STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
oleh : Dirgantara Wicaksono
Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang
mengembangkan keterampilan berpikir manusia baik penalaran, komunikasi dan
koneksi dalam memecahkan masalah adalah Problem Based Learning (Pembelajaran
Berbasis Masalah). Guru yang menggunakan strategi PBM dalam proses pembelajaran
menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi yang induktif dan
deduktif dan penemuan atau pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa sendiri.
Pembelajaran difokuskan agar siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan
benar. Strategi pembelajaran dengan PBM menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Barrow dan Lynda, “a PBL is a challenging,
motivating, learner-centered educational method that stimulates learners to
both acquire and apply the knowledge and skills that they need including
problem-solving, self directed learning, team skills, and to be responsible for
their own continuing education.”
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik yang dapat menantang, memotivasi, menerapkan, dan merangsang
siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk
pemecahan masalah, belajar mandiri, kerja sama tim, dan tanggung jawab.
Selanjutnya definisi strategi PBM menurut Neo et al adalah
“an APBL approach is one that allows opportunities for students to be equipped
to continue to do their own learning on a “just in time” mode and work
effectively with others to solve any problems in the future-whether in their
practice or career or personal life.”
Dikatakan bahwa PBM merupakan salah satu strategi yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk melakukan pembelajaran mereka sendiri dengan
"tepat waktu" dan bekerja secara efektif dengan orang lain untuk memecahkan
masalah di masa mendatang-apakah dalam praktek atau karir atau kehidupan
pribadi.
Selanjutnya menurut Hung dalam Jonassen dikatakan bahwa “PBL
as an instructional strategy to challenge students to address real-world
issues. The suggestion is that PBL provides students of any age the opportunity
to explore a learning problem and develop approaches to resolution of that
circumstance. Pembelajaran berbasis
masalah merupakan sebuah strategi pembelajaran yang menantang siswa untuk
melihat isu-isu yang sedang terjadi. PBM menyediakan kesempatan pada siswa
untuk menggali masalah dan mengembangkan pendekatan yang efektif untuk
menyelesaikan masalah yang ada. Pendapat berikutnya menurut Arends bahwa “the
essence of problem based learning consists of presenting students with
authentic and meaningful problem situations that can serve as springboards for
investigations and inquiry. Bahwa poin
penting dari pembelajaran berbasis masalah adalah mengantarkan siswa pada masalah
nyata dan bermakna yang dapat dilakukan investigasi dan pencarian solusi.
Panen dalam Rusmono mengatakan dalam strategi pembelajaran
berbasis masalah, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang
mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan
data tersebut untuk pemecahan masalah.
PBM merupakan pendekatan efektif dalam proses berpikir
kritis. Pembelajaran ini membantu siswa memproses informasi yang sudah ada
dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Strategi PBM merupakan pembelajaran mandiri dengan melakukan analisis masalah
sebelum mengumpulkan informasi, pandangan ini dipengaruhi oleh ide Bruner
tentang motivasi instrinsik sebagi kekuatan yang mendorong individu untuk lebih
banyak mempelajari dunia mereka sendiri. Dapat dijelaskan bahwa rangkaian
aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Beberapa manfaat dari pembelajaran berbasis
masalah antara lain:
a.Think
critically and be able to analyze and solve complex, real-world problems
b. Find,
evaluate, and use appropriate learning resources
c Work
cooperatively in teams and small groups
d.Demonstrate
versatile and effective communication skills, both verbal and written
e.Use
content knowledge and intellectual skills acquired at the university to become
continual learners.
Manfaat dari pembelajaran berbasis masalah antara lain: a)
dapat berpikir kritis dan mampu menganalisis dan menyelesaikan masalah yang
kompleks, b) dapat menemukan, menilai dan menggunakan sumber belajar yang
sesuai, c) bekerja secara kooperatif, d) kemampuan berkomunikasi lebih efektif,
e) dapat menggunakan pengetahuan dan intelektual yang dibutuhkan di tingkat
berikutnya.
Selanjutnya karakteristik strategi PBM menurut Arends,
meliputi: a) driving question or problem, b) interdisciplinary focus, c)
authentic investigation, d) production of artifacts and exhibits, e)
collaboration. Menurutnya pembelajaran berbasis masalah dikendalikan oleh
pertanyaan dan masalah; fokus antardisiplin; penyelidikan otentik; menghasilkan
benda-benda dan pemeran; serta kolaborasi.
Selanjutnya menurut Arends & Kilcher PBM berguna untuk
merangsang rasa ingin tahu, imajinasi, mencari pemahaman; mengekspresikan sikap
substansial lebih positif terhadap belajar; meningkatkan prestasi dan berfikir
tingkat tinggi; memberikan kesempatan berpikir kritis dan kreatif; membuat
benda dan mempersiapkan presentasi yang mengharuskan menganalisis dan
mensintesis informasi dari berbagai sumber.
Strategi PBM memiliki tujuan untuk kepentingan siswa sebagai subjek
belajar. Pembelajaran berbasis masalah dapat dikatakan lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan.
Arends menyarankan PBM untuk “PBL help students develop their thinking and
problem-solving skills, learn authentic adult roles and become independent
learners.” Dengan menerapkan PBM dapat
mengembangkan kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah, Keterampilan
memerankan perilaku orang dewasa dan keterampilan sosial berkembang dan menjadi
pembelajar yang mandiri.
Dalam
PBM, ada langkah-langkah yang harus dilakukan guru dan siswa yang biasa
dinamakan sintaks. Schmidt dalam Jonassen menjelaskan tujuh fase proses PBM
melalui gambar berikut:
Fase 1 : Understand
the problem
Fase 2 : Define the
problem
Fase 3 :
Brainstorming
Fase 4 : Elaboration:
develop personal “theory”
Fase 5 : Formulate
learning objectives
Fase 6 : Self-study
Fase 7 :
Collaborative learning and reflection
Schmidt’s 7 PBL Process
Tujuh fase PBM rumusan Schmidt’s berorientasi pada kegiatan
siswa selama pembelajaran. Fase-fase tersebut dilengkapi oleh Arends dengan
menjelaskan perilaku guru dalam memfasilitasi siswa selama proses pembelajaran
yang dijelaskan melalui tabel berikut:
Tabel 1
Fase PBM arends
Fase Kegiatan
guru
Fase 1
Mengorientasikan siswa pada masalahGuru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan persyaratan
logistik yang penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan
pemecahan masalah
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengatur
pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan eksperimen dan mencari penjelasan
dan solusi
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan benda-benda dan pameran Guru membantu siswa dalam perencanaan pameran,
menyiapkan benda-benda seperti laporan, video, model dan membantu mereka
berbagi pekerjaan dengan yang lain
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi PBM Guru membantu siswa untuk merefleksikan penyelidikan dan proses
yang mereka gunakan
Maka dari itu, menurut Arends PBM mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan otentik untuk mencari solusi terhadap masalah yang
dilakukan dengan menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, jika
diperlukan dilakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menarik kesimpulan.
Fase PBM menurut Barrows et al dilakukan oleh siswa melalui
kerja kelompok dalam sebelas tahapan, yaitu: orientation, encountering the
problem, making a commitment, tackling the learning issues, conducting
self-directed learning, returning from self-directed learning, reiterating an
reassessing the problem, summarizing and knowledge abstraction, conducting
self-and peer-evaluation, conducting tutor evaluation, and evaluating group and
future direction. Strategi PBM menurut
Eggen & Kauchak terdiri dari empat fase yang dideskripsikan melalui tabel
berikut:
Tabel 2
Fase PBM menurut Eggen & Kauchak
Fase Deskripsi
Fase 1: Mereview dan menyajikan masalah.
Guru mereview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan a Menarik
perhatian siswa dan menarik mereka ke dalam pembelajaran
b. Secara
informal menilai pengetahuan awal ,c.Memberikan
fokus konkret untuk pelajaran
Fase 2: Menyusun strategi
Siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru
memberi mereka umpan balik soal strategi Memastikan
sebisa mungkin siswa menggunakan pendekatan yang berguna untuk memecahkan
masalah
Fase 3: menerapkan strategi
Siswa menerapkan strategi-strategi mereka saat guru secara
cermat memonitor upaya mereka dan memberikan umpan balik Memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah
Fase 4: membahas dan mengevaluasi hasil
Guru membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang
mereka dapatkan
Memberi
siswa umpan balik tentang upaya mereka
Sedangkan
fase PBM menurut Duch et al dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Sequence of Classroom PBL Activities
Class Period Student
Ativities and Responsibilities Instructor
Roles and Responsibilities
Session 1
Page 1 of problem
Students
read, discuss problem
List/discuss prior knowledge that relates to problem
Develop, prioritize learning issues
Assign research responsibilities Preface remarks on problem
Observe group discussions
Facilitate (if necessary) development/prioritization
Monitor group functioning-sharing of responsibilities,
tasks, participation in discussions, respect for other’s opinions
Out of Class Individual Research
Session 2
Page 2 of problem Reporting
on learning issues to group members with discussion-develop new learning
issues?
Application of prior knowledge to new material, develop new
understanding, learning issues
Assign new research responsibilities based on newly
developed learning issues Observe
group discussions, minilectures as necessary to facilitate, focus student
inquiry
Facilitate new learning issues development (if necessary)
Out of Class Individual Research
Session 3
Distibute materials associated with assessment of learning Reporting on learning to group members
with discussion.
