Minggu, 09 Maret 2014

PENDEKATAN KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VII SMP AL HIKMAH l

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi begitu pesat sehingga menimbulkan banyak perubahan yang besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia dengan kompleksitas yang kian meninggi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hanya berdampak pada kemudahan akses pemenuhan kebutuhan hidup manusia, namun juga membawa dampak pergeseran tata nilai budaya masyarakat. Informasi menyebar sangat cepat, organisasi birokratis bergeser ke organisasi jaringan (network organization) yang beroperasi melampaui batas negara dan kawasan. Pada sisi lain, perubahan tersebut mempengaruhi dan mengubah berbbagai macam aturan pranata yang sudah ada, cara-cara pekerjaan yang seharusnya dilakukan, ketrampilan, keahlian yang dibutuhkan, tatanan teritorial kenegaraan, hubungan antar bangsa, antar wilayah dan pola interaksi antar manusia.
Dewasa ini dunia pendidikan juga mengalami lompatan kemajuan yang luar biasa pesatnya, hal itu dibuktikan dengan banyaknya paradigma baru dalam pendidikan, mulai dari konstruktivieme, quantum teaching, quantum learning, kooperativ learning, konstekstual teaching and learning, pembelajaran autentik, pakem dan masih banyak lagi deretan revolusi pembelajaran yang memberikan warna dan semangat baru terhadap dunia pendidikan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut di atas, maka perlu adanya pengembangan kualitas layanan pendidikan di sekolah. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuannya sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama metode pembelajaran. Untuk itu  diperlukan strategi dan metode belajar baru yang lebih memberdayakan siswa, yakni sebuah metode belajar yang mendorong siswa untuk lebih dinamis, aktif, dan kreatif dalam menemukan, menyusun dan mengkomunikan hasil belajarnya.  Dengan model pembelajaran ini siswa akan berada pada proses penerapan antara konsep dan realitas yang ada, sehingga siswa dengan mudah dapat mengingat konsep yang diperoleh untuk kemudian diterapkan.
Paradigma baru dalam belajar di samping siswa menemukan sendiri pengetahuannya dan menyusunnya kembali, terdapat satu hal yang menarik bahwa keberhasilan belajar bukan sebagai hasil kerja individu melainkan hasil kerjasama dalam satu komunitas belajar (kooperatif) sehingga memungkinkan terjadinya interaksi saling menguntungkan antar subyek belajar. Pola pembelajaran kooperatif ini akan lebih efektif jika masing-masing kelompok individu belajar ditempatkan sebagai subyek yang punya keahlian sesuai dengan potensinya, sehingga peran, kontribusi dan partisipasi belajarnya dalam kelompok akan semakin meningkat.
Berangkat dari paparan di atas, maka dipandang perlu dilakukan uji coba pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Pendekatan Kooperatif Tutorial Teman Sebaya untuk meningkatkan Kedisiplinan Siswa kelas VII  SMP AL Hikmah, Pulogadung, Jakarta timur ".
3.            RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
3.1    Apakah  pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di kelas VII  SMP Al Hikmah, pulogadung, jakarta timur ?
4.      TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
4.1.  Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di kelas VII  SMP Al Hikmah, pulogadung, jakarta timur.
5.      KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
5.1.  Pelaksanaan pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di kelas VII SMP Al Hikmah, pulogadung, jakarta timur
6. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas tentang pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya pada peningkatan kedisiplinan siswa ini adalah sebagai berikut:
6.1.  Bagi Sekolah
6.1.1.  Memberikan informasi tentang kemampuan guru dalam memvariasikan bentuk pelayanan pembelajaran kepada siswa.
6.1.2. Memberikan informasi tentang profil guru dan profil siswa dalam belajar.
6.1.3. Memperoleh metode pembelajaran yang memiliki  keberpihakan kepada siswa secara lebih dibanding metode belajar yang lain.
6.2. Bagi Guru
6.2.1 Memberikan informasi kepada guru mengenai situasi peningkatan kedisiplinan    siswa.
6.2.2 Sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam usahanya untuk meningkatkan keberhasilan usahanya dalam mengajar Bimbingan Konseling.
6.2.3 Memberikan informasi kepada guru mengenai kesiapan dan daya kritis serta keberhasilan belajar siswa.
6.3 Bagi Siswa
6.3.1. Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa  dalam peningkatan kedisiplinan siswa.
6.3.2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan  kemampuan berfikir yang kompleks.
6.3.3. Sebagai umpan balik terhadap kemajuan belajar siswa.
7. KAJIAN PUSTAKA
7.1. Pendekatan Kooperatif Tutorial Teman Sebaya
Cooperative Learning .Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakkan tanggungjawab individu sekaligus kelompok, sehingga diri siswa tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara optimal. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja dan bertanggungjawab secara sungguh-sungguh untuk mencapa tujuan yang telah ditetapkan.Menurut Muslimin Ibrahim (2000: 6) unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1.      Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
2.      Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3.      Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4.      Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
5.      Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6.      Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membuthkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7.      Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 
Dalam Dirjen Dikdasmen (2005: 46) ciri-ciri pembelajaran menggunakan model kooperatif adalah sebagai berikut:
1.      Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3.      Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4.      Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.
Metode tutorial teman sebaya adalah metode pembelajaran dimana siswa berkelompok berpasangan dua orang, seorang dari pasangan itu mengulangi menjelaskan materi pelajaran yang diterima dari sajian guru kepada pasangannya, kemudian pasangan yang mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian bergantian peran sampai keduanya jelas dan memahami materi pembelajaran (Ekowati, 2004).
Menurut Ekowati (2004) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tutorial teman sebaya adalah sebagai berikut:
1)      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2)      Guru menyajikan materi pembelajaran.
3)      Untuk mengetahui daya serap siswa, dibentuk kelompok berpasangan dua orang.
4)      Kemudian, seorang dari pasangan itu menceritakan kembali materi yan baru diterima kepada pasangannya, pasangan yang mendengarkan membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.
5)      Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya.
6)      Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembal materi yang belum dipahami siswa.
7)      Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
7.2. Motivasi Belajar
Mengenai pengertian motivasi ini beraneka ragam. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk meninjau dan memahami motivasi ini, yaitu (1) motivasi dipandang sebagai suatu proses. Sehingga motivasi dapat dijadikan alat untuk menjelaskan tingkah laku dan tingkah laku berikutnya akan akan terjadi pada individu. (2) Motivasi dilihat sebagai petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.
Mc Donald (1959) merumuskan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam rumusan tersebut ada tiga unsure yang saling berkaitan, ialah sebagai berikut:
1.      Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan pribadi tersebut disebabkan oleh perubahan tertentu pada system neurofisiologis dalam organisme manusia.
2.      Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan, mula-mula berupa ketegangan psikologis lalu berupa suasana emosi. Susana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif yang dapat diamati dari perbuatannya.
3.      Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan, sehingga pribadi memberikan respon kearah pencapain tujuan tersebut. Respon tersebut berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh adanya perubahan energi dalam dirinya.
Motivasi belajar pada prinsipnya ada dua macam, yaitu motivasi intstrinsik, dan motivasi ekstrinsik (Hamalik, 2003: 112-119). Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya karena timbul dari dalam diri peserta didik (individu). Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari  luar, motivasi ini berpengaruh secara fungsional dalam diri peserta didik yang tidak memerlukan hadiah atau pujian, karena peserta didik belajar bukan untuk memperoleh hadiah atau pujian tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti akredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan, hukuman, sarkasme dan beraneka ragam dorongan lain baik yang positif atau negatif dari luar diri peserta didik. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan oleh siswa dan sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan siswa sebagai peserta didik. Sangat dimungkinkan pada suatu kondisi atau obyek tertentu peserta belum menyadari betapa pentingnya obyek atau kondisi tersebut bagi kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Dalam kondisi seperti inilah arti pentingnya motivasi ekstrinsik, dimana guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri.
Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam konteks kegiatan pembelajaran bagi peserta merupakankomponen penting yang memberikan konstribusi sangat berarti dalam mencapai derajat keberhasilan belajar tertentu. Oleh karena itu tidak dapat disimpulkan mana yang paling dominan pengaruhnya, atau motivasi yang mana yang paling efektif, karena masing-masing memainkan peranan yang sama dalam mendorong minat, perhatian dan pencurahan segala potensi peserta didik dalam kegiatan belajar di kelas maupun di luar kelas, secara individu maupun kelompok.
Kemunculan sifat motivasi, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.       Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah laku/perbuatan dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapai.
2.       Sikap guru terhadap kelas, guru hendaknya bersikap bijak dan selalu mendorong partisipasi kelas dalam berbuat untuk mencapai tujuan belajar yang jelas dan bermakna bagi kelas.
3.       Pengaruh kelompok siswa, bila pengaruh kelompok siswa ini lebih kuat maka akan lebih memungkinkan terjadinya motivasi ekstrinsik.
4.       Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu pada motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung jawab tentunya lebih merangsang munculnya motivasi instrinsik dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan.
7.3. Prestasi Belajar
Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pemahaman, dalam bidang ketrampilan, dalam bidang nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh murid terhadap pertanyaan, persoalan, tugas, yang diberikan oleh guru (Winkel, 1984: 102.Pengajaran di sekolah meliputi tiga bidang tujuan belajar, menutu Bloom yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik (Winkel, 1984: 102). Untuk melihat prestasi belajar yang mencakup tiga ranah atau bidang tujuan belajar tersebut dilakukan pengukuran atau evaluasi. Pengukuran berupa suatu deskripsi kuantitatif tentang prestasi yang diberikan oleh seorang siswa. Dalam rangka evaluasi produk, pengukuran tentang prestasi yang diberikan oleh seseorang siswa memegang peranan penting. Dalam pengukuran, termasuk pengukuran hasil belajar, biasanya digunakan ukuran-ukuran tertentu dan angka-angka (Winkel, 1989: 315).
Prestasi belajar siswa dibentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Suryabrata (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:
1.      Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal terbagi menjadi dua hal, yaitu (a) faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alami, misalnya keadaan suhu dan kelembaban udara; (b) lingkungan social, misalnya suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, dan keramaian orang-orang disekitarnya.
2.      Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya direncanakan sesuai dedngan hasil belajar yang diharapkan. Misalnya ruang kelas, alat-lat praktikum, kurikulum, program, pedoman belajar dan sebagainya.
3.      Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal meliputi dua hal, yakni (a) faktor fisiologis, misalnya kesehatan jasmani, kecukupan gizi, kenormalan panca indra, dan lain-lain; (b) faktor psikologis ialah faktor yang berhubungan dengan  kondisi kejiwaan individu, misalnya minat, kecerdasan, bakat, sikap, motivasi dan kemampuan kognitif.
8. METODE PENELITIAN
8.1.Setting Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan di SMP Al Hikmah, pulogadung, jakarta timur.Kabupaten Pacitan dengan mengambil subyek penelitian kelas VII semester  Genap tahun pelajaran 2012/2013 peningkatan kedisiplinan siswa
8.2. Alat – Alat dan Teknik Pengumpulan Data
            Data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
1.      Observasi, untuk memonitor partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar kooperatif dengan metode tutorial teman sebaya.
2.   Tes, untuk mengetahui hasil belajar siswa
8.3.Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2012: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),  action (tindakan),  observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut : Penjelasan alur diatas adalah :
  1. Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
  2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pendekatan kooperatif model Cooperative tutor sebaya. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
8.4.Analisis Data
            Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan teknik analisis prosentase. Untuk menganalisi tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

9.JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
            Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada bulan Juni 2012  dengan alokasi waktu 4 x 40 menit, dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3.2. Jadwal pelaksanaan PTK
No
Kegiatan
Minggu ke ….
I
II
III
IV
1
Persiapan Skenario pembelajaran PTK
X



2
Pelaksanaan PTK

X


3
Penyusunan laporan hasil PTK


X
X

10.   Daftar pustaka
Burton, W.H. 1952. The Gidence of Lerning Activities. New York: Appleton Century Crofts, I
Ekowati, Endang. 2004. Model-Model Pembelajaran Inovatif Sebagai Solusi Mengakhiri Dominasi Pembelajaran Guru. Makalah Workshop Rencana Program dan Implementasi Life Skill SMA Jawa Timur tahun 2004. 
Hamalik, Umar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Mc. Donald. 1959. Educational Psychology. San Francisco: Wardsworth Publishing, Inc.
Muslimin, Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press
Mussen, P.H. Conger. J.J. , Kagan, J. dan Huston, A.C. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa. 1988. Jakarta: Erlangga.
Mustanin, Nur. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis  dalam Pengajaran. Surabaya: University Press.
Suryabrata, S. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset. 
Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.