PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Oleh : Dirgantara Wicaksono
A. Latar
belakang
Ada
kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang
berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan
kontektual(Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam
kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya.
Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru
datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di
kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
B. Pemikiran tentang belajar
Pendekatan kontekstual
mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1.
Proses belajar
·
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa
harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
·
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat
sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja
oleh guru
·
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang
dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam
tentang sesuatu persoalan
·
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi
fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang
dapat diterapkan.
·
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru.
·
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide
·
Proses belajar dapat mengubah struktur otak.
Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan
organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2.
Transfer Belajar
·
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari
pemberian orang lain
·
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari
konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
·
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar
dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3.
Siswa sebagai Pembelajar
·
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar
dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar
dengan cepat hal-hal baru
·
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah
mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi
belajar amat penting
·
Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan
antara yang baru dan yang sudah diketahui.
·
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru
bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4.
Pentingnya
lingkungan Belajar
·
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan
belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa
menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
·
Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara
siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan
dibandingkan hasilnya
·
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang
berasal dari proses penilaian yang benar
·
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja
kelompok itu penting.
C. Hakekat Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajarn
kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya
(Authentic Assessment)
D.Pengertaian CTL
1.
Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks
ke permasalahan/ konteks lainnya.
2.
Merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata dan mendorong pebelajar membuat
hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan
Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional
NO.
|
CTL
|
TRADISONAL
|
|||
2.
|
Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuh-an siswa
|
Pemilihan informasi di-tentukan
oleh guru
|
1.
|
Menyandarkan pada memori
spasial (pemahaman makna)
|
Menyandarkan pada hapalan
|
3.
|
Siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran
|
Siswa secara pasif menerima
informasi
|
|||
4.
|
Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata/-masalah yang disi-mulasikan
|
Pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis
|
|||
5.
|
Selalu mengkaitkan informasi
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
|
Memberikan tumpukan informasi
kepada siswa sampai saatnya diperlukan
|
|||
6.
|
Cenderung mengintegrasikan
beberapa bidang
|
Cenderung terfokus pada satu
bidang (disiplin) tertentu
|
7.
|
Siswa menggunakan waktu
belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau
mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)
|
Waktu belajar siswa se-bagian
besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan
mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual)
|
8.
|
Perilaku dibangun atas
kesadaran diri
|
Perilaku dibangun atas
kebiasaan
|
9.
|
Keterampilan dikem-bangkan atas
dasar pemahaman
|
Keterampilan dikem-bangkan atas
dasar latihan
|
10.
|
Hadiah dari perilaku baik
adalah kepuasan diri
|
Hadiah dari perilaku baik
adalah pujian atau nilai (angka) rapor
|
11.
|
Siswa tidak melakukan hal yang
buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan
|
Siswa tidak melakukan sesuatu
yang buruk karena takut akan hukuman
|
12.
|
Perilaku baik berdasar-kan
motivasi intrinsik
|
Perilaku baik berdasar-kan
motivasi ekstrinsik
|
13.
|
Pembelajaran terjadi di
berbagai tempat, konteks dan setting
|
Pembelajaran hanya terjadi
dalam kelas
|
14.
|
Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
|
Hasil belajar diukur melalui
kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
|
BAB 2
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS
CTL dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,
langkahnya sebagai berikut ini.
1.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya
2.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua
topik
3.
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4.
Ciptakan masyarakat belajar
5.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6.
Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7.
Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
A. Tujuh Komponen CTL
- KONSTRUKTIVISME
l Membangun pemahaman mereka sendiri
dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
l Pembelajaran harus dikemas menjadi
proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2.
INQUIRY
l Proses perpindahan dari pengamatan
menjadi pemahaman
l Siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis
3.
QUESTIONING (BERTANYA)
l Kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
l Bagi siswa yang merupakan bagian
penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. LEARNING COMMUNITY (MASYARAKAT BELAJAR)
·
Sekelompok
orang yang terikat dalam kegiatan belajar
·
Bekerjasama
dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
·
Tukar
pengalaman
·
Berbagi
ide
5. MODELING (PEMODELAN)
·
Proses
penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
·
Mengerjakan
apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. REFLECTION ( REFLEKSI)
n Cara berpikir tentang apa yang telah
kita pelajari
n Mencatat apa yang telah dipelajari
n Membuat jurnal, karya seni, diskusi
kelompok
7. AUTHENTIC ASSESSMENT (PENILAIAN
YANG SEBENARNYA)
n Mengukur pengetahuan dan
keterampilan siswa
n Penilaian produk (kinerja)
n Tugas-tugas yang relevan dan
kontekstual
B. Karakteristik Pembelajaran CTL
n Kerjasama
n Saling menunjang
n Menyenangkan, tidak
membosankan
n Belajar dengan bergairah
n Pembelajaran terintegrasi
n Menggunakan berbagai sumber
n Siswa aktif
n Sharing dengan teman
n Siswa kritis guru kreatif
n Dinding dan lorong-lorong
penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
n Laporan kepada orang tua bukan
hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa
dan lain-lain
MENYUSUN RENCANA
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
Dalam pembelajaran kontekstual, program
pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang
berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program
tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam
konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang
apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format
antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran
kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas
dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berbasis kontekstual adalah sebagai berikut
- Nyatakan
kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa
yang merupakan gabungan antara Standara Kompetensi, Kompetensi dasar,
Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar
- Nyatakan
tujuan umum pembelajarannya
- Rincilah
media untuk mendukung kegiatan itu
- Buatlah
skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
- Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar