Selasa, 27 Oktober 2015

Strategi Pembelajaran Berbasis masalah (problem based learning )

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
oleh : Dirgantara Wicaksono

Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir manusia baik penalaran, komunikasi dan koneksi dalam memecahkan masalah adalah Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah). Guru yang menggunakan strategi PBM dalam proses pembelajaran menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi yang induktif dan deduktif dan penemuan atau pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa sendiri. Pembelajaran difokuskan agar siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan benar. Strategi pembelajaran dengan PBM menawarkan kebebasan siswa dalam  proses pembelajaran.
Menurut Barrow dan Lynda, “a PBL is a challenging, motivating, learner-centered educational method that stimulates learners to both acquire and apply the knowledge and skills that they need including problem-solving, self directed learning, team skills, and to be responsible for their own continuing education.”  Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang dapat menantang, memotivasi, menerapkan, dan merangsang siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk pemecahan masalah, belajar mandiri, kerja sama tim, dan tanggung jawab.
Selanjutnya definisi strategi PBM menurut Neo et al adalah “an APBL approach is one that allows opportunities for students to be equipped to continue to do their own learning on a “just in time” mode and work effectively with others to solve any problems in the future-whether in their practice or career or personal life.”  Dikatakan bahwa PBM merupakan salah satu strategi yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan pembelajaran mereka sendiri dengan "tepat waktu" dan bekerja secara efektif dengan orang lain untuk memecahkan masalah di masa mendatang-apakah dalam praktek atau karir atau kehidupan pribadi.
Selanjutnya menurut Hung dalam Jonassen dikatakan bahwa “PBL as an instructional strategy to challenge students to address real-world issues. The suggestion is that PBL provides students of any age the opportunity to explore a learning problem and develop approaches to resolution of that circumstance.  Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah strategi pembelajaran yang menantang siswa untuk melihat isu-isu yang sedang terjadi. PBM menyediakan kesempatan pada siswa untuk menggali masalah dan mengembangkan pendekatan yang efektif untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pendapat berikutnya menurut Arends bahwa “the essence of problem based learning consists of presenting students with authentic and meaningful problem situations that can serve as springboards for investigations and inquiry.  Bahwa poin penting dari pembelajaran berbasis masalah adalah mengantarkan siswa pada masalah nyata dan bermakna yang dapat dilakukan investigasi dan pencarian solusi.
Panen dalam Rusmono mengatakan dalam strategi pembelajaran berbasis masalah, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.
PBM merupakan pendekatan efektif dalam proses berpikir kritis. Pembelajaran ini membantu siswa memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka tentang dunia sosial dan sekitarnya. Strategi PBM merupakan pembelajaran mandiri dengan melakukan analisis masalah sebelum mengumpulkan informasi, pandangan ini dipengaruhi oleh ide Bruner tentang motivasi instrinsik sebagi kekuatan yang mendorong individu untuk lebih banyak mempelajari dunia mereka sendiri. Dapat dijelaskan bahwa rangkaian aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Beberapa manfaat dari pembelajaran berbasis masalah antara lain:
a.Think critically and be able to analyze and solve complex, real-world problems
b. Find, evaluate, and use appropriate learning resources
c Work cooperatively in teams and small groups
d.Demonstrate versatile and effective communication skills, both verbal and written
e.Use content knowledge and intellectual skills acquired at the university to become continual learners.
Manfaat dari pembelajaran berbasis masalah antara lain: a) dapat berpikir kritis dan mampu menganalisis dan menyelesaikan masalah yang kompleks, b) dapat menemukan, menilai dan menggunakan sumber belajar yang sesuai, c) bekerja secara kooperatif, d) kemampuan berkomunikasi lebih efektif, e) dapat menggunakan pengetahuan dan intelektual yang dibutuhkan di tingkat berikutnya.
Selanjutnya karakteristik strategi PBM menurut Arends, meliputi: a) driving question or problem, b) interdisciplinary focus, c) authentic investigation, d) production of artifacts and exhibits, e) collaboration. Menurutnya pembelajaran berbasis masalah dikendalikan oleh pertanyaan dan masalah; fokus antardisiplin; penyelidikan otentik; menghasilkan benda-benda dan pemeran; serta kolaborasi.
Selanjutnya menurut Arends & Kilcher PBM berguna untuk merangsang rasa ingin tahu, imajinasi, mencari pemahaman; mengekspresikan sikap substansial lebih positif terhadap belajar; meningkatkan prestasi dan berfikir tingkat tinggi; memberikan kesempatan berpikir kritis dan kreatif; membuat benda dan mempersiapkan presentasi yang mengharuskan menganalisis dan mensintesis informasi dari berbagai sumber.  Strategi PBM memiliki tujuan untuk kepentingan siswa sebagai subjek belajar. Pembelajaran berbasis masalah dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Arends menyarankan PBM untuk “PBL help students develop their thinking and problem-solving skills, learn authentic adult roles and become independent learners.”  Dengan menerapkan PBM dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah, Keterampilan memerankan perilaku orang dewasa dan keterampilan sosial berkembang dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dalam PBM, ada langkah-langkah yang harus dilakukan guru dan siswa yang biasa dinamakan sintaks. Schmidt dalam Jonassen menjelaskan tujuh fase proses PBM melalui gambar berikut:
Fase 1   : Understand the problem
Fase 2   : Define the problem
Fase 3   : Brainstorming
Fase 4   : Elaboration: develop personal “theory”
Fase 5   : Formulate learning objectives
Fase 6   : Self-study
Fase 7   : Collaborative learning and reflection
Schmidt’s 7 PBL Process

Tujuh fase PBM rumusan Schmidt’s berorientasi pada kegiatan siswa selama pembelajaran. Fase-fase tersebut dilengkapi oleh Arends dengan menjelaskan perilaku guru dalam memfasilitasi siswa selama proses pembelajaran yang dijelaskan melalui tabel berikut:
Tabel 1
Fase PBM arends

Fase Kegiatan guru
Fase 1
Mengorientasikan siswa pada masalahGuru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan persyaratan logistik yang penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengatur pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan benda-benda dan pameran Guru membantu siswa dalam perencanaan pameran, menyiapkan benda-benda seperti laporan, video, model dan membantu mereka berbagi pekerjaan dengan yang lain
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi PBM Guru membantu siswa untuk merefleksikan penyelidikan dan proses yang mereka gunakan

Maka dari itu, menurut Arends PBM mengharuskan siswa melakukan penyelidikan otentik untuk mencari solusi terhadap masalah yang dilakukan dengan menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, jika diperlukan dilakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menarik kesimpulan.     
Fase PBM menurut Barrows et al dilakukan oleh siswa melalui kerja kelompok dalam sebelas tahapan, yaitu: orientation, encountering the problem, making a commitment, tackling the learning issues, conducting self-directed learning, returning from self-directed learning, reiterating an reassessing the problem, summarizing and knowledge abstraction, conducting self-and peer-evaluation, conducting tutor evaluation, and evaluating group and future direction.   Strategi PBM menurut Eggen & Kauchak terdiri dari empat fase yang dideskripsikan melalui tabel berikut:
Tabel 2
Fase PBM menurut Eggen & Kauchak
Fase       Deskripsi
Fase 1: Mereview dan menyajikan masalah.
Guru mereview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan a Menarik perhatian siswa dan menarik mereka ke dalam pembelajaran
b. Secara informal menilai pengetahuan awal ,c.Memberikan fokus konkret untuk pelajaran
Fase 2: Menyusun strategi
Siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru memberi mereka umpan balik soal strategi Memastikan sebisa mungkin siswa menggunakan pendekatan yang berguna untuk memecahkan masalah
Fase 3: menerapkan strategi
Siswa menerapkan strategi-strategi mereka saat guru secara cermat memonitor upaya mereka dan memberikan umpan balik       Memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah
Fase 4: membahas dan mengevaluasi hasil
Guru membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan
Memberi siswa umpan balik tentang upaya mereka
Sedangkan fase PBM menurut Duch et al dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Sequence of Classroom PBL Activities

Class Period  Student Ativities and Responsibilities Instructor Roles and Responsibilities
Session 1
Page 1 of problem
Students read, discuss problem
List/discuss prior knowledge that relates to problem
Develop, prioritize learning issues
Assign research responsibilities Preface remarks on problem
Observe group discussions
Facilitate (if necessary) development/prioritization
Monitor group functioning-sharing of responsibilities, tasks, participation in discussions, respect for other’s opinions
Out of Class Individual Research
Session 2
Page 2 of problem Reporting on learning issues to group members with discussion-develop new learning issues?
Application of prior knowledge to new material, develop new understanding, learning issues
Assign new research responsibilities based on newly developed learning issues Observe group discussions, minilectures as necessary to facilitate, focus student inquiry
Facilitate new learning issues development (if necessary)
Out of Class Individual Research
Session 3
Distibute materials associated with assessment of learning Reporting on learning to group members with discussion.
Resolution of problem-development of group product for assessment. Minilectures Or Lead Class Discussions Toward Resolution Or Understanding Of Problem/Learning Objectives
Assesment of group and individual achievement
Savin-baden & Major menyarankan model penilaian dalam PBM berupa penilaian individu; kelompok; tiga pihak dengan kelompok menyampaikan laporan; individu melaporkan hasil kerja dan menulis hasil proses kerja tim; essay individu berbasis kasus; portofolio; pemeriksaan lisan; refleksi jurnal; laporan; penilaian sendiri; penilaian kelompok; penilaian kerjasama antara guru dan siswa; penilaian antar kelompok; dan penilaian intra kelompok.  Adapun menurut Rusmono, ada 5 tahap strategi pembelajaran dengan menggunakan PBM, yaitu:
Tabel 4
Tahapan pembelajaran dengan strategi PBM

Tahap pembelajaran      Perilaku guru
Tahap 1:
Mengorganisasikan siswa kepada masalah
Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri
Tahap 2:
Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu
Tahap 3:
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi
Tahap 4:
Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameranGuru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video dan model serta membantu mereka berbagi karya mereka
Tahap 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Dalam proses pembelajaran dengan strategi PBM ditandai dengan karakteristik: 1) siswa menentukan isu pembelajaran, 2) pertemuan-pertemuan pelajaran berlangsung open-ended atau berakhir dengan masih membuka peluang untuk berbagi ide tentang pemecahan masalah, sehingga memungkinkan pembelajaran tidak berlangsung dalam satu kali pertemuan, 3) guru adalah seorang fasilitator dan tidak seharusnya bertindak sebagai pakar yang merupakan satu-satunya sumber informasi, 4) totorial berlangsung sesuai dengan tutorial PBM yang berpusat pada siswa. Maka dari itu dalam strategi PBM yang lebih dipentingkan adalah dari segi proses dan bukan hanya sekedar hasil belajar yang diperoleh.
Dalam penelitian ini, sintaks yang digunakan oleh peneliti dalam menerapkan PBM dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5
Sintaks Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

1.Orientasi siswa pada masalah; Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2.Mengorganisasi siswa untuk belajar; Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3.Membimbing pengalaman individual/ kelompok; Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4,Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5.Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah; Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam strategi pembelajaran berbasis masalah yang dikedepankan adalah proses pembelajaran, bukan hanya berorientasi hasil. Jika proses pembelajaran berjalan efektif, maka diharapkan hasil belajarnya pun akan optimal. Penugasan penyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran sejarah sangat berhubungan dengan materi pokok yang dikaji didalamnya. Adapun bentuk penerapan dari keseluruhan kegiatan pembelajaran.
                Pada pendahuluan, di pertemuan pertama guru menjelaskan mengenai strategi PBM. Dalam kegiatan ini siswa mengenal dan mengingat informasi yang diperoleh khususnya mengenai strategi PBM, lalu guru membagi siswa  ke dalam kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 3 sampai 4 orang. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.Pada pertemuan kedua dan seterusnya (dalam pendahuluan) guru tidak lagi membagi kelompok tetapi mengkondisikan siswa untuk belajar dan dilanjutkan dengan pemberian motivasi siswa akan pentingnya  materi yang akan dipelajari dikaitkan dengan peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, kegiatan diawali dengan setiap kelompok membaca,mengamati dan mengidentifikasi berbagai sumber belajar, baik dari buku sejarah wajib pegangan siswa, literatur ilmiah (buku atau jurnal), internet, peta, dan lingkungan sekitar  yang berisi informasi tentang materi pelajaran, lalu guru mengajukan beberapa pertanyaan/masalah untuk dicarikan solusinya. Selanjutnya masing-masing kelompok mengumpulkan data/informasi dari berbagai sumber untuk dicarikan solusinya  dan melakukan evaluasi serta membuat kesimpulan, setelah itu tiap kelompok menyampaikan hasil evaluasi dan kesimpulan terkait masalah yang diangkat dan di komparasikan dengan hasil evaluasi dan kesimpulan kelompok yang lain.
Pada kegiatan penutup, guru mendorong siswa untuk menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-nilai yang  dapat dipetik dari aktivitas hari ini,  Mendorong siswa untuk selalu teliti dan cermat ketika membaca dan menyimpulkan sebuah kesimpulan ilmiah, Mengingatkan siswa untuk selalu bersyukur atas kekuasaan Tuhan, dan selanjutnya memberikan tes atau pekerjaan rumah untuk dapat mengembangkan paradigma berfikir pesertadidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar