Selasa, 27 Oktober 2015

Psikologi Perkembangan Pesertadidik

PERTUMBUHAN FISIK DAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

A.PERTUMBUHAN FISIK
Perkembangan fisik telah lengkap dan mencapai puncaknya pada masa adolesen. Pada masa dewasa muda tinggi badan orang maksimal naik sekitar 2-3cm kecuali dengan latihan-latihan yang luar biasa, tinggi badan orang dewasa bisa naik sedikit lebih tinggi lagi. Perkembangan berat badan berjalan terus dan bisa tidak beraturan sesuai dengan kebiasaan hidup, terutama kebiasaan makan, mengonsumsi makanan, latihan fisik serta pola-pola kebiasaan hidup lainnya. Pertambahan berat badan terjadi pada orang dewasa karena factor bawaan.
Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik terus berjalan sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikkan dan latihan yang diikuti serta hobi-hobi aktivitas fisik yang diminati. Orang-orang yang menekuni pekerjaan atau latihan-latihan yang banyak menuntut gerakan-gerakan fisik, seperti pekerja berat, tentara, olahragawan, dan lain-lain, perkembangan kekuatan tulang cdan ototnya akan terus berkembang. Orang-orang yang dalam pekerjaan atau latihannya banyak menunutut kecekatan dan kelenturan aspek fisik, seperti para sekretaris, staf ketatausahaan, pengrajin, penari, pemahat, pelukis, perancang, dan lain-lain, perkembangan kecekatan, keterampilan, kelenturan fisiknya terus berkembang. Perkembangan kekuatan tulang dan otot mulai berkurang  dan melemah setelah usia 30-35 tahun, tetapi kecekatan, keterampilan dan kelenturan masih bisa bertahan sampai usia 35-40 tahun, setelah itu fungsi aspek-aspek fisik mulai berkurang.
Fungsi-fungsi pengembangan keturunan yang sudah matang pada akhir masa remaja, direalisasikan pada masa dewasa muda. Masa ini merupakan masa yang cukup baik untuk pembinaan rumah tangga, melahirkan dan membina keturunan. Mereka bukan saja telah matang secara fisik, tetapi juga secara social, emosional dan nilai-nilai. Pada umumnya, pada usia ini merreka telah memiliki penghasilan, maka secara ekonomis juga telah memiliki kesiapan.

B.PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Puncak perkembangan intelek telah tercapai pada masa adolesen. Beberapa ahli psikologi dan pengukuran menyatakan bahwa pada masa dewasa muda tidak ada peningkatan IQ yang berarti. Paling tinggi pada masa ini IQ meningkat 5 point. Masa awal dewasa muda merupakan masa studi di perguruan tinggi, pada jenjang Diploma, S1, S2 malahan S3. Berkenaan dengan kemampuan intelektual, Cattel dan Horn membedakan dua macam kecerdasaan Yaitu fluid intelligence, dan crystallized intelligence. Fluid intelligence meliputi proses memahami hubungan, pembentukkan konsep-konsep, nalar dan abstraksi, yang tidak banyak mendapatkan pengaruh dari pendidikkan dan kebudayaan; sedangkan crystallized intelligence berkaitan dengan penguasaan kecakapan-kecakapan khusus yang telah dipelajari. Crystallised intelligence tergantung pada latar belakang budaya dan pendidikkan. 
Sementara itu, Schaine mengemukakan bahwa perkembangan kognitif merupakan transisi dari “apa yang ingin saya ketahui”(what I need to know) yang merupakan penguasaan keterampilan berpikir pada masa anak dan remaja, menjadi “bagaimana sebaiknya saya mengunakan apa yang saya ketahui” (how should I use what I know) yang merupakan integrasi keterampilan berpikir pada kerangka kehidupan praktis kemudian menjadi “mengapa saya perlu tahu” (why should I know) yang merupakan pencairan tujuan dan makna yang berpuncak pada dikuasainya “kebijaksanaan” (wisdom) pada usia tua. Proses transisi ini oleh Schaine dibagi atas lima tahap berikut :
1.Tahap Pemerolehan (Aquistive) berlangsung pada masa anak dan remaja.
2.Tahap Penguasaan (Achieving) berlangsung pada usia 20-an sampai awal 30-an.
3.Tahap Tanggung jawab (Responsible) berlangsung pada usia 30 – sampai akhir 60-an.
4.Tahap ksekutif (Executive) berlangsung pada usia 30-an atau 40-an sampai awal 60-an.
5.Tahap Reintegrasi (Reintegrative) berlangsung pada usia 60 tahun ke atas.

C.perkembangan Moral
Teori perkembangan moral kognitif yang banyak dikaji dan dijadikan acuan dalam pendidikkan adalah teori dari Kohlberg. Menurut Kohlberg ada tiga tingkatan perkembangan moral kognitif, yaitu tahap prakonvensi, konvensi dan pasca konvensi. Tahapan perkembangan aspek moral telah dicapai pada usia adolesen. Sigmund Freud, bapaknya psikoanalisis yang terkenal itu, berpendapat bahwa perkembangan moral pada wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria. Namun demikian, beberapa penelitian menyimpulkan, bahwa tidak ada perbedaan yang nyata tentang perkembangan moral pada pria dengan wanita. Perbedaan yang ada bukan disebabkan oleh factor jenis kelamin, tetatpi lebih banyak disebabkan oleh tingkat pendidikan dan profesi.
Berikut tahap-tahap perkembangan moral pada wanita dewasa menurut Gilingan (1982)
Tahap 1. Orientasi terhadap keberadaan diri (orientasi of individual srrvival). Pada periode ini para   wanita lebih mengonsentrasikan hidupnya kepada keberadaan dan kepentingan dirinya, kepada apa yang baik dan berguna bagi dirinya. Perubahan yang terjadi pada tahap ini adalah perubahan dari mementingkan diri kepada tanggung jawab.
Tahap 2. Kebaikan sebagai pengorbanan diri (Goodness as self sacrifice). Pada tahap ini mereka mulai menyadari tentang tanggung jawabnya terhadap orang lain. Perubahan yang terjadi pada tahap ini adalah perubahan dari kebaikan kepada kebenaran.
Tahap 3. Moralitas tidak berbuat kekerasan ( The morality of non violence ). Pada tahap ini terjadi perubahan atau perkembangan kesadaran dari tidak mau menyakiti orang lain dan menyakiti dirinya.
Dalam studi lebih lanjut Gilingan bekerja sama dengan Attanucci (1988), menyimpulkan bahwa baik pria maupun wanita sama, keduanya memiliki nilai kepedulian tentang “perhatian” (care) dan “keadilan” (justice), tetapi antara keduanya ada perbedaan dalam penerapannya. Pria lebih banyak berpikir dan memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah keadilan, sedang wanita lebih peduli terhadap pemberian perhatian, perawatan, dan pemeliharaan kepada orang atau kelompok khusus.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ORANG DEWASA
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan orang dewasa itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir.Menurut aliran nativisme, perkembangan orang dewasa itu semata-mata bergantung pada pembawaan ( hereditas ). Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer, seorang filosof Jerman.
Aliran filsafat nativisme, yang di juluki sebagai aliran pesimistis, memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan individu manusia termasuk di dalamnya oang dewasa ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa.
Para ahli yang mengikuti pendirian empirisme mempunyai pendapat yang bertentangan dengan pendirian aliran nativisme. Pengikut aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan orang dewasa itu semata-mata bergantung pada factor lingkungan. Tokoh utama dari aliran ini adalah John Locke. Doktrin aliran empirisme yang terkenal adalah “tabula rasa “, sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong. Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam perkembangan manusia termasuk perkembangan dewasa.
Aliran lain berpendapat, bahwa perkembangan orang dewasa itu di pengaruhi oleh factor keturunan dan lingkungan. Aliran ini disebut aliran konvergensi. Aliran konvergensi merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan orang dewasa. Aliran ini dirumuskan pertama kalinya oleh W.Stern
Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa, Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada lingkungan atau pengalaman dan juga tidak berpegang pada pembawaan saja. Para pengikut nativisme menyatakan bahwa lingkungan dan pembawaan merupakan faktor yang sama pentingnya dalam perkembangan individu. Faktor pembawaan atau keturunan tidak akan berarti apa-apa tanpa pengalaman dan pendidikan.
Aliran konvergensi berpendapat bahwa perkembangan orang dewasa itu sangat dipengaruhi oleh faktor pembawaan maupun lingkungan. Bakat sebagai kemungkinan yang telah ada pada masing-masing orang dewasa, tidak akan berkembang dengan optimal apabila tidak didukung oleh lingkungan sesuai. Demikianlah pandangan pra ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi orang dewasa,.Meskipun demikian, ada faktor-faktor tertentu dalam kehidupan orang dewasa yang akan mempermudah perkembangannya. Faktor yang paling berpengaruh tersebut adalah :
A. KEKUATAN FISIK
Faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa adalah kekuatan fisik. Bagi banyak individu, puncak kekuatan fisik dicapai dalam usia pertengahan dua puluhan. Kekuatan fisik yang prima dapat mengatasi atau memecahkan persoalan-persoalan yang timbul pada masa orang dewasa.Untuk memelihara kekuatan fisik yang prima perlu dijaga kesehatan. Ada 7 kebiasaan hidup sehat yang perlu dilakukan oleh orang dewasa untuk memelihara kekuatan fisik, yaitu :
1. Sarapan pagi,
2. Makan secara teratur,
3. Makan secukupnya untuk memelihara berat badan yang normal,
4. Tidak merokok,
5. Tidak minum minuman yang mengandung alcohol,
6. Olahraga yang teratur,
7. Tidur secukupnya.

B. KEMAMPUAN MOTORIK
Faktor kedua yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa adalah kemampuan motorik. Kemampuan motorik orang dewasa mencapai puncak kekuatannya antara usia dua puluhan dan tiga puluhan. Kecepatan respons maksimal terdapat antara usia dua puluhan dan dua puluh lima tahun dan sesudah itu kemampuannya sedikit menurun.
Kemampuan motorik ini mempunyai hubungan yang positif dengan kondisi fisik yang kuat dan kesehatan yang baik. Kondisi fisik yang kuat dan kesehatan yang baik memungkinkan orang dewasa melatih keterampilannya secara lebih baik. Di samping itu, orang dewasa yang mempunyai kemampuan motorik yang baik cenderung akan dapat menyelesaikan dengan baik pekerjaan yang menuntut kemampuan fisik.
C. KEMAMPUAN MENTAL
Faktor ketiga yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa adalah kemampuan mental. Kemampuan mental yang diperlukan untuk menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru adalah mengingat kembali hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berpikir kreatif. Kemampuan mental ini mencapai puncaknya dalam usia dua puluhan, kemudian sedikit demi sedikit menurun.
Kemampuan mental yang dimiliki orang dewasa ini sangat penting kedudukannya dalam menyesuaikan diri terhadap tugas-tugas perkembangan, jauh melebihi pentingnya kemampuan motorik. Penelitian-penelitian terhadap kemampuan mental dengan menggunakan tes intelegensi, sangat jelas menggambarkan adanya kemampuan mental yang baik dalam masa dewasa awal ( Arthur T. Jersid,1978)
D.  MOTIVASI UNTUK BERKEMBANG
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa adalah motivasi untuk berkembang. Apabila remaja telah mencapai usia dewasa secara hukum, mereka berkeinginan kuat untuk dianggap sebagai orang-orang dewasa yang mandiri oleh kelompok social mereka. Hal ini menjadi motivasi bagi orang-orang dewasa untuk mengembangkan dirinya.
Motivasi untuk berkembang memiliki peran yang strategis dalam perkembangan orang dewasa. Individu yang merasa butuh dan perlu untuk menguasai tugas-tugas perkembangan orang dewasa cenderung mengarahkan perilakunya ke arah terkuasainya tugas-tugas perkembangan orang dewasa.
E.MODEL PERAN
Faktor lingkungan perkembangan orang dewasa sangat berpengaruh terhadap perkembangan orang dewasa. Orang dewasa yang berinteraksi dengan orang dewasa lainnya mempunyai model peran untuk diteladani. Karena berinteraksi dengan orang dewasa lainnya mereka memperoleh motivasi untuk mencontoh perilaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dianut oleh masyarakat orang dewasa

Perbedaan Individu Orang Dewasa
Perbedaan bukan hanya dominasi anak-anak. Pada individu dewasa pun perbedaan itu tetap pada Lingkungan, pengalaman dan atau pembawaanlah  yang menyebabkan perbedaan pada individu dewasa.
Perbedaan pada individu dewasa meliputi :
1. Perbedaan minat
2. Perbedaan kecerdasan/kecakapan
3. Perbedaan kepribadian

A.Perbedaan Dalam Minat
Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat dibagi menjadi 3 kategoriyaitu :
1. Minat pribadi
Yaitu kecenderungan hati yang tinggi terhadap kehidupan pribadinya.
Minat pribadi dibagi menjadi 3 macamyaitu :
a.Penampilan
Minat terhadap penampilan memfokuskan pada penampilan fisik(tinggi, berat badan, serta raut wajah).
b. Pakaian dan perhiasan
Pakaian dan perhiasan adalah symbol status serta member citra bagi isi pemakainya.
c. Uang
Orang dewasa sangat berminat untuk mempelajari bagaimana cara mendapat uang yang ada lebihnya, kemudian mengolahnya untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya
d.Agama
Individu dewasa juga manaruh minat  yang tinggi terhadap agama. Mengingat individu dewasa mempunyai tugas dantanggung jawab mengajarkan agama kepada anak-anak meraka. Namun seiring dengan kesibukan individu dewasa, maka minat terhadap agama di pengaruhi oleh factor-faktor :
             Jenis kelamin
Wanita lebih berminat pada agama dari pada pria
             Kelas sosial
Golongan kelas menengah lebih tertarik pada agama disbanding golongan kelas atas atau yang lebih rendah
             Lokasi tempat tinggal
Mereka yang tinggal di pedesaan/pinggir kota lebih berminat pada agama dibanding mereka yang tinggal di kota
             Latar belakang keluarga
Orang dewasa yang di besarkan di keluarga agamis cenderung lebih tertarik pada agama di banding individu yang dibesarkan di keluarga sekuler
             Minat religious teman-teman
Orang dewasa lebih memperhatikan hal-hal keagamaan jika tetangga atau temannya aktif dalam organisasi keagamaan
             Pasangan dari iman yang seiman
Individu dewasa akan nyaman/khusyu menjalankan hal-hal yang berbau keagamaan jika dijalan kan dengan teman/pasangan yang seiman dan sebaliknya
             Kecemasan akan kematian
Dengan mengingat kematian individu dewasa akan lebih religious dalam aktifitasnya
             Pola kepribadian
Individu yang berpandangan seimbang lebih luwes terhadap agama lain, biasanya lebih aktif dalam kegiatan keagamaan

2.            Minat Rekreasi
Rekreasi diartikan sebagai kegiatan yang memberikan kesegaran psikologis setelah mengalami keresahan psikologis. Rekreasi bagi individu dewasa tidak selalu bepergian kesuatu tempat layaknya arti rekreasi pada anak-anak. Banyak faktor yang mempengaruhi pola rekreasi individu dewasa, antara lain :
o             Kesehatan
o             Waktu
o             Status perkawinan
o             Status sosialekonomi
o             Jenis kelamin
o             Penerimaan sosial
3.            Minat sosial
Semua individu dewasa memiliki minat dan keinginan untuk berarti, lebih berdaya guna bagi lingkungan masyarakatnya. Karenanya individu dewasa mengarahkan minatnya pada aktivitas-aktivitas sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan aktivitas social individu dewasa:
             Mobilitas sosial
Semakin besar keinginan individu dewasa untuk meningkatkan status sosialnya maka semakin giat pula melibatkan diri dengan organisasi masyarakat  yang akan membantunya untuk naik kejenjang sosial yang lebih tinggi.
             Status social ekonomi
Status social ekonomi yang baik akan mampu berperan dalam kegiatan sosial
             Lamanya tinggal dalam suatu kelompok masyarakat
Berpindah –pindahnya tempat tinggal individu dewasa dapat menumbuhkan rasa partisipasi aktif yang tinggi dalam berorganisasi dan dalam rangka mencari teman.
             Kelas social
Individu dewasa yang punya kelas social tinggi dan menengah lebih sering aktif dalam berbagai organisasi masyarakat
             Lingkungan
Kehidupan social individu dewasa di perkotaan tidak sebaik kehidupan social di pedesaan yang lebih mengenal keramah tamahan dan akrab dengan tetangga
             Jenis kelamin
Pria yang sudah menikah lebih bebas berkecimpung dalam kegiatan sosial di banding pria lajang dan sebaliknya.
             Umur kematangan social
Pria dan wanita yang dewasanya lebih cepat, lebih aktif berorganisasi dibanding pria yang terlambat dewasanya
             Urutan kelahiran
Individu dewasa yang merupakan anak pertama lebih aktif dalam kegiatan masyarakat
             Keanggotaan dari tempat ibadah
Individu dewasa yang merupakan anggota tempat ibadah cenderung lebih aktif dalam kegiatan keagamaan dan organisasi masyarakat.

B.            Perbedaan dalam kepribadian
Kepribadian adalah semua perilaku individu dewasa yang tampak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian dipengaruhi oleh factor hereditas dan pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian kepribadian melahirkan formula sebagaiberikut :

P = f (H,E,T) atau P = a + bH + bE +bT
Keterangan :
P = perilaku atau pribadi
f = fungsi
H = hereditas( pembawaan )
E = environment ( lingkungan, termasukbelajar )
T = time ( waktu, tingkatperkembangan, kematangan )
a = konstanta
Ciri-ciri kepribadian individu dewasa yang tampak dalam interaksi lingkungannya, dapat dilihat sebagai berikut :
  Karakter, konsekuen/tidaknya individu dewasa dalam memegang pendirian/pendapat
  Temperamen, cepat/lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan dari luar
  Sikap sambutan individu dewasa terhadap objek-objek
  Stabilitas emosional (mudah tersinggung/tidak, marah,menangis atau putus asa)  individu dewasa
Tanggung jawab( menerima/cucitangan, melarikan diri dari resiko dari perbuatan) individu dewasa
  Sosiabilitas (keterbukaan/ketertutupan serta kemampuan berinteraksi) individu dewasa

C.Kecakapan
Individu dewasa yang  memiliki kecakapan tertentu bukan karena kelahirannya semata tetapi dipengaruhi oleh perkembangan dan pengalaman. Semua individu dewasa mempunyai  potensi dasar berperilaku intelegen/kecakapan
Ada 2 kategori kecakapan :
1.            Kecakapan nyata/aktual, aspek kecakapan yang segera dapat di demonstrasikan.
Kecakapan nyata merupakan hasil usaha/belajar dengan cara, bahan dan pengetahuannya
2.            Kecakapan potensial, aspek kecakapan yang diperoleh secara hereditas ( pembawaan kelahiran ) yang berupa kecakapan dasar umum/intelegensi dan kecakapan dasar khusus/bakat
Intelegensi dan bakat dapat di deteksi dengan mengidentifikasi indikator-indikator perilaku intelegen, seperti :
             Kemudahan menggunakan bilangan
             Efisiensi dalam berbahasa
             Kecepatan dalam pengamatan
             Kemudahan dalam mengingat
             Kemudahan dalam memahami hubungan
             Imajinasi
Intelegensi dapat di kelompokkan menjadi
1.            Superior/genius, yaitu kelompok individu yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan dengan mudah
2.            Normal, yaitu kelompok individu yang dapat bertindak biasa dalam kecepatan, ketepatan dan kemudahan, menurut batasan waktu dan tingkat kesukaran yang telah ditetapkan
3.            Sub-normal, yaitu kelompok individu  yang bertindak jauh lebih lambat dalam hal kecepatan, lebih banyak ketidak tepatan dan kesulitannya
Individu yang mempunyai kecakapan dasar khusus, yaitu individu yang memiliki kemampuan dasar salah satu kategori ini yaitu :
1.            bilangan ( numerical abilities )
2.            bahasa ( verbal abilities )
3.            tilikan ruang ( spatial abilities )
4.            tilikan hubungan social ( social abilities ) dan
5.            gerakmotoris ( motorical abilities )
Selain factor lingkungan dan pembawaan, factor pengalaman juga menyebabkan perbedaan pada individu dewasa. Pengalaman adalah penerimaan orang dewasa terhadap pengaruh dari lingkungan tersebut. Pengalaman terbentuk berdasarkan penilaian dan membandingkan antara diri dengan lingkungannya.
Dibawah ini adalah beberapa pendapat para ahli tentang perbedaan individu  orang dewasa:
a.            Freud
Perbedaan individu dewasa disebabkan oleh berbedanya kekuatan daya pendorong The Id  dan Kendali dari Super Ego, serta kuatnya dorongan kompleks lainnya (factor perangsangnya).
b.            Alferd Adler
Menurut  Alfred perbedaan individu dewasa bergantung pada hasrat dan cita-cita.
c.             Kunkel
Adanya perbedaan diantara individu dewasa disebabkan oleh kadar rasa harga diri yang berbeda tingkatannya.
d.            Stern
Menurut Stern perbedaan individu dewasa disebabkan adanya perbedaan kesadaran pribadi dalam mempertahankan dan mengembangkan dirinya.
e.            Rollo May
Perbedaan individu  dewasa disebabkan adanya perbedaan dalam pandangan subjektif terhadap partisipasi dengan lingkungannya serta perbedaan kadar kecenderungan dalam mempertahankan ke unikannya.
f.             Watson
Perbedaan individu dewasa disebabkan perbedaan pendidikan dan pengalaman.
g.            Lewin
Menurutnya, tingkah  laku individu dewasa ditentukan oleh pengalamannya dalam membaca situasi medan dan setempat.
h.            Rotter
Perbedaan individu dewasa disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman individu dewasa dalam hubungan sosialnya di masa lalu.
        i. Sullivan
Perbedaan pengalaman masing-masing individu membuat berbeda cara individu dalam mereaksi terhadap lingkungannya.
Kebutuhan Kebutuhan Orang Dewasa
Teori Biologis     : Lebih menekankan pada mekanisme pembawaan biologi seperti insting dan kebutuhan kebutuhan biologis.
Teori Sosiologis : Lebih menekankan pada pengaruh kebudayaan atau kehidupan masyarakat.
Orang dewasa melakukan aktifitas karena ia didorong oleh adanya faktor faktor biologis serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia.
Menurut Maslow, Kebutuhan orang dewasa dapat digolongkan ke dalam lima tingkatan. Lima tingkatan tersebut adalah
1.            Kebutuhan yang bersifat biologis.
2.            Kebutuhan rasa aman
3.            Kebutuhan kebutuhan sosial
4.            Kebutuhan akan harga diri
5.            Kebutuhan untuk berbuat yang terbaik
Kebutuhan orang dewasa bersifat dinamis, artinya kebutuhan tersebut berubah ubah.
Menurut morgan, orang dewasa memiliki 4 kebutuhan;
1.            Kebutuhan untuk melakukan suatu aktifitas
2.            Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
3.            Kebutuhan untuk mencapai hasil
4.            Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Menurut Murray dan Edwards ada 15 kebutuhan orang dewasa;
1.            Kebutuhan berprestasi (achievement)
2.            Kebutuhan rasa hormat (deference)
3.            Kebutuhan keteraturan (order)
4.            Kebutuhan memperlihatkan diri (exhibition)
5.            Kebutuhan otonomi (autonomy)
6.            Kebutuhan afiliasi (affiliation)
7.            Kebutuhan intrasepsi (intraception)
8.            Kebutuhan berlindung (succorance)
9.            Kebutuhan dominan (dominance)
10.          Kebutuhan merendah (abasement)
11.          Kebutuhan memberi bantuan (naturance)
12.          Kebutuhan perubahan (change)
13.          Kebutuhan ketekunan (endurance)
14.          Kebutuhan heteroseksualitas (heterosexuality)
15.          Kebutuhan agresi (aggresion)

Dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan tersebut, orang dewasa dituntut untuk mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan sekarang mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
1.            Tugas-tugas perkembangan masa dewasa/muda;
a.            Mengembangkan sikap wawasan dan pengalaman nilai-nilai agama
b.            Memperoleh atau memulai suatu pekerjaan
c.             Memiliki pasangan
d.            Mulai memasuki pernikahan
e.            Belajar hidup berkeluarga
f.             Mengasuh dan mendidik anak
g.            Mengelola rumah tangga
h.            Memperoleh kemampuan dan kemantapan karier
i.              Mengambil tanggung jawab atau pesan sebagai warga masyarakat
j.             Mencari kelompok sosial yang menyenangkan
2.            Tugas-tugas perkembangan masa dewasa madya;
a.            Memantapkan pengalaman nila-nilai agama
b.            Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara
c.             Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab da bahagia
d.            Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang terjadi pada aspek fisik
e.            Memanatpkan keharmonisan hidup berkeluarga
f.             Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier
g.            Memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa
3.            Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa lanjut(masa tua);
a.            Lebih memantapkan diri dalam mengamalkan norma atau ajaran agama
b.            Mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan
c.             Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga
d.            Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
e.            Membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia
f.             Memantapkan hubungan yang lebih harmonis dengan anggota keluarga

Strategi Pembelajaran Berbasis masalah (problem based learning )

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
oleh : Dirgantara Wicaksono

Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir manusia baik penalaran, komunikasi dan koneksi dalam memecahkan masalah adalah Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah). Guru yang menggunakan strategi PBM dalam proses pembelajaran menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi yang induktif dan deduktif dan penemuan atau pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa sendiri. Pembelajaran difokuskan agar siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan benar. Strategi pembelajaran dengan PBM menawarkan kebebasan siswa dalam  proses pembelajaran.
Menurut Barrow dan Lynda, “a PBL is a challenging, motivating, learner-centered educational method that stimulates learners to both acquire and apply the knowledge and skills that they need including problem-solving, self directed learning, team skills, and to be responsible for their own continuing education.”  Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang dapat menantang, memotivasi, menerapkan, dan merangsang siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk pemecahan masalah, belajar mandiri, kerja sama tim, dan tanggung jawab.
Selanjutnya definisi strategi PBM menurut Neo et al adalah “an APBL approach is one that allows opportunities for students to be equipped to continue to do their own learning on a “just in time” mode and work effectively with others to solve any problems in the future-whether in their practice or career or personal life.”  Dikatakan bahwa PBM merupakan salah satu strategi yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan pembelajaran mereka sendiri dengan "tepat waktu" dan bekerja secara efektif dengan orang lain untuk memecahkan masalah di masa mendatang-apakah dalam praktek atau karir atau kehidupan pribadi.
Selanjutnya menurut Hung dalam Jonassen dikatakan bahwa “PBL as an instructional strategy to challenge students to address real-world issues. The suggestion is that PBL provides students of any age the opportunity to explore a learning problem and develop approaches to resolution of that circumstance.  Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah strategi pembelajaran yang menantang siswa untuk melihat isu-isu yang sedang terjadi. PBM menyediakan kesempatan pada siswa untuk menggali masalah dan mengembangkan pendekatan yang efektif untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pendapat berikutnya menurut Arends bahwa “the essence of problem based learning consists of presenting students with authentic and meaningful problem situations that can serve as springboards for investigations and inquiry.  Bahwa poin penting dari pembelajaran berbasis masalah adalah mengantarkan siswa pada masalah nyata dan bermakna yang dapat dilakukan investigasi dan pencarian solusi.
Panen dalam Rusmono mengatakan dalam strategi pembelajaran berbasis masalah, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.
PBM merupakan pendekatan efektif dalam proses berpikir kritis. Pembelajaran ini membantu siswa memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka tentang dunia sosial dan sekitarnya. Strategi PBM merupakan pembelajaran mandiri dengan melakukan analisis masalah sebelum mengumpulkan informasi, pandangan ini dipengaruhi oleh ide Bruner tentang motivasi instrinsik sebagi kekuatan yang mendorong individu untuk lebih banyak mempelajari dunia mereka sendiri. Dapat dijelaskan bahwa rangkaian aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Beberapa manfaat dari pembelajaran berbasis masalah antara lain:
a.Think critically and be able to analyze and solve complex, real-world problems
b. Find, evaluate, and use appropriate learning resources
c Work cooperatively in teams and small groups
d.Demonstrate versatile and effective communication skills, both verbal and written
e.Use content knowledge and intellectual skills acquired at the university to become continual learners.
Manfaat dari pembelajaran berbasis masalah antara lain: a) dapat berpikir kritis dan mampu menganalisis dan menyelesaikan masalah yang kompleks, b) dapat menemukan, menilai dan menggunakan sumber belajar yang sesuai, c) bekerja secara kooperatif, d) kemampuan berkomunikasi lebih efektif, e) dapat menggunakan pengetahuan dan intelektual yang dibutuhkan di tingkat berikutnya.
Selanjutnya karakteristik strategi PBM menurut Arends, meliputi: a) driving question or problem, b) interdisciplinary focus, c) authentic investigation, d) production of artifacts and exhibits, e) collaboration. Menurutnya pembelajaran berbasis masalah dikendalikan oleh pertanyaan dan masalah; fokus antardisiplin; penyelidikan otentik; menghasilkan benda-benda dan pemeran; serta kolaborasi.
Selanjutnya menurut Arends & Kilcher PBM berguna untuk merangsang rasa ingin tahu, imajinasi, mencari pemahaman; mengekspresikan sikap substansial lebih positif terhadap belajar; meningkatkan prestasi dan berfikir tingkat tinggi; memberikan kesempatan berpikir kritis dan kreatif; membuat benda dan mempersiapkan presentasi yang mengharuskan menganalisis dan mensintesis informasi dari berbagai sumber.  Strategi PBM memiliki tujuan untuk kepentingan siswa sebagai subjek belajar. Pembelajaran berbasis masalah dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Arends menyarankan PBM untuk “PBL help students develop their thinking and problem-solving skills, learn authentic adult roles and become independent learners.”  Dengan menerapkan PBM dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah, Keterampilan memerankan perilaku orang dewasa dan keterampilan sosial berkembang dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dalam PBM, ada langkah-langkah yang harus dilakukan guru dan siswa yang biasa dinamakan sintaks. Schmidt dalam Jonassen menjelaskan tujuh fase proses PBM melalui gambar berikut:
Fase 1   : Understand the problem
Fase 2   : Define the problem
Fase 3   : Brainstorming
Fase 4   : Elaboration: develop personal “theory”
Fase 5   : Formulate learning objectives
Fase 6   : Self-study
Fase 7   : Collaborative learning and reflection
Schmidt’s 7 PBL Process

Tujuh fase PBM rumusan Schmidt’s berorientasi pada kegiatan siswa selama pembelajaran. Fase-fase tersebut dilengkapi oleh Arends dengan menjelaskan perilaku guru dalam memfasilitasi siswa selama proses pembelajaran yang dijelaskan melalui tabel berikut:
Tabel 1
Fase PBM arends

Fase Kegiatan guru
Fase 1
Mengorientasikan siswa pada masalahGuru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan persyaratan logistik yang penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengatur pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan benda-benda dan pameran Guru membantu siswa dalam perencanaan pameran, menyiapkan benda-benda seperti laporan, video, model dan membantu mereka berbagi pekerjaan dengan yang lain
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi PBM Guru membantu siswa untuk merefleksikan penyelidikan dan proses yang mereka gunakan

Maka dari itu, menurut Arends PBM mengharuskan siswa melakukan penyelidikan otentik untuk mencari solusi terhadap masalah yang dilakukan dengan menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, jika diperlukan dilakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menarik kesimpulan.     
Fase PBM menurut Barrows et al dilakukan oleh siswa melalui kerja kelompok dalam sebelas tahapan, yaitu: orientation, encountering the problem, making a commitment, tackling the learning issues, conducting self-directed learning, returning from self-directed learning, reiterating an reassessing the problem, summarizing and knowledge abstraction, conducting self-and peer-evaluation, conducting tutor evaluation, and evaluating group and future direction.   Strategi PBM menurut Eggen & Kauchak terdiri dari empat fase yang dideskripsikan melalui tabel berikut:
Tabel 2
Fase PBM menurut Eggen & Kauchak
Fase       Deskripsi
Fase 1: Mereview dan menyajikan masalah.
Guru mereview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan a Menarik perhatian siswa dan menarik mereka ke dalam pembelajaran
b. Secara informal menilai pengetahuan awal ,c.Memberikan fokus konkret untuk pelajaran
Fase 2: Menyusun strategi
Siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru memberi mereka umpan balik soal strategi Memastikan sebisa mungkin siswa menggunakan pendekatan yang berguna untuk memecahkan masalah
Fase 3: menerapkan strategi
Siswa menerapkan strategi-strategi mereka saat guru secara cermat memonitor upaya mereka dan memberikan umpan balik       Memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah
Fase 4: membahas dan mengevaluasi hasil
Guru membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan
Memberi siswa umpan balik tentang upaya mereka
Sedangkan fase PBM menurut Duch et al dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Sequence of Classroom PBL Activities

Class Period  Student Ativities and Responsibilities Instructor Roles and Responsibilities
Session 1
Page 1 of problem
Students read, discuss problem
List/discuss prior knowledge that relates to problem
Develop, prioritize learning issues
Assign research responsibilities Preface remarks on problem
Observe group discussions
Facilitate (if necessary) development/prioritization
Monitor group functioning-sharing of responsibilities, tasks, participation in discussions, respect for other’s opinions
Out of Class Individual Research
Session 2
Page 2 of problem Reporting on learning issues to group members with discussion-develop new learning issues?
Application of prior knowledge to new material, develop new understanding, learning issues
Assign new research responsibilities based on newly developed learning issues Observe group discussions, minilectures as necessary to facilitate, focus student inquiry
Facilitate new learning issues development (if necessary)
Out of Class Individual Research
Session 3
Distibute materials associated with assessment of learning Reporting on learning to group members with discussion.
Resolution of problem-development of group product for assessment. Minilectures Or Lead Class Discussions Toward Resolution Or Understanding Of Problem/Learning Objectives
Assesment of group and individual achievement
Savin-baden & Major menyarankan model penilaian dalam PBM berupa penilaian individu; kelompok; tiga pihak dengan kelompok menyampaikan laporan; individu melaporkan hasil kerja dan menulis hasil proses kerja tim; essay individu berbasis kasus; portofolio; pemeriksaan lisan; refleksi jurnal; laporan; penilaian sendiri; penilaian kelompok; penilaian kerjasama antara guru dan siswa; penilaian antar kelompok; dan penilaian intra kelompok.  Adapun menurut Rusmono, ada 5 tahap strategi pembelajaran dengan menggunakan PBM, yaitu:
Tabel 4
Tahapan pembelajaran dengan strategi PBM

Tahap pembelajaran      Perilaku guru
Tahap 1:
Mengorganisasikan siswa kepada masalah
Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri
Tahap 2:
Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu
Tahap 3:
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi
Tahap 4:
Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameranGuru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video dan model serta membantu mereka berbagi karya mereka
Tahap 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Dalam proses pembelajaran dengan strategi PBM ditandai dengan karakteristik: 1) siswa menentukan isu pembelajaran, 2) pertemuan-pertemuan pelajaran berlangsung open-ended atau berakhir dengan masih membuka peluang untuk berbagi ide tentang pemecahan masalah, sehingga memungkinkan pembelajaran tidak berlangsung dalam satu kali pertemuan, 3) guru adalah seorang fasilitator dan tidak seharusnya bertindak sebagai pakar yang merupakan satu-satunya sumber informasi, 4) totorial berlangsung sesuai dengan tutorial PBM yang berpusat pada siswa. Maka dari itu dalam strategi PBM yang lebih dipentingkan adalah dari segi proses dan bukan hanya sekedar hasil belajar yang diperoleh.
Dalam penelitian ini, sintaks yang digunakan oleh peneliti dalam menerapkan PBM dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5
Sintaks Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

1.Orientasi siswa pada masalah; Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2.Mengorganisasi siswa untuk belajar; Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3.Membimbing pengalaman individual/ kelompok; Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4,Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5.Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah; Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam strategi pembelajaran berbasis masalah yang dikedepankan adalah proses pembelajaran, bukan hanya berorientasi hasil. Jika proses pembelajaran berjalan efektif, maka diharapkan hasil belajarnya pun akan optimal. Penugasan penyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran sejarah sangat berhubungan dengan materi pokok yang dikaji didalamnya. Adapun bentuk penerapan dari keseluruhan kegiatan pembelajaran.
                Pada pendahuluan, di pertemuan pertama guru menjelaskan mengenai strategi PBM. Dalam kegiatan ini siswa mengenal dan mengingat informasi yang diperoleh khususnya mengenai strategi PBM, lalu guru membagi siswa  ke dalam kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 3 sampai 4 orang. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.Pada pertemuan kedua dan seterusnya (dalam pendahuluan) guru tidak lagi membagi kelompok tetapi mengkondisikan siswa untuk belajar dan dilanjutkan dengan pemberian motivasi siswa akan pentingnya  materi yang akan dipelajari dikaitkan dengan peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, kegiatan diawali dengan setiap kelompok membaca,mengamati dan mengidentifikasi berbagai sumber belajar, baik dari buku sejarah wajib pegangan siswa, literatur ilmiah (buku atau jurnal), internet, peta, dan lingkungan sekitar  yang berisi informasi tentang materi pelajaran, lalu guru mengajukan beberapa pertanyaan/masalah untuk dicarikan solusinya. Selanjutnya masing-masing kelompok mengumpulkan data/informasi dari berbagai sumber untuk dicarikan solusinya  dan melakukan evaluasi serta membuat kesimpulan, setelah itu tiap kelompok menyampaikan hasil evaluasi dan kesimpulan terkait masalah yang diangkat dan di komparasikan dengan hasil evaluasi dan kesimpulan kelompok yang lain.
Pada kegiatan penutup, guru mendorong siswa untuk menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-nilai yang  dapat dipetik dari aktivitas hari ini,  Mendorong siswa untuk selalu teliti dan cermat ketika membaca dan menyimpulkan sebuah kesimpulan ilmiah, Mengingatkan siswa untuk selalu bersyukur atas kekuasaan Tuhan, dan selanjutnya memberikan tes atau pekerjaan rumah untuk dapat mengembangkan paradigma berfikir pesertadidik.