Resolution of problem-development of group product for
assessment. Minilectures Or Lead Class
Discussions Toward Resolution Or Understanding Of Problem/Learning Objectives
Assesment of group and individual achievement
Savin-baden
& Major menyarankan model penilaian dalam PBM berupa penilaian individu;
kelompok; tiga pihak dengan kelompok menyampaikan laporan; individu melaporkan
hasil kerja dan menulis hasil proses kerja tim; essay individu berbasis kasus;
portofolio; pemeriksaan lisan; refleksi jurnal; laporan; penilaian sendiri;
penilaian kelompok; penilaian kerjasama antara guru dan siswa; penilaian antar
kelompok; dan penilaian intra kelompok.
Adapun menurut Rusmono, ada 5 tahap strategi pembelajaran dengan
menggunakan PBM, yaitu:
Tabel 4
Tahapan pembelajaran dengan strategi PBM
Tahap pembelajaran Perilaku
guru
Tahap 1:
Mengorganisasikan siswa kepada masalah
Guru
menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam
kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri
Tahap 2:
Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah itu
Tahap 3:
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru
mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
mencari penjelasan, dan solusi
Tahap 4:
Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameranGuru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video dan model
serta membantu mereka berbagi karya mereka
Tahap 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa melakukan refleksi
atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
Dalam proses pembelajaran dengan strategi PBM ditandai
dengan karakteristik: 1) siswa menentukan isu pembelajaran, 2) pertemuan-pertemuan
pelajaran berlangsung open-ended atau berakhir dengan masih membuka peluang
untuk berbagi ide tentang pemecahan masalah, sehingga memungkinkan pembelajaran
tidak berlangsung dalam satu kali pertemuan, 3) guru adalah seorang fasilitator
dan tidak seharusnya bertindak sebagai pakar yang merupakan satu-satunya sumber
informasi, 4) totorial berlangsung sesuai dengan tutorial PBM yang berpusat
pada siswa. Maka dari itu dalam strategi PBM yang lebih dipentingkan adalah
dari segi proses dan bukan hanya sekedar hasil belajar yang diperoleh.
Dalam penelitian ini, sintaks yang digunakan oleh peneliti
dalam menerapkan PBM dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5
Sintaks Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
1.Orientasi
siswa pada masalah; Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2.Mengorganisasi
siswa untuk belajar; Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3.Membimbing
pengalaman individual/ kelompok; Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
4,Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya; Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
5.Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah; Membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam strategi pembelajaran berbasis masalah yang dikedepankan adalah proses
pembelajaran, bukan hanya berorientasi hasil. Jika proses pembelajaran berjalan
efektif, maka diharapkan hasil belajarnya pun akan optimal. Penugasan
penyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran sejarah sangat berhubungan
dengan materi pokok yang dikaji didalamnya. Adapun bentuk penerapan dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran.
Pada
pendahuluan, di pertemuan pertama guru menjelaskan mengenai strategi PBM. Dalam
kegiatan ini siswa mengenal dan mengingat informasi yang diperoleh khususnya
mengenai strategi PBM, lalu guru membagi siswa
ke dalam kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 3 sampai 4
orang. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.Pada pertemuan kedua dan seterusnya (dalam pendahuluan) guru
tidak lagi membagi kelompok tetapi mengkondisikan siswa untuk belajar dan
dilanjutkan dengan pemberian motivasi siswa akan pentingnya materi yang akan dipelajari dikaitkan dengan
peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, kegiatan diawali dengan setiap kelompok
membaca,mengamati dan mengidentifikasi berbagai sumber belajar, baik dari buku
sejarah wajib pegangan siswa, literatur ilmiah (buku atau jurnal), internet,
peta, dan lingkungan sekitar yang berisi
informasi tentang materi pelajaran, lalu guru mengajukan beberapa
pertanyaan/masalah untuk dicarikan solusinya. Selanjutnya masing-masing
kelompok mengumpulkan data/informasi dari berbagai sumber untuk dicarikan
solusinya dan melakukan evaluasi serta
membuat kesimpulan, setelah itu tiap kelompok menyampaikan hasil evaluasi dan
kesimpulan terkait masalah yang diangkat dan di komparasikan dengan hasil
evaluasi dan kesimpulan kelompok yang lain.
Pada kegiatan penutup, guru mendorong siswa untuk
menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-nilai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini, Mendorong siswa untuk selalu teliti dan
cermat ketika membaca dan menyimpulkan sebuah kesimpulan ilmiah, Mengingatkan
siswa untuk selalu bersyukur atas kekuasaan Tuhan, dan selanjutnya memberikan
tes atau pekerjaan rumah untuk dapat mengembangkan paradigma berfikir pesertadidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar