INOVASI PEMBELAJARAN DI SD DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Dalam menghadapi kurikulum 2013, para praktisi
seyogianya mampu memunculkan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan
kegiatan pendidikan. Inovasi pembelajaran adalah bagian yang sangat esensial
dalam kegiatan pembelajaran untuk melakukan berbagai inovasi. Hal itu
dilatarbelakangi oleh fenomena kehidupan yang semakin mengkhawatirkan bila
dikaji dari pandangan ilmu pendidikan. Gordon Dryden (2004: 17) mengatakan anak
yang hidup di adab 21 mengalami 4 (empat) perubahan dari waktu yang kita alami
dalam kehidupan selama ini. Tuntutan dan kebutuhan anak saat ini sangat jauh
berbeda dengan apa yang pernah kita alami pada masa kita masih kanak-kanak.
Berdasarkan
fenomena tersebut, seorang guru yang professional akan senantiasa belajar dan
membenahi diri, agar senantiasa mampu mememnuhi apa yang seharusnya diberikan
kepada anak didiknya pada saat melakukan kegiatan pendidikan. Pengembangan
pembelajaran memerlukan inovasi/pengembangan, memerlukan kreativitas, dan
memerlukan modifikasi. Tanpa hal itu
semua kita akan khawatir bahwa, mungkin proses belajar mengajar tetap berjalan
tapi akan kehilangan makna bagi keberhasilan pendidikan dimasa yang akan datang.
Dengan demikian melakukan inovasi pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan
dan perubahan iklim akademik dewasa ini adalah suatu keharusan untuk dilakukan
oleh seluruh praktisi pendidikan.
A. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
melakukan Inovasi Pembelajaran
Ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian serius, pada saat seorang guru akan melakukan inovasi dalam
pembelajaran. Hal-hal tersebut tentu bukan hanya sekedar cukup diingat namun
akan lebih baik apabila semua hal tersebut menjadi pertimbangan yang bersifat
mendasar sebelum kita melakukan kegiatan pembelajaran kepada peserta didik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
diantaranya adalah :
(1). Pemahaman Guru/Pendidik Tentang
Kesesuaian antara apa yang akan diberikan/diajarkan dengan perkembangan peserta didik (DAP =
Developmentally Appropriate Practice)
Prinsip kesesuaian tersebut meliputi :
- Kesesuaian dengan Perkembangan Siswa
- Kesesuaian dengan Kemampuan Siswa
- Kesesuaian dengan Kebutuhan Siswa
Alasan
rasional yang melatarbelakangi hal tersebut adalah bahwa, anak didik dilihat
dari aspek fisik maupun psikis sangat jauh berbeda dengan orang dewasa pada
umumnya. Perbedaan tersebut memberikan ciri bahwa dalam ilmu pendidikan anak
tidak boleh dipandang sebagai miniature dari orang dewasa. Sebagai dari aspek
kematangan fisik maupun fungsi-sungsi psikisnya jelas sangat berbeda dengan
orang deawasa. Oleh sebab itu bila masih ada guru yang memandang anak didik
disamakan atau diukur dengan criteria orang dewasa/disamakan dengan kemampuan
guru, itu adalah seatu paradigma yang keliru dan tidak manusiawi.
Berdasarkan
hal tersebut diatas, prinsip kesesuaian dalam pemberian materi maupun
pendekatan, yang meliputi dalam bidang perkembangan siswa, kemampuan siswa dan
kebutuhan siswa adalah suatu prosedur ilmiah yang perlu dilakukan oleh seorang
guru yang professional.
(2). Pemahaman Guru terhadap munculnya keanekaragaman bentuk
kecerdasan diantara siswa (Multiple Intelligence)
Howard Garnerd
(2003 : 70) mengatakan bahwa tidak ada anak manusia yang bodoh, dan semua
manusia dilahirkan sebagai manusia cerdas. Pernyataan tersebut memiliki
tendensi positif bahwa setiap anak didik sesungguhnya memiliki potensi
kecerdasan, hanya bentuk dan model kecerdasannnyalah yang berbeda antara
manusia yang satu dengan yang lainnya. Paradigma ini seyogianya mengilhami para
praktisi pendidikan agar memiliki pandangan yang sama pada saat menghadapi
peserta didik dalam kegiatan proses belajar mengajar. Dengan pandangan seperti
itu mengisyaratkan bahwa kita pada hakikatnya menhargai martabat dan potensi
yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
Bentuk-bentuk kecerdasan yang
memungkinkan dimiliki oleh manusia secara umum meliputi :
- Kecerdasan Bahasa
- Kecerdasan Logika- Matematika
- Kecerdasan Musik
- Kecerdasan Kinestetik
- Kecerdasan Visual-Spasial
- Kecerdasan Interpersonal
- Kecerdasan Intrapersonal
- Kecerdasan Naturalis
- Kecerdasan Spiritual
Disparitas bentuk
kecerdasan tersebut bila kita hubungkan dengan tugas dan peranan guru dalam
kegiatan belajar mengajar, tentu hal ini sangat erat kaitannya dengan
pentingnya kita sebagai seorang guru memperhatikan pendekatan pembelajaran yang
akan kita terapkan. Munculnya perbedaan potensi dan kecerdasan yang dimiliki
para siswa perlu disikapi dengan respon
positif bahwa seharusnya guru mampu memberikan strategi dan pendekatan
pembelajaran yang variatif, kreatif dan berorientasi pada kebermaknaan
pembelajaran. Lain potensi yang dimiliki sejumlah siswa, secara logika akan
lain pula strategi dan pendekatan pembelajaran yang kita harus terapkan. Hal
itu cukup beralasan agar setiap potensi yang dimiliki para siswa dapat muncul
dan pada gilirannya itu merupakan buah dari proses belajar mengajar yang kita
lakaukan selama ini.
(3). Pembelajaran
yang diciptakan harus mempertimbangkan aspek kebermanfaatan bagi siswa/peserta
didik (Meaning Full)
- Learning to do (melakukan sesuatu)
- Learning to know (menambah pengetahuan)
- Learning to be (bagi kehidupannya)
- Learning to life together (hidup bersama orang
lain)
(4).
Memperhatikan prinsip ; Plan – Do – Review
- Plan : Mendidik dengan memiliki rencana/program yang jelas dan pasti
- Do :
melaksanakan semua rencana/program yang telah dibuat
- Review : mengkaji ulang apa yang telah dilakukan
(5).
Berupaya membangun motivasi belajar siswa dari dalam dirinya
(Konstruktivisme),
- Merangsang Motivasi siswa untuk belajar
mandiri
- Membangun pengetahuan siswa dengan upayanya
sendiri
- Menjadi fasilitator
- Tidak hanya melakukan transfer of knowledge
(6). Penerapan ITI (Integrated Thematic Instruction =
Pembelajaran Tematis Terpadu)