sebagainya yang masing-masing dapat ditelusuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Evaluasi produk/output pada penelitian evaluasi ini adalah hasil belajar warga belajar pada ujian semester (ujian sumatif) dan persentase kelulusan warga belajar dalam mengikuti Ujian Akhir Nasional. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar menyatakan bahwa Evaluasi Produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Evaluasi produk merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi program.[12] Sedangkan menurut Djuju Sudjana Evaluasi Produk mengukur dan menginterpretasi pencapaian program selama pelaksanaan program pada akhir program. Evaluasi ini berkaitan dengan pengaruh utama, pengaruh sampingan, biaya, dan keunggulan program, evaluasi produk melibatkan upaya penetapan criteria, melakukan pengukuran, membandingkan ukuran keberhasilan dengan standar absolut atau relative, dan melakukan interpretasi rasional tentang hasil dan pengaruh dengan menggunakan data tentang konteks, input dan proses[13].

2.      Model Riset Evaluasi UCLA
                                                         Dalam penelitian evaluasi ini digunakan model UCLA yang merupakan hasil pengembangan Alkin ketika beliau menjabat sebagai ketua pada The Centre for the Study of Evaluation di UCLA (University of Californiain at Los Angles). Alkin mengembangkan alur evaluasi yang mirip dengan model CIPP Stufflebeam. Alkin mengemukakan lima macam evaluasi, yakni: System Assessment, Program Planning, Program Implementation, Program Improvement, Program Certification.[14]
1.      System Assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan, kondisi atau status sebuah sistem. Menurut Jody L. Fitzpatrick, et.al. tahap evaluasi ini serupa dengan tahapan Context Evaluation dalam Evaluasi model CIPP.[15] Hal yang sama juga diutarakan oleh Blaine R. Worthen dan James R. Sanders.[16] Pada tahapan ini menjelaskan mengenai kondisi lingkungan yang relevan, menggambarkan kondisi yang ada dan yang diinginkan dalam lingkungan.[17] Tahapan evaluasi ini menggambarkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program.
2.      Program Planning, membantu dalam pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. Menurut Jody L. Fitzpatrick, et.al. tahap evaluasi ini serupa dengan tahapan Input Evaluation dalam Evaluasi model CIPP.[18] Hal yang sama juga diutarakan oleh Blaine R. Worthen dan James R. Sanders.[19] Tahapan evaluasi ini menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program.[20]
3.      Program Implementation, menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan program.
4.      Program Improvement, memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja. Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul tak terduga? Menurut Jody L. Fitzpatrick, et.al. tahap evaluasi ini serupa dengan tahapan Process Evaluation dalam Evaluasi model CIPP.[21] Hal yang sama juga diutarakan oleh Blaine R. Worthen dan James R. Sanders.[22]
5.      Program Certification, yang memberi informasi tentang nilai dan kegunaan program. Evaluasi ini mengukur dan menilai pencapaian program selama pelaksanaan program dan pada akhir program. Menurut Jody L. Fitzpatrick, et.al. tahap evaluasi ini serupa dengan tahapan Product Evaluation dalam Evaluasi model CIPP.[23] Hal yang sama juga diutarakan oleh Blaine R. Worthen dan James R. Sanders.[24]

[1]  R. Kaufman & S. Thomas, Evaluations Without Fear (New York:  Viewpoints, 1980),  pp. 109-113.
[2] George F Madaus, Michael S Sriven dan Daniel L Stufflebeam, Evaluation Models,: Viewpoint on Educational and Human Services Educations (Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing, 1983), p.128.
[3]  Popham, op.cit,. p.35.
[4] Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), p. 29.
[5] Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: Remaja   Rosdakarya, 2006), pp. 54-55.
[6]  Daniel L Stufflebeam and Antony J Shinkfield, Sistematic Evaluation, A Self Instructional Guide to Theory and Practice (Boston: Kluwer Nijhoff Publissing, 1968), pp. 169-170.
[7] Djuju Sudjana, op.cit., p. 55.
[8] Arikunto dan Abdul Jabar, op.cit., p.30.
[9] Ibid, p.30.
[10] Sudjana, op.cit., p. 56.
[11]  Mardaus, Scriven dan Stufflebeam, op.cit., pp. 177-178.
[12] Arikunto dan Abdul Jabar, op.cit., p.30.
[13] Sudjana, op.cit., p. 56.
[14] Jody L. Fitzpatrick, et.al. Op.Cit., p. 92
[15] Ibid. p. 92
[16] Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Educational Evaluation Alternative Approaches and
   Practical Guidelines. (New York: Longman), p. 81
[17] Djuju Sudjana, Op.Cit., pp. 54-55
[18] Jody L. Fitzpatrick, et.al. Op.Cit., p. 92
[19] Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Op.Cit., p. 81
[20] Djuju Sudjana, Op.Cit., p. 55
[21] Jody L. Fitzpatrick, et.al. Op.Cit., p. 92
[22] Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Op.Cit., p. 81
[23] Jody L. Fitzpatrick, et.al.. Op.Cit., p. 92
[24] Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Op.Cit., p. 81

MODEL EVALUASI CIPP

Model Riset Evaluasi
Oleh
Dirgantara Wicaksono

Secara umum, pelaksanaan evaluasi program sekolah mancakup empat komponen utama, yaitu: (1) Konteks, (2) Input, (3) Proses, dan   (4)Output,. Kaufman menyebutkan beberapa model evaluasi yang sangat terkenal, antara lain: Scriven’s, Formative-Sumative Model, CIPP Model, Stake’s Countenance Model, Tyler’s Goal Attainment Model, Provus,s Discrepancy Model, Scriven’s Goal-free Model, Stake’s Responsive Model.[1]

1.      Model CIPP
Decision Oriented evaluation Model atau Model CIPP (Contex, Input, Proces, Product) adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Danial Stufflebeam dan kawan-kawan di Ohio State University. Evaluasi ini menitikberatkan pada penilaian program dan penyajian informasi untuk pembuatan keputusan. Keempat model evaluasi tersebut merupakan satu rangkaian yang utuh, tetapi Stufflebeam mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya seorang evaluator tidak harus menggunakan keseluruhannya. Keunikan pada model-model tersebut adalah, pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambilan keputusan dan operasi sebuah program. Dalam hal lain, keempat model evaluasi Stufflebeam tersebut dapat dipadukan dengan model-model evaluasi yang dikembangkan oleh beberapa ahli-ahli lain yang sudah dianggap baku dan standar, serta telah teruji kehandalannya dalam berbagai penerapan pendidikan.
Evaluasi Model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu: (1) Konteks, (2) Input, (3) Proses, dan (4) Output.  
Ditinjau dari pelaksanaan suatu program, evaluasi dapat dibedakan menjadi empat (4) jenis, yaitu:[2] Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1.      Evaluasi komponen konteks, sebagai fokus institusi, yaitu mengidentifikasi target populasi dan menilai kebutuhan. Evaluasi konteks dilaksanakan sebagai need assessment atas suatu kebutuhan, memberikan informasi bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan dijalankan. Menurut Stufflebeam, evaluasi konteks ini adalah evaluasi yang paling mendasar, yang mempunyai misi untuk menyediakan suatu rasional/landasan untuk penentuan tujuan pendidikan, evaluasi konteks berupaya untuk memisahkan masalah dengan kebutuhan yang tidak diinginkan di dalam setting pendidikan, konteks melibatkan analisis secara konseptual yang berhubungan dengan elemen-elemen lingkungan pendidikan yang lebih deskriptif dan komparatif.[3] Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar  menyatakan bahwa Evaluasi Konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.[4] Sejalan dengan pendapat di atas Djuju Sudjana menyatakan bahwa Evaluasi Konteks program menyajikan data tentang alasan-alasan untuk menetapkan tujuan-tujuan program dan prioritas tujuan. Evaluasi ini menjelaskan mengenai konteks lingkungan yang relevan, menggambarkan kondisi yang ada dan yang diinginkan dalam lingkungan, dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan[5]. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi konteks meliputi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani,   mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan yang secara khusus mempunyai pengaruh terhadap konteks masalah yang menjadi komponen program. Dapat dikatakan pula bahwa evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, yaitu memperkecil kesenjangan antara kondisi faktual dengan kondisi yang diharapkan. Tujuan utama evaluasi konteks adalah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari sasaran dan memberikan arah perbaikan.
2.      Evaluasi komponen Input, digunakan sebagai bahan pertimbangan membuat keputusan, penentuan strategi evaluasi, meliputi analisis persoalan yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif dan strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiyaan dan penjualan.[6] Evaluasi input pada program pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal secara menyeluruh, lebih baku, selalu berhubungan dengan peserta didik, pendidik, kurikulum, sarana prasarana dan kelengkapan administrasi. Menurut Djuju Sudjana Evaluasi masukan (input) program menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Hal ini berkaitan dengan relevansi, kepraktisan, pembiyaan, efektifitas yang dihendaki, dan alternatif-alternatif yang dianggap unggul[7]. Sejalan dengan pendapat di atas Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar  menyatakan bahwa Evaluasi Input adalah kemampuan awal warga belajar dan sekolah dalam menunjang PMTAS, antara lain kemampuan sekolah dalam menyediakan petugas yang tepat, pengatur menu yang andal, ahli kesehatan yang berkualitas, dan sebagainya.[8] Evaluasi input pada program Paket C sama seperti pada sekolah regular lainnya yakni, warga belajar, guru, dan tenaga kependidikan, bahan ajar, kurikulum serta sarana belajar.
3.      Evaluasi komponen Proses, digunakan dalam program sebagai data untuk mengimplementasikan keputusan, merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam proses (pelaksanaan) atau membimbing dalam implementasi kegiatan, evaluasi program juga digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan prosedur implementasi pada tata laksana kejadian dan aktifitas. Setiap aktifitas di monitor dan di catat perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pentingnya pencatatan aktivitas keseharian sebagai pertimbangan pengambilan keputusan untuk menentukan tindak lanjut dan penyempurnaan program. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar  menyatakan bahwa Evaluasi Proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana[9]. Sedangkan menurut Djuju Sudjana Evaluasi proses menyeediakan umpan balik yang berkenaan dengan efisiensi pelaksanaan program, termasuk di dalamnya pengaruh system dan keterlaksanaannya. Evaluasi ini mendeteksi atau memprediksi kekurangan dalam rancangan prosedur kegiatan program dan pelaksanaannya, menyediakan data untuk keputusan dalam implementasi program, dan memelihara doumentasi tentang prosuder yang dilakukan. Dalam program pendidikan, evaluasi inipun menyediakan informasi terhadap jenis keputusan yang mungkin dilakukan oleh pendidik[10].
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi proses adalah pengawasan secara terus menerus pada pelaksanaan program yang sangat berguna dan menentukan kelemahan/hambatan dan kekuatan/pendukung sehingga prosedur dapat dimonitor dan diperbaiki.
4.      Evaluasi komponen Produk/Output, digunakan sebagai bahan pertimbangan menolong keputusan selanjutnya, merupakan kumpulan deskripsi dan judgement dari outcomes, hubungan dengan konteks, masukan dan proses dan kemudian diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan.[11] Evaluasi produk adalah evaluasi yang dilakukan dalam mengukur keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan pelaksanaan atau aktualisasi pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis data akan menjadi acuan dalam penarikan kesimpulan dan pengajuan saran apakah program diteruskan, dimodifikasi atau dihentikan. Evaluasi produk merupakan tahap akhir, berfungsi untuk membantu penanggungjawab program dalam mengambil keputusan. Dalam analisis hasil ini, diperlukan pembanding antara tujuan yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Pada dasarnya mempertanyakan apakah sasaran yang ingin dicapai pada suatu program telah tercapai. Hasil yang dinilai berupa grafik skor tes, presentasi, data observasi, diagram data , sosiometri dan sebagainya yang masing-masing dapat ditelusuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Evaluasi produk/output pada penelitian evaluasi ini adalah hasil belajar warga belajar pada ujian semester (ujian sumatif) dan persentase kelulusan warga belajar dalam mengikuti Ujian Akhir Nasional. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar menyatakan bahwa Evaluasi Produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Evaluasi produk merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi program.[12] Sedangkan menurut Djuju Sudjana Evaluasi Produk mengukur dan menginterpretasi pencapaian program selama pelaksanaan program pada akhir program. Evaluasi ini berkaitan dengan pengaruh utama, pengaruh sampingan, biaya, dan keunggulan program, evaluasi produk melibatkan upaya penetapan criteria, melakukan pengukuran, membandingkan ukuran keberhasilan dengan standar absolut atau relative, dan melakukan interpretasi rasional tentang hasil dan pengaruh dengan menggunakan data tentang konteks, input dan proses[13].

2.      Model Riset Evaluasi UCLA
                                                         Dalam penelitian evaluasi ini digunakan model UCLA yang merupakan hasil pengembangan Alkin ketika beliau menjabat sebagai ketua pada The Centre for the Study of Evaluation di UCLA (University of Californiain at Los Angles). Alkin mengembangkan alur evaluasi yang mirip dengan model CIPP Stufflebeam. Alkin mengemukakan lima macam evaluasi, yakni: System Assessment, Program Planning, Program Implementation, Program Improvement, Program Certification.[14]
1.      System Assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan, kondisi atau status sebuah sistem. Menurut Jody L. Fitzpatrick, et.al. tahap evaluasi ini serupa dengan tahapan Context Evaluation dalam Evaluasi model CIPP.[15] Hal yang sama juga diutarakan oleh Blaine R. Worthen dan James R. Sanders.[16] Pada tahapan ini menjelaskan mengenai kondisi lingkungan yang relevan, menggambarkan kondisi yang ada dan yang diinginkan dalam lingkungan.[17] Tahapan evaluasi ini menggambarkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program.
2.      Program Planning, membantu dalam pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. Menurut Jody L. Fitzpatrick, et.al. tahap evaluasi ini serupa dengan tahapan Input Evaluation dalam Evaluasi model CIPP.[18] Hal yang sama juga diutarakan oleh Blaine R. Worthen dan James R. Sanders.[19] Tahapan evaluasi ini menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program.[20]
3.      Program Implementation, menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan program.
4.      Program Improvement, memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja. Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul tak terduga? Menurut Jody L. Fitzpatrick, et.al. tahap evaluasi ini serupa dengan tahapan Process Evaluation dalam Evaluasi model CIPP.[21] Hal yang sama juga diutarakan oleh Blaine R. Worthen dan James R. Sanders.[22]
5.      Program Certification, yang memberi informasi tentang nilai dan kegunaan program. Evaluasi ini mengukur dan menilai pencapaian program selama pelaksanaan program dan pada akhir program. Menurut Jody L. Fitzpatrick, et.al. tahap evaluasi ini serupa dengan tahapan Product Evaluation dalam Evaluasi model CIPP.[23] Hal yang sama juga diutarakan oleh Blaine R. Worthen dan James R. Sanders.[24]
                                                        




[1]  R. Kaufman & S. Thomas, Evaluations Without Fear (New York:  Viewpoints, 1980),  pp. 109-113.
[2] George F Madaus, Michael S Sriven dan Daniel L Stufflebeam, Evaluation Models,: Viewpoint on Educational and Human Services Educations (Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing, 1983), p.128.
[3]  Popham, op.cit,. p.35.
[4] Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), p. 29.
[5] Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: Remaja   Rosdakarya, 2006), pp. 54-55.
[6]  Daniel L Stufflebeam and Antony J Shinkfield, Sistematic Evaluation, A Self Instructional Guide to Theory and Practice (Boston: Kluwer Nijhoff Publissing, 1968), pp. 169-170.
[7] Djuju Sudjana, op.cit., p. 55.
[8] Arikunto dan Abdul Jabar, op.cit., p.30.
[9] Ibid, p.30.
[10] Sudjana, op.cit., p. 56.
[11]  Mardaus, Scriven dan Stufflebeam, op.cit., pp. 177-178.
[12] Arikunto dan Abdul Jabar, op.cit., p.30.
[13] Sudjana, op.cit., p. 56.
[14] Jody L. Fitzpatrick, et.al. Op.Cit., p. 92
[15] Ibid. p. 92
[16] Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Educational Evaluation Alternative Approaches and
   Practical Guidelines. (New York: Longman), p. 81
[17] Djuju Sudjana, Op.Cit., pp. 54-55
[18] Jody L. Fitzpatrick, et.al. Op.Cit., p. 92
[19] Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Op.Cit., p. 81
[20] Djuju Sudjana, Op.Cit., p. 55
[21] Jody L. Fitzpatrick, et.al. Op.Cit., p. 92
[22] Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Op.Cit., p. 81
[23] Jody L. Fitzpatrick, et.al.. Op.Cit., p. 92
[24] Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Op.Cit., p. 81