Minggu, 01 Juni 2014

BAGAIMANA MENGEMBANGKAN STRATEGI INSTRUKSIONAL (PEMBELAJARAN) DALAM KURIKULUM 2013

MENGEMBANGKAN STRATEGI INSTRUKSIONAL (PEMBELAJARAN)
oleh : 
Dirgantara Wicaksono

A. APAKAH STRATEGI INSTRUKSIONAL ITU?
Kegiatan instruksional yang dilakukan pengajar beragam. Setiap pengajar mempunyai cara sendiri untuk menentukan urutan kegiatan instruksionalnya. Setiap cara dipilih atas dasar keyakinan akan keberhasilannya dalam mengajar. Pemilihan itu mungkin didasarkan atas intuisi, kepraktisan, atau mungkin pula atas dasar teori –teori tertentu.
Dick & Carey (1985) Strategi intruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan instruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu. Ia menyebutkan lima komponen  umum dari strategi intruksional sebagai berikut :
1.      Kegiatan praintruksional
2.      Penyajian informasi
3.      Partisipasi mahasiswa
4.      Tes
5.      Tindak lanjut
Gagne dan Briggs (1979) menyebutkan sembilan urutan kegiatan instruksional yaitu :
1.      Memberikan motivasi atau menarik perhatian
2.      Menjelaskan tujuan instruksional kepada Mahasiswa
3.      Mengingatkan kompetensi prasyarat
4.      Member stimulus (masalah, topic, konsep)
5.      Member petunjuk belajar (cara mempelajari)
6.      Menimbulkan penampilan mahasiswa
7.      Memberi umpan balik
8.      Menilai penampilan
9.      Menyimpulkan
Briggs dan Wager (1981) mengungkapkan bahwa tidak semua pelajaran memerlukan seluruh Sembilan urutan kegiatan. Sebagian pelajaran hanya menggunakan beberapa diantara Sembilan urutan tergantung kepada karakteristik mahasiswa dan jenis perilaku yang ada dalam tujuan intstruksional, sepanjang rasionalnya jelas.
            Para ahli sepakat bahwa strategi instruksional berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan instruksional untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh mahasiswa secara efektif dan efisien. Dengan demikian, strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan mahasiswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi instruksional dapat pula disebut sebagai cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada mahasiswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.           
            Strategi instruksional disusun untuk mencapai tujuan instruksional tertentu, ia harus disusun sesuai dengan TIK. Pada umumnya model desain instruksional seperti instructional Development Institute, Systems Approach for Education, The Project Minerva, Banathy, dan Teaching research menggunakan langkah yang sama yaitu mengembangkan strategi instruksional langsung dari TIK.
            Strategi instruksional yang dijelaskan didalam buku ini pada dasarnya terbagi atas empat komponen utama, yaitu : urutan kegiatan instruksional, metode, media, dan waktu.
            Komponen utama yang pertama yaitu urutan kegiatan instruksional mengandung beberapa komponen, yaitu pendahuluan, penyajian, dan penutup.
            Komponen Pendahuluan terdiri atas tiga langkah sebagai berikut :
1.      Penjelasan singkat tentang isi pelajaran
2.      Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman mahasiswa dan
3.      Penjelasan tentang tujuan instruksional
Komponen Penyajian juga terdiri atas tiga langkah, yaitu :
1.      Uraian
2.      Contoh dan
3.      Latihan
Komponen Penutup terdiri atas dua langkah sebagai berikut :
1.      Tes formatif dan umpan balik
2.      Tindak lanjut
Komponen utama yang kedua, yaitu metode instruksional terdiri atas berbagai macam metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional.
Komponen utama yang ketiga yaitu media instruksional, berupa media cetak dan atau media audiovisual yang digunakan pada setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional.






Selanjutnya dalam bentuk bagan Strategi Instruksional tampak sebagai berikut :
URUTAN KEGIATAN INSTRUKSIONAL
METODE
MEDIA
WAKTU
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat



Relevansi



TIK



PENYAJIAN
Uraian



Contoh



Latihan



PENUTUP
Tes Formatif



Umpan balik



Tindak Lanjut




B. KOMPONEN UTAMA PERTAMA
Urutan kegiatan Instruksional terdiri dari:
1.      Komponen pendahuluan
2.      Penyajian dan
3.       Penutup

1. Subkomponen Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dari kegiatan instruksional yang sesungguhnya. Dick dan Carey (1985) menyebutnya pre-instructional activities dan modul Universitas Terbuka menggunakan istilah pengantar atau kadang-kadang disebut pendahuluan.
Fungsi subkomponen Pendahuluan ini akan tercermin dalam ketiga langkah yang akan dijelaskan di bawah ini:
a.      Singkat tentang Isi Pelajaran
b.      Penjelasan Relevansi Isi Pelajaran Baru
c.       Penjelasan tentang Tujuan Instruksional
Dengan melewati tiga fase tersebut diharapkan efektifitas pembelaran akan tercapai. Karena mereka mengetahui urgensi materi tersebut apalagi waktu yang dibutuhkan tidak banyak hanya 3-5 menit saja
Dalam bentuk bagan, subkomponen Pendahuluan dapat digam­barkan sebagai berikut:

Komponen Pendahuluan dan Langkah-Iangkah di Dalamnya
Urutan kegiatan pendahuluan
Metode
Media
Waktu
Deskripsi Singkat



Relevansi



TIK





2. Subkomponen Penyajian
Setelah selesai kegiatan Pendahuluan, pengajar mulai memasuki kegiatan Penyajian. Penyajian adalah subkomponen yang sering ditafsirkan secara awam sebagai pengajaran karena memang merupakan inti kegiatan pengajaran. Di dalamnya terkandung tiga pengertian pokok sebagai berikut:
a.       uraian,
b.      contoh,
c.       latihan.
Dalam bentuk bagan komponen penyajian ini tampak sebagai berikut:

Komponen Penyajian dan Langkah-Iangkah di Dalamnya
Urutan kegiatan penyajian
Metode
Media
Waktu
Uraian



Contoh



Latihan





3. Subkomponen Penutup
Penutup adalah subkomponen terakhir dalam urutan kegiatan intruksional. Ia terdiri dari dua langkah, yaitu:
a.    Tes Formatif dan Umpan Balik
b.    Tindak Lanjut

Urutan kegiatan Penutup
Metode
Media
Waktu
Tes Formatif dan Umpan Balik



Tindak Lanjut




C. KOMPONEN UTAMA KEDUA
Metode Instruksional
Metode instruksional berfingsi sebagai cara menyajikan isi pelajaran kepada mahasiswa untuk tujuan tertentu. Diantara metode yang bisa digunakan pengajar dalam kegiatan instruksional adalah:
1.      Metode Ceramah.
Baik digunakan, jika:
-          kegiatan instruksional baru dimulai.
-          Waktu terbatas sedangkan materi banyak.
-          Jumlah pengajar sedikit sedangkan mahasiswa banyak.
Kelemahannya:
-          partisipasi mahasiswa rendah (tergantung materi dan penceramahnya, pen).
-          Kemajuan mahasiswa sulit dipantau.
-          Perhatian dan minat mahasiswa sulit dipantau.
2.      Metode Demonstrasi.
Mensyaratkan adanya keahlian mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya.
Baik digunakan, jika:
-          kegiatan bersifat formal, magang atau latihan kerja.
-          Materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak psikomotor, petunjuk, bahasa asing dan prosedur melaksanakan suatu kegiatan.
-          Sebagai pengganti dan penyederhanaan kegiatan yang panjang.
-          Untuk menunjukkan standar penampilan.
Kelemahannya:
Sulit mendapatkan orang yang ahli dalam demonstrasi dan dalam menjelaskan langkah yang didemonstrasikan secara verbal.
3.      Metode Penampilan.
Berbentuk pelaksanaan praktik oleh mahasiswa dibawah pengawasan pengajar. Oleh karena itu, pengajar harus: memberikan penjelasan yang cukup kepada mahasiswa selama praktik berlangsung dan melakukan tindakan pengamanan sebelum kegiatan dimulai.
Baik digunakan jika:
-          pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan.
-          Kegiatan bersifat formal, latihan kerja atau magang.
-          Mahasiswa mendapatkan kemungkinan untuk menerapkan pelajaran yang telah didapatkannya.
-          Kondisi praktik sama dengan kondisi kerja.
-          Dapat disediakan supervisi dan bimbingan kepada mahasiswa secara dekat selama praktik.
Kelemahannya:
-          untuk mendapat hasil yang baik, membutuhkan waktu panjang.
-          Membutuhkan fasilitas dan alat husus yang mungkin mahal, sulit diperoleh dan dirawat secara terus-menerus.
-          Membutuhkan pengajar yang lebih banyak, karena setiap pengajar hanya dapat membantu sejumlah kecil mahasiswa.
4.      Metode Diskusi.
Persiapan pengajar:
-          mempersiapkan topik atau bahan ajar yang akan didiskusikan.
-          Menyebutkan pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan studi khusus kepada mahasiswa sebelum diskusi.
-          Menugaskan mahasiswa untuk menjelaskan, menganalisis dan meringkas.
-          Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah.
-          Sabar dalam menghadapi kelompok yang lambat dalam diskusi.
-          Awas kepada kelomok yang kebingungan atau berjalan dengan tidak menentu.
Baik digunakan jika:
-          tahap menengah atau tahap akhir belajar.
-          Pelajaran formal atau magang.
-          Perluasan pengetahuan yang telah dikuasai mahasiswa.
-          Belajar mengindentifikasi, memcahkan masalah atau mengambil keputusan.
-          Membiasakan mahasiswa berhadapan dengan berbagai pendekatan, interpretasi dan kepribadian.
-          Menghadapi masalah secara berkelompok.
Kelemahannya:
-          menyita waktu lama dan jumlah mahasiswa harus sedikit.
-          Mahasiswa harus memiliki latarbelakang yang cukup dalam tentang materi diskusi.
-          Kurang tepat digunakan pada tahap awal belajar.
5.      Metode Studi Mandiri.
Cara pelaksanaannya:
-          memberikan daftar bacaan yang sesuai kepada mahasiswa
-          menjelaskan indikator yang akan dicapai.
-          Mempersiapkan tes untuk menilai penguasaan mahasiswa.
Penerapannya:
-          pada tahap akhir proses belajar.
-          Dapat digunakan pada semua mata pelajaran.
-          Menunjang metode instruksional yang lain.
-          Meningkatkan kemampuan kerja mahasiswa.
-          Mempersiapkan mahsiswa untuk kenaikan tingkat atau jabatan.
-          Memberikan kesempatan mahasiswa untuk memperdalam minatnya tanpa dicampuri oleh mahsiswa lain.
Kelemahannya:
Hanya bisa digunakan jika mahasiswa mampu menentukan sendiri tujuannya dan dapat memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk tujuan tersebut.
6.      Metode Kegiatan Instruksional Terprogram.
Metode ini memerlukan bahan yang sudah disiapkan secara khusus, isi pelajaran di dalamnya dipecah menjadi langkah-langkah kecil yang diurutkan secara cermat untuk mengurangi kesalahan dan diikuti oleh umpan balik.
Yang musti diperhatikan:
-          bahan dan alat-alat harus benar-benar siap.
-           Mahasiswa benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan tes.
-          Tersedia sumber jika  mahasiswa  mengalami kesulitan.
-          Kemampuan mahasiswa dicek secara periodik untuk membuatnya benar-benar belajar.
Metode ini diterapkan untuk:
-          semua tahap belajar.
-          Pelajaran formal, jarak jauh dan magang.
-          Mengatasi kesulitan perbedaan individual.
-          Mempermudah mahasiswa belajar dalam  waktu yang diinginkan.
Kelemahannya.
-          metode kurang fleksibel.
-          Biaya pengembangan tinggi.
-          Mhasiswa kurang dapat interaksi sosial.
7.      Metode Latihan dengan Teman (tutor sebaya?).
Menjadikan maahsiswa yang telah lulus sebagai pelatih bagi mahasiswa lainnya.
Yang perlu diperhatikan:
-          memperhatikan mahsiswa tertentu yang telah mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan tugas dibawah supervisi.
-          Setelah itu, mahasiswa dilatih dalam keterampilan melakukannya.
-          Setelah lulus tes, ia menjadi pelatih bagi mahasiswa berikutnya.
Baik diterapkan pada:
-          semua tahap yang membutuhkan latihan satu persatu.
-          Latihan kerja, formal dan magang.
Kelemahannya:
-          terbatasnya mahasiswa yang dapat dilatih pada periode tertentu.
-          Kegiatan latihan harus dikontrol untuk mempertahankan kwalitas.
8.      Metode Simulasi.
Menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian atau benda yang sebenarnya.
Yang perlu diperhatikan:
-          pada tahap permulaan: diperlukan tingkat dibawah realitas. Mahasiswa diharapkan mengindentifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu dan sebagainya.
-          Pada tahap pertengahan: diperlukan tingkat realitas yang memadai. Mahasiswa diharapkan mempelajari sesuatu dengan lebih luas dan mulai mengkoordinasikan keterampilan-keterampilan.
-          Pada tahap akhir: diperlukan tingkat realitas yang tinggi. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya.
Baik diterapkan untuk:
-          semua tahap belajar.
-          Pendidikan formal atau magang.
-          Memberikan kejadian-kejadian yang analogis.
-          Memungkinkan praktik dan umpan balik dengan resiko kecil.
-          Diprogramkan sebagai alat pelajaran mandiri.
Kelemahannya:
-          biaya tinggi dan waktu lama.
-          Fasilitas, alat-alat yang diperlukan sulit atau mahal.
-          Resiko mahasiswa dan pengajar tinggi.
9.      Metode Sumbang Pendapat atau Sumbang Saran.
Metode ini merupakan proses penampungan pendapat dari mahasiswa tanpa evaluasi dari kualitas pendapat mahasiswa tersebut. Guru tidak boleh berorientasi terhadap hasil metode tersebut, namun hendaklah ia mendorong keberanian mahasiswanya untuk mengajukan pendapat tanpa takut disalahkan.
Metode ini tepat digunakan untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam mengajukan pendapatnya dalam mencari pemecahan berbagai masalah.
10.  Metode Studi Kasus.
Dikembangkan untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan mendapatkan presepsi baru dari suatu konsep dan masalah.
Kesulitan menggunakan metode ini:
-          mendapatkan kasus yang sesuai dengan yang ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan sesuai dengan lingkungan mahasiswa.
-          Mengembangkan kasus sangat mahal.
11.  Metode Computer Assested Learning.
Berbentuk suatu seri kegiatan belajar yang sangat berstruktur dengan menggunakan komputer. Isi masalah dimunculkan oleh komputer dalam bentuk masalah, lalu mahasiswa diminta memberikan solusi dari masalah itu dan umpan balik akan muncul dalam hitungan detik.
Metode ini dapat digunakan pada setiap tingkat pengetahuan dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks.
Kesulitan penggunaan metode  ini:
-          pengembangan program ini membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang lama.
-          Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.
12.  Metode Insiden.
Metode ini merupakan pariasi dari metode studi kasus, mahasiswa diberi data dasar yang tidak lengkap tentang masalah atau peristiwa dan ia berkewajiban mencari data untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
Kelebihan metode ini dari metode studi kasus adalah mahasiswa diberikan menyelami masalah terlebih dahulu sebelum ia berfikir kritis untuk memecahkanya.
13.  Metode Praktikum.
Berbentuk pemberian tugas kepada mahasiswa untuk menyelasaikan suatu proyek dengan praktik dan instrumen tertentu.
14.  Metode Proyek.
Berbentuk pemberian tugas kepada seluruh mahasiswa untuk dikerjakan secara individual. Laporan  penyelesaian dituangkan dalam bentuk makalah.
15.  Metode Bermain Peran.
Metode ini digunakan untuk memperaktikkan isi pelajaran yang baru saja dipelajarinya untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari pengajar untuk mengetahui kekurangan setiap peran yang dilakukan mahasiswa.
16.  Metode Seminar.
Dilakukan oleh sekelompok mahasiswa untuk membahas masalah tertentu, penyelasaian masalah menjadi tanggung jawab semua anggota seminar, sementara guru hanya sebagai narasumber.
17.  Metode Simposium.
Seri ceramah mengenai berbagai topik dalam bidang tertentu yang diberikan oleh beberapa ahli.
18.  Metode Tutorial.
Berbentuk pemberian bahan yang telah  dikembangkan kepada mahasiswa dan disediakan waktu untuk konsultasi secara periodik tentang kemajuan dan masalah yang dihadapinya.
19.  Metode Deduktif.
Dimulai dengan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, disusul dengan penerapannya atau contoh-contohnya pada situasi tertentu. Metode ini bergerak dari yang umum ke yang khusus.
Dapat digunakan bila:
-          mahasiswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari.
-          Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berfikir kritis.
-          Pengajaran memiliki persiapan yang baik dan pembicaraan yang baik pula.
-          Waktu yang tersedia singkat.
20.  Metode Indukatif.
Dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau  prinsip, lalu mahasiswa dibimbing untuk berusaha mensintesis, menemukan atau menyimpulkan prinsip dasar atau  pelajaran tersebut.
Metode ini dapat digunakan bila:
-          mahasiswa telah mengenal pelajaran tersebut.
-          Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
-          Pengajar hendaklah terampil mendengarkan yang baik, fleksibel, terampil mengajukan dan mengulang pertanyaan serta harus sabar.
-          Waktu yang tersedia cukup panjang.
Tidak semua metode sesuai untuk tujuan instruksional tertentu, namun diperlukan pemilihan yang didasarkan atas TIK yang telah dirumuskan sebelumnya.
D. KOMPONEN UTAMA KETIGA
Media Instruksional
            Media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Kemampuannya adalah sebagai berikut:
1.      Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi lebih besar.
2.      Menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari mahasiswa ke hadapan mahasiswa.
3.      Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana.
4.      Menampung sejumlah besar mahasiswa untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama.
5.      Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke hadapan mahasiswa.
6.      Meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian mahasiswa.
7.      Meningkatkan sistematika pengajaran.
Allen memberikan petunjuk yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih media yang sesuai dengan tujuan instruksional tertentu. Ia menggambarkan tinggi- rendahnya kemampuan setiap jenis media bagi pencapaian berbagai tujuan belajar sebagai berikut:

Tabel 20
Kemampuan setiap jenis Media dalam Mempengaruhi Berbagai Macam Belajar
Macam belajar
Jenis Media Instruksional
Belajar Informasi Faktual
Belajar Pengenalan Visual
Belajar konsep, prinsip, dan aturan
Belajar prosedur
Menajikan keterampilan persepsi gerak
Mengembangkan sikap, opini, dan motivasi
Gambar diam
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Gambar hidup
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Televisi
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Objek tiga dimensi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rekaman audio
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Programmed Instruction
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Demonstrasi
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Buku teks tercetak
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sajian oral
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
           
Untuk menggunakan table tersebut seorang pengembang instruksional pertama- tama harus mempelajari macam belajar yang terkandung dalam tujuan instruksional yang akan dicapai. Dalam suatu tujuan instruksional mungkin terkandung salah satu atau beberapa macam belajar sebagai berikut:
  1. Belajar informasi factual.
  2. Belajar pengenalan visual.
  3. Belajar konsep, prinsip, dan aturan.
  4. Belajar prosedur.
  5. Belajar menyajikan keterampilan atau persepsi gerak.
  6. Belajar mengembangkan sikap, opini, dan motivasi.
Pemilihan media berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan instruksional merupakan criteria utama. Pengembang instruksional mengidentifikasi beberaoa media yang sesuai untuk tujuan instruksional tertentu. Langkah selanjutnya adalah memilih salah satu atau dua media diantaranya atas dasar berbagai pertimbangan sebagai berikut.
  1. Biaya yang lebih murah, baik pada saat pembelian maupun pemeliharaan.
  2. Kesesuaiannya dengan metode instruksional.
  3. Kesesuaian dengan karakteristik mahasiswa.
  4. Pertimbangan praktis. Seperti:
a         Kemudahannya dipindahkan atau ditempatkan.
b        Kesesuaiannya dengan fasilitas yang ada di kelas.
c         Keamanan penggunaannya.
d        Daya tahannya.
e         Kemudahan perbaikannya.
  1. Ketersediaan media tersebut berikut suku cadangnya di pasaran serta ketersediaannya bagi mahasiswa.
Bila media yang dipih hanya memenuhi sebagian dari criteria tersebut, dapat terjadi hal- hal sebagai berikut:
a         Tampak baik dalam perencanaan tetapi tidak berhasil diproduksi.
b        Diproduksi dengan kualitas rendah, karena alasan yang sama dengan butir a.
c         Tidak atau kurang digunakan.
d        Kurang efektif dalam mencapai tujuan instruksional.

E. KOMPONEN UTAMA KE EMPAT 
Waktu
Dalam strategi instruksional, komponen waktu merupakan jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan mahasiswa untuk menyelesaikan setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional.
Komponen Waktu dalam hal ini mencakup dua aspek,  yaitu : waktu yang digunakan oleh pengajar dan waktu yang dbutuhkan oleh mahasiswa, yaitu :
1.      Waktu yang digunakan oleh pengajar, yaitu dalam mengelola kegiatan instruksional, adanya pembagian waktu untuk setiap langkah kegiatan instruksional seperti : pedahuluan, penyajian, dan penutup. Bagi pengelola program pendidikan, penghitungan jumlah waktu dalam hal mengatur jadwal pertemuan dan menentukan jangka waktu program secara keseluruhan.
2.      Waktu yang dibutuhkan oleh mahasiswa adalah petunjuk dalam pengelolaan waktu belajar. Bagi pengelola program pendidikan, jumlah waktu yang dibutuhkan mahasiswa merupakan petunjuk tentang bobot mata pelajaran
Sebagai contoh penggunaan waktu di perguruan tinggi adalah adanya SKS (Satuan Kredit Mahasiswa) yang merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mempelajari suatu mata kuliah. Penentuan bobot SKS didasarkan pada jumlah jam belajar yang dibutuhkan mahasiswa, baik dalam pertemuan dengan dosen tetapi dalam belajar mandiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.
Penentuan waktu yang dibutuhkan oleh pengajar dan mahasiswa pada setiap langkah dalam urutan kegiatan instruksional merupakan salah satu pembatasan bagi pengajar dan mahasiswa bahwa tujuan instruksional akan dapat dicapai bila mereka dapat memenuhinya. Jadi komponen waktu  sangat mempengaruhi komponen lainnya seperti metode dan media dalam mencapai tujuan kegiatan instruksional





F. Menyusun Strategi Instruksional
            Penyusunan strategi instruksional haruslah di dasarkan atas tujuan instruksional yang akan dicapai dan didasarkan pula atas pertimbangan lain, yaitu seperti waktu, biaya, dan fasilitas. Tidak ada strategi yang tepat untuk mencapai semua tujuan. Beberapa kegiatan Instruksional
a.       UCL (Uraian, Contoh, Latihan)
b.      TUT (Tes formatif, Umpan balik, Tindak lanjut)
c.       DRT (Deskripsi singkat, Relevansi, TIK)
d.      Dan gabungan atau kebalikannya dari 3 contoh diatas

Berikut ini bagaimana mengisi tabel untuk menyusun strategi instruksional:
1.      Mengisi nomor TIK yang strategi instruksionalnya akan disusun
2.      Kolom satu telah diisi dengan
2.1.Kolom pendahuluan, (deskripsi, relevansi, tujuan instruksional)
2.2.Kolom penyajian terdiri dari (uraian, contoh, latihan)
2.3.Kolom penutup (tes formatif dan umpan balik, tindak lanjut atau follow up)
3.      Kolom-kolom berikutnya tinggal melengkapi sesuai dengan desain instruksional





Contoh Strategi Instruksional:
Mata Kuliah:………….
TIK no 1     :………………………………………………………………………..


URAIAN KEGIATAN INSTRUKSIONAL
METODE
MEDIA
WAKTU
DOSEN
MHS
JML
1
2
3
4
5
6
7
8
PENDAHULUAN
Deskripsi singkat






Relevansi






Tujuan Instruksional Khusus






PENYAJIAN
Uraian Materi






Contoh






Latihan






PENUTUP
Tes formatif dan umpan balik






Tindak lanjut/follow up







JUMLAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar