Rabu, 30 Juli 2014

INOVASI PEMBELAJARAN DI SD DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

INOVASI PEMBELAJARAN DI SD DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Dalam menghadapi kurikulum 2013, para praktisi seyogianya mampu memunculkan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kegiatan pendidikan. Inovasi pembelajaran adalah bagian yang sangat esensial dalam kegiatan pembelajaran untuk melakukan berbagai inovasi. Hal itu dilatarbelakangi oleh fenomena kehidupan yang semakin mengkhawatirkan bila dikaji dari pandangan ilmu pendidikan. Gordon Dryden (2004: 17) mengatakan anak yang hidup di adab 21 mengalami 4 (empat) perubahan dari waktu yang kita alami dalam kehidupan selama ini. Tuntutan dan kebutuhan anak saat ini sangat jauh berbeda dengan apa yang pernah kita alami pada masa kita masih kanak-kanak.
Berdasarkan fenomena tersebut, seorang guru yang professional akan senantiasa belajar dan membenahi diri, agar senantiasa mampu mememnuhi apa yang seharusnya diberikan kepada anak didiknya pada saat melakukan kegiatan pendidikan. Pengembangan pembelajaran memerlukan inovasi/pengembangan, memerlukan kreativitas, dan memerlukan  modifikasi. Tanpa hal itu semua kita akan khawatir bahwa, mungkin proses belajar mengajar tetap berjalan tapi akan kehilangan makna bagi keberhasilan pendidikan dimasa yang akan datang. Dengan demikian melakukan inovasi pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan iklim akademik dewasa ini adalah suatu keharusan untuk dilakukan oleh seluruh praktisi pendidikan.

A. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan Inovasi Pembelajaran
          Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian serius, pada saat seorang guru akan melakukan inovasi dalam pembelajaran. Hal-hal tersebut tentu bukan hanya sekedar cukup diingat namun akan lebih baik apabila semua hal tersebut menjadi pertimbangan yang bersifat mendasar sebelum kita melakukan kegiatan pembelajaran kepada peserta didik.
          Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
(1). Pemahaman Guru/Pendidik Tentang Kesesuaian antara apa yang akan diberikan/diajarkan  dengan perkembangan peserta didik (DAP = Developmentally Appropriate Practice)
     Prinsip kesesuaian tersebut meliputi :
    1. Kesesuaian dengan Perkembangan Siswa
    2. Kesesuaian dengan Kemampuan Siswa
    3. Kesesuaian dengan Kebutuhan Siswa
Alasan rasional yang melatarbelakangi hal tersebut adalah bahwa, anak didik dilihat dari aspek fisik maupun psikis sangat jauh berbeda dengan orang dewasa pada umumnya. Perbedaan tersebut memberikan ciri bahwa dalam ilmu pendidikan anak tidak boleh dipandang sebagai miniature dari orang dewasa. Sebagai dari aspek kematangan fisik maupun fungsi-sungsi psikisnya jelas sangat berbeda dengan orang deawasa. Oleh sebab itu bila masih ada guru yang memandang anak didik disamakan atau diukur dengan criteria orang dewasa/disamakan dengan kemampuan guru, itu adalah seatu paradigma yang keliru dan tidak manusiawi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, prinsip kesesuaian dalam pemberian materi maupun pendekatan, yang meliputi dalam bidang perkembangan siswa, kemampuan siswa dan kebutuhan siswa adalah suatu prosedur ilmiah yang perlu dilakukan oleh seorang guru yang professional.
(2). Pemahaman Guru terhadap munculnya keanekaragaman bentuk kecerdasan diantara siswa (Multiple Intelligence)
          Howard Garnerd (2003 : 70) mengatakan bahwa tidak ada anak manusia yang bodoh, dan semua manusia dilahirkan sebagai manusia cerdas. Pernyataan tersebut memiliki tendensi positif bahwa setiap anak didik sesungguhnya memiliki potensi kecerdasan, hanya bentuk dan model kecerdasannnyalah yang berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Paradigma ini seyogianya mengilhami para praktisi pendidikan agar memiliki pandangan yang sama pada saat menghadapi peserta didik dalam kegiatan proses belajar mengajar. Dengan pandangan seperti itu mengisyaratkan bahwa kita pada hakikatnya menhargai martabat dan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
          Bentuk-bentuk kecerdasan yang memungkinkan dimiliki oleh manusia secara umum meliputi :
  1. Kecerdasan Bahasa
  2. Kecerdasan Logika- Matematika
  3. Kecerdasan Musik
  4. Kecerdasan Kinestetik
  5. Kecerdasan Visual-Spasial
  6. Kecerdasan Interpersonal
  7. Kecerdasan Intrapersonal
  8. Kecerdasan Naturalis
  9. Kecerdasan Spiritual
Disparitas bentuk kecerdasan tersebut bila kita hubungkan dengan tugas dan peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, tentu hal ini sangat erat kaitannya dengan pentingnya kita sebagai seorang guru memperhatikan pendekatan pembelajaran yang akan kita terapkan. Munculnya perbedaan potensi dan kecerdasan yang dimiliki para siswa perlu disikapi dengan  respon positif bahwa seharusnya guru mampu memberikan strategi dan pendekatan pembelajaran yang variatif, kreatif dan berorientasi pada kebermaknaan pembelajaran. Lain potensi yang dimiliki sejumlah siswa, secara logika akan lain pula strategi dan pendekatan pembelajaran yang kita harus terapkan. Hal itu cukup beralasan agar setiap potensi yang dimiliki para siswa dapat muncul dan pada gilirannya itu merupakan buah dari proses belajar mengajar yang kita lakaukan selama ini.
(3). Pembelajaran yang diciptakan harus mempertimbangkan aspek kebermanfaatan bagi siswa/peserta didik (Meaning Full)
  1. Learning to do (melakukan sesuatu)
  2. Learning to know (menambah pengetahuan)
  3. Learning to be (bagi kehidupannya)
  4. Learning to life together (hidup bersama orang lain)

(4). Memperhatikan prinsip ; Plan – Do – Review
  1. Plan : Mendidik dengan memiliki    rencana/program yang jelas dan pasti
  2. Do   : melaksanakan semua rencana/program yang telah dibuat
  3. Review : mengkaji ulang apa yang telah dilakukan
(5). Berupaya membangun motivasi belajar siswa dari dalam dirinya (Konstruktivisme),
    1. Merangsang Motivasi siswa untuk belajar mandiri
    2. Membangun pengetahuan siswa dengan upayanya sendiri
    3. Menjadi fasilitator
    4. Tidak hanya melakukan transfer of knowledge
     (6). Penerapan ITI (Integrated Thematic Instruction = Pembelajaran Tematis Terpadu)


1 komentar: