PENGGUNAAN
PENILAIAN PORTOFOLIO
SEBAGAI
ALAT IDENTIFIKASI KECERDASAN JAMAK SISWA
(STUDI
KASUS DI TK LABSCHOOL RAWAMANGUN JAKARTA)
PENDAHULUAN
Pembangunan dan pengembangan di bidang
pendidikan telah memasuki upaya pemberdayaan segala aspek kemampuan yang digali
dari peserta belajar. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran di dunia
pendidikan kiranya terus dilakukan untuk memperoleh hasil sesuai dengan yang
telahditentukanTaman
Kanak-Kanak (TK) Labschool merupakan salah satu lembaga pendidikan swasta
berada di bawah instansi Departemen Pendidikan. Sesuai dengan amanat
Garis-Garis Besar Haluan Negara, maka Taman Kanak-Kanak (TK) Labschool sudah
seharusnya ikut bertanggung jawab terhadap tercapainya tujuan Pendidikan
Nasional.Adapun
upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, antara lain
melaksanakan berbagai penataran, pemberian beasiswa melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, distribusi buku melalui perpustakan sekolah,
pengadaan alat-alat laboratorium dan alat pembelajaran lainnya, peningkatan
sarana dan prasarana serta peningkatan insentif guru.
Dalam
kaitan itu, banyak faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan kualitas proses
pendidikan dan keluaran (output) pendidikan tersebut, diantaranya adalah dengan
memperluasan kegiatan belajar mengajar dengan berbagai proses pembelajaran di
lapangan. Di samping itu, siswa sebagai sentral kekuatan pendidikan dan aset
bangsa, diharapkan mampu memahami dan mencapai kompetensi-kompetensi yang di
harapkan karena hal tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan kualitas pendidikan kita. Keberadaan guru sebagai aktor yang
berperan dalam proses pembelajaran (instructional process) harus dapat
menciptakan situasi yang kondisif dan menyenangkan sehingga proses belajar
mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sehubungan dengan itu, guru
harus memiliki pola pengajaran yang kreatif yang mampu menarik perhatian siswa
TK dan menumbuhkan minat belajar yang tinggi kepada para peserta didiknya.
Pembelajaran
aktif, kreatif dan inovatif tersebut dapat di realisasikan ke dalam proses
pembelajaran portofolio. Portofolio merupakan koleksi dari pekerjaan‑pekerjaan
siswa sebagai bukti kemajuan siswa atau kelompok siswa, bukti prestasi,
keterampilan, dan sikap siswa. Portofolio menampilkan pekerjaan siswa yang
terbaik atau karya siswa yang paling berarti sebagai hasil kegiatannya sehingga
mengilustrasikan kemajuan belajar siswa. Portofolio merupakan satu cara agar
dalam diri siswa tumbuh kepercayaan diri bahwa dia mampu mengerjakan tugas.
Dengan tumbuhnya kepercayaan diri pada diri siswa diharapkan dapat
memotivasinya untuk mencari pengetahuan dan pemahaman sendiri serta berkreasi
dan terbuka ide‑ide baru yang mereka lakukan dalam kegiatan pembelajarnya.
Taman
Kanak-Kanak (TK) Labschool Jakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan formal
di Jakarta menerapkan pola pembelajaran portofolio agar pencapaian-pencapaian
mutu pendidikan dapat dicapai melalui salah satu proses pembelajaran yaitu
portofolio. Sistem pembelajaran portofolio ini merupakan salah satu cara
mengembangkan kecerdasan jamak anak. Dalam proses penilaian portofolio, siswa
di ajarkan untuk mampu menghargai dirinya sendiri. Siswa adalah subjek dari
proses belajar, merekalah yang merupakan faktor utama untuk mengembangan
kecerdasan mereka, sedang guru dan orang tua hanyalah sebagai fasilitator.
Kecerdasan
setiap anak adalah berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, atau sering
dikenal dengan istilah kecerdasan jamak (Multiple
Intelegence). Kecerdasan Jamak mencakup kecerdasan verbal-linguistik,
kecerdasan visual-spasial, kecerdasan irama, kecerdasan kinestetik dan gerakan
tubuh, kecerdasan matematika-logika, kecerdasan sosial, kecerdasan diri,
kecerdasan natural. Agar setiap anak mampu mengembangkan kecerdasannya secara
optimal, maka penilaian portofolio ini diharapkan mampu memfasilitasi anak
mengoptimalkan kecerdasan yang dimilikinya.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, dapat diketahui betapa pentingnya upaya untuk
meningkatkan kualitas belajar anak. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah selama
ini selalu dikaitkan dengan keberadaan guru dan bahkan tidak lepas dari
kualitas guru yang secara langsung bertanggung jawab terhadap kualitas
pendidikan nasional.
Sementara
itu, banyak dari masalah yang masih belum dapat dilakukan untuk mengembangkan
kecerdasan jamak seorang anak, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi
antara lain: (1) Bagaimana peranan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan
jamak anak? (2) Bagaimana peran guru dalam mengembangkan kecerdasan jamak
anak?; (3) Upaya-Upaya apa saja yang dikembangkan guru untuk mengoptimalkan
pembelajaran di kelas?; (4) Bagaimana dukungan sekolah terhadap proses tumbuh
kembang anak?; (5) Apakah Kepala Sekolah mendukung setiap proses belajar yang
membentu siswa mengembangkan kecerdasan jamaknya?; (6) Bagaimana pengaruh
penilaian portofolio terhadap perkembangan kecerdasan jamak anak? (7) Bagaimana
penilaian orang tua terhadap hasil belajar melalui penilaian portofolio?; (8)
Bagaimana wujud interaksi anak dengan lingkungannya melalui penilaian
portofolio?;
Bertolak dari latar belakang dan
identifikasi masalah di atas, ternyata banyak sekali permasalan yang perlu
dikaji dan diteliti lebih lanjut. Faktor proses penilaian portofolio perlu
dikaji untuk mengembangkan proses pencapaian kecerdasan jamak siswa. Oleh sebab
itu, masalah yang dikaji dan diteliti dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penggunaan
penilaian portofolio sebagai alat identifikasi kecerdasan jamak siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah
dan identifikasi masalah serta pembatasan masalah, selanjutnya dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah kecerdasan jamak siswa dapat
diidentifikasi menggunakan penilaian portofolio siswa yang dilakukan oleh guru?
Kegunaan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
manfaat secara teoritis dan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
Manfaat secara teoritis adalah pengembangan ilmu yang relevan dengan masalah
dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memperkuat dan
memperkaya khasanah teori-teori yang telah dikemukakan dan dapat dijadikan
sebagai salah satu referensi bagi peneliti yang secara khusus mengkaji mengenai
kecerdasan jamak anak. Manfaat secara praktis, secara umum hasil penelitian ini
sangat berguna untuk berbagai pihak antara lain:
Pertama, secara konseptual dan operasional, hasil
penelitian ini dapat memberikan sumbangan atau kontribusi yang konstuktif
kepada guru-guru, khususnya dalam membina anak mencapai pemaksimalan
kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya sehingga jalannya roda lembaga sekolah
dapat lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Kedua, bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan (input) yang sangat berarti untuk dapat
meningkatkan kemampuan si anak dan efisiensi kerja guru kelas.
Secara teoritis maupun praktis, hasil penelitian ini
merupakan kontribusi/sumbangan pemikiran sebagai masukan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan dapat membantu para guru dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia yang tercinta ini.
Portofolio
berasal dari bahasa inggris “portfolio” yang artinya dokumen atau
surat-surat dan dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga
dari suatu pekerjaan tertentu. Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa
dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan yang
ditentukan (Fajar, 2004 : 47). Panduan
ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio.
Biasanya portofolio ini merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi
dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih siswa dari
satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas,
mencari data, mengolah, menganalisis dan mencari pemecahan terhadap suatu
masalah yang dikaji.
Setiap portofolio harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha-usaha
terbaik dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup
pertimbangan terbaiknya tentang bahan mana yang paling penting untuk
ditampilkan. Tampilan portofolio berupa tampilan visual dan audio yang disusun
secara sistematis, melukiskan proses berpikir yang didukung oleh seluruh data
yang relevan. Secara utuh melukiskan “intergrated learning experience”
atau pengalaman belajar yang terpadu dan dialami oleh siswa sebagai satu
kesatuan.
Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran adalah usaha yang
dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan
mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut
diperoleh siswa melalui pengalaman belajar, sehingga memiliki kemampuan
mengorganisasi informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa
yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam
pekerjaannya atau tugas-tugasnya.
Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini
pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning,
problem solving learning, research-oriented learning” yang dikemas dalam
model “Project” oleh John Dewey.Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah
sebagai berikut.
1.
Mengidentifikasi
masalah yang ada di masyarakat.
2.
Memilih
suatu masalah untuk dikaji di kelas.
3.
Mengumpulkan
informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji.
4.
Membuat portofolio
kelas.
5.
Membuat portofolio
dengar pendapat (show case).
6.
Melakukan refleksi
pengalaman belajar.
Di
dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan
fasilitasi dari guru dan menggunakan ragam sumber belajar di sekolah maupun di
luar sekolah (masyarakat). Sumber
belajar atau informasi dapat diperoleh dari:
1.
manusia
(pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat),
2.
kantor
penerbitan surat kabar, bahan tertulis,
3.
bahan terekam,
4.
bahan tersiar (TV,
radio),
5.
alam sekitar,
6.
situs
sejarah, artifak dan lain-lain ( Fajar, 2004:48).
Model pembelajaran berbasis portofolio dilandasi oleh beberapa landasan
pemikiran sebagai berikut (Budimansyah, 2003 : 5-8).
a.
Empat
Pilar Pendidikan
Empat
pilar pendidikan sebagai pendidikan landasan model pembelajaran berbasis
portofolio adalah learning to do, learning to be, learning to know,learning
to live together yang dicanangkan UNESCO (Budimansyah,2003:5)
1.
Learning to Do
adalah peserta didik seharusnya
diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya.
Peserta didik tidak hanya menerima materi dari guru tetapi harus aktif mau dan
mampu menambah pengatahuan untuk pribadinya dimana belajar dari pengalaman
dalam kehidupannya.
2.
Learning to Know
Pengetahuan yang didapat peserta
didik selain dari sekolah juga didapatkan dari dunia luar sekolah. Peserta
didik dapat meningkatkan interaksinya dengan lingkungannya baik lingkungan
fisik, sosial, maupun budaya, sehingga peserta didik mampu membangun pemahaman
dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya.
3.
Learning to Be
Diharapkan hasil interaksi dengan
lingkungannya dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri. Karena banyak
peserta didik yang tidak mempunyai kepercayaan diri, mereka merasa bahwa tidak
mempunyai kemampuan dan keterampilan yang bisa dibanggakan, sehingga terjadi
kemandegan belajar.
4.
Learning to Live Together
Kesempatan
berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi akan
membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap
positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.
b.
Pandangan
Konstruktivisme
Pandangan
konstruktivisme sebagai filosofi pendidikan mutakhir menganggap semua peserta
didik mulai dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki
gagasan/pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa/gejala lingkungan di
sekitarnya. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa inti kegiatan pendidikan
adalah memulai pelajaran dari “apa yang diketahui peserta didik”.
Beberapa
bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi konstruktivime antara lain:
diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan
gagasan, pengujian dan hasil penelitian sederhana demonstrasi dan peragaan
prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik
untuk mempertajam gagasannya.
c. Democratic Teaching
Democratic
Teaching adalah suatu bentuk upaya menjadikan
sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang
demokratis. Secara singkat, democratic teaching adalah proses
pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan
terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan
memperhatikan keragaman peserta didik (Budimansyah, 2003 : 5-7).
Prinsip dasar model pembelajaran portofolio sekurang-kurangnya ada lima
prinsip yaitu prinsip belajar siswa aktif (student active learning),
kelompok belajar kooperatif (cooperative learning), pembelajaran
partisipatorik, mengajar yang reaktif (reactive teaching), dan prinsip
dasar belajar yang menyenangkan (joyfull learning) (Budimansyah, 2003 :
8-16).
a.
Prinsip Belajar Siswa
Aktif
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis portofolio berpusat pada siswa. Dengan demikian model ini menganut
prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas
siswa hampir di seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di
kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan. Hal ini tampak terlihat pada saat
siswa mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran, kemudian
setelah masalah terkumpul, siswa melakukan voting
untuk memilih masalah untuk kajian kelas. Untuk menjawab permasalahan yang
dikaji, maka siswa mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan cara
wawancara, pengamatan serta mengambil foto atau membuat kliping. Setelah itu,
aktivitas siswa terfokuspada pembuatan portofolio kelas. Segala bentuk data dan
informasi disusun secara sistematis dan disimpan pada sebuah bundel. Data dan
informasi yang penting dan menarik ditempel pada seksi penayangan, setelah
portofolio selesai dibuat, dilakukanlah public hearing dalam kegiatan show
case di hadapan dewan juri.
b.
Kelompok Belajar
Kooperatif
Proses
pembelajaran yang berbasis kerja sama antar siswa dan komponen lain di sekolah,
termasuk kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerjasama terlihat pada saat kelas sudah memilih satu
masalah untuk bahan kajian bersama. Semua pekerjaan disusun, orang-orangnya
ditentukan, siapa yang mengerjakan apa, merupakan bentuk kerja sama itu. Kerja
sama dengan lembaga terkait diperlukan saat siswa merencanakan mengunjungi
lembaga tertentu atau meninjau kawasan yang menjadi tanggung jawab lembaga
tertentu.
c.
Pembelajaran
Partisipatorik
Model
pembelajaran berbasis portofolio juga menganut prinsip dasar pembelajaran
partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar sambil melakoni (learning
by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup
berdemokrasi. Siswa pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memilki makna
bahwa siswa dapat menghargai pendapat yang didukung suara terbanyak dan pada
saat diskusi siswa belajar mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat
orang lain.
d. Reactive
Teaching
Guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar motivasi
belajar tinggi. Motivasi akan dapat
tercipta kalau guru daapt meyakinkan siswa akan kegunaan materi pelajaran bagi
kehidupan nyata. Oleh karena itu guru harus dapat menciptakan situasi sehingga
materi pelajaran selalu menarik dan tidak membosankan. Caranya adalah
memberikan penghargaan atau reward pada pendapat siswa bagaimana pun
kualitasnya. Jika pendapat siswa dihargai, maka pada diri siswa akan muncul
kepercayaan diri untuk tidak malu-malu lagi mengemukakan pendapat.
e. Joyfull
Learning
Salah
satu teori belajar menegaskan bahwa sesulit apapun materi pelajaran bila
dipelajari dalam suasana yang menyenangkan, penuh daya tarik dan penuh motivasi
pelajaran akan mudah dipahami, sebaliknya bila suasana belajar membosankan,
maka pelajaran akan sulit dipahami. Dalam hal ini pembelajaran portofolio
memberikan keleluasaan untuk memilih tema belajar yang menarik bagi dirinya.
Model pembelajaran portofolio merupakan salah satu model
pembelajaran yang menekankan belajar siswa untuk aktif dan kreatif. Dalam hal
ini siswa harus peka terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat
dan ikut serta berusaha untuk mencari dan menyelesaikan masalah-masalah yang
terjadi dengan cara-cara positif.
Langkah-langkah model pembelajaran portofolio (Fajar, 2004 : 48) adalah
sebagai berikut.
a.
Mengidentifikasi
masalah yang ada di masyarakat
Dalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan
guru bersama siswa yaitu : mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang
siswa ketahui, tentang masalah-masalah di masyarakat dan memberi tugas
pekerjaan rumah tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat yang
mereka anggap penting sesuai dengan kemampuan siswa. Dalam mengerjakan
pekerjaan rumah tersebut siswa diharapkan untuk mencari informasi tentang
masalah yang akan dikaji dengan cara : a) mewawancarai orang tua atau keluarga,
teman, tetangga, dan orang lain yang dianggap menguasai masalah yang dikaji, b)
melalui sumber-sumber cetak seperti majalah, koran dan tabloid, c) melalui
media elektronik seperti radio, TV dan internet. Semua informasi yang diperoleh harus dicatat untuk
didiskusikan di kelas.
b.
Memilih Masalah untuk
Kajian Kelas
Sebelum
memilih masalah yang akan dikaji hendaknya para siswa mengkaji terlebih dahulu
pengetahuan yang telah mereka miliki tentang masalah di masyarakat, dengan
langkah sebagai berikut.
1.
Mengkaji
masalah yang telah dikumpulkan.
2.
Mengadakan
pemilihan secara demokratis tentang masalah yang akan mereka kaji dengan cara
memilih salah satu masalah yang telah ditulis di papan tulis.
3.
Melakukan
penelitian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan
mengumpulkan informasi.
c.
Mengumpulkan
Informasi masalah yang akan dikaji oleh Kelas
Langkah-langkah
dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengidentifikasi
sumber-sumber informasi.
2.
Tinjau
ulang untuk memperoleh dan mendokumentasikan informasi
3.
Pengumpulan informasi.
d.
Mengembangkan
Portofolio Kelas
Pada
tahap ini, siswa hendaknya telah menyelesaikan penelitian yang memadai untuk
memulai membuat portofolio kelas, dengan langkah sebagai berikut.
1)
Kelas dibagi dalam 4
kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk membuat satu bagian
portofolio.
2)
Guru
mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio.
3)
Guru
menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan oleh tim penelitian seringkali
akan bermanfaat bagi lebih dari satu kelompok portofolio.
4)
Guru
menjelaskan spesifikasi portofolio yakni terdapat bagian penayangan dan bagian
dokumentasi pada setiap kelompok.
e.
Penyajian Portofolio (show
case)
Dalam
menyelenggarakan gelar kasus (show case), guru sebagai pihak
penyelenggara hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut.
1.
Persiapan show case.
2.
Pembukaan show case.
3.
Penyajian oleh kelompok
yang telah dibentuk disertai tanya-jawab oleh dewan juri.
4.
Selingan.
5.
Tanggapan audiens.
6.
Pengumuman dewan juri.
7.
Kriteria dan format
penilaian.
Penyajian
Portofolio (show case) dilaksanakan setelah kelas menyelesaikan
portofolio tampilan maupun portofolio dokumentasi. Pelaksanaan dapat dilakukan
pada akhir semester satu atau akhir semester dua bersamaan dengan kenaikan
kelas. Hal itu tergantung pada kondisi dan situasi sekolah.
f.
Merefleksi pada
Pengalaman Belajar
Dalam
kegiatan refleksi ini siswa diajak melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana
mereka belajar. Tujuan refleksi adalah untuk belajar menghindari kesalahan di
masa yang akan datang dan meningkatkan kinerja siswa. Dengan merefleksi
pengalaman belajar siswa maka sangat mendukung modus pengalaman belajar yang
digambarkan melalui gambar kerucut di bawah ini.
Yang kita ingat modus
Kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa
yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat
dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakana
dan lakukan. Secara ringkas kegiatan pembelajaran berbasis portofolio mencakup
hal-hal berikut ini.
a.
Apersepsi.
b.
Penyampaian materi.
c.
Mengidentifikasi
masalah yang ada di masyarakat.
d.
Memilih
masalah yang dikaji di kelas.
e.
Penugasan
meliputi mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji dan
pembuatan portofolio kelas.
f.
Menyajikan
portofolio atau dengar pendapat.
g.
Melakukan refleksi atau
pengalaman belajar.
Dalam
hal ini, kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi,
kreativitas, kemandirian, kerjasama, kepemimpinan dan kecakapan peserta didik
guna membentuk watak, serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa (Fajar,
2005 : 15)
Yang
dimaksud dengan indikator adalah unsur-unsur pokok yang dapat menjelaskan
kemampuan peserta didik setelah menyelesaikan satuan-satuan pendidikan
tertentu. Banyak indikator
yang dapat dipilih, tetapi dipandang paling sensitif adalah:
a.
hasil
ulangan harian dan ulangan umum yang biasanya dicatat dalam buku nilai siswa,
b.
tugas-tugas
terstruktur biasanya dikumpulkan dalam sebuah map atau loker khusus untuk
tugas-tugas siswa,
c.
catatan
perilaku harian para siswa biasanya tersimpan dalam buku khusus yang disebut
dengan catatan anekdot,
d.
laporan
kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar, biasanya
dikumpulkan pada guru dan selanjutnya didokumentasikan.
Kesimpulannya adalah bahwa semua indikator proses dan
hasil belajar siswa itu tercatat dan didokumentasikan dalam satu bundel
(portofolio). Baru saat menentukan nilai raport, semua catatan dan dokumentasi
tadi dianalisis untuk membuat kesimpulan nilai raport setiap siswa. Dengan
demikian model penilaian berbasis portofolio adalah suatu usaha untuk
memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh
tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan
dokumentasi pengalaman belajar.
Menurut Nuryani Rustama (dalam Depdiknas, 2004 : 40-41) kelebihan dan
kelemahan metode pembelajaran portofolio adalah sebagai berikut.
a.
Kelebihan
1.
Memungkinkan pendidik
mengakses kemampuan peserta didik untuk membuat, menghasilkan berbagai tugas
akademik.
2.
Memungkinkan
pendidik menilai ketrampilan / kecakapan peserta didik.
3.
Mendorong
kolaborasi antara peserta didik dengan pendidik, antara peserta didik dengan
peserta didik lainnya.
4.
Memungkinkan pendidik
mengintervensi proses dan menentukan dimana
5.
pendidik tersebut perlu
membantu.
b. Kelemahan
1.
Memerlukan waktu yang
relatif lama.
2.
Pendidik
harus tekun, sabar dan terampil.
3.
Tidak
ada kriteria yang standar.
Teori kecerdasan ganda diusulkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983 untuk lebih akurat mendefinisikan
konsep kecerdasan dan untuk menjawab pertanyaan apakah metode yang
mengklaim untuk mengukur kecerdasan (atau aspek daripadanya) benar-benar ilmiah.
Teori
Gardner ini berpendapat bahwa kecerdasan, terutama seperti yang didefinisikan
secara tradisional, tidak cukup meliputi berbagai kemampuan manusia layar. Dalam konsepsi, seorang anak yang
menguasai perkalian dengan mudah belum tentu secara keseluruhan lebih
cerdas daripada anak yang berjuang untuk melakukannya. Anak kedua mungkin lebih kuat pada jenis
kecerdasan lain dan karenanya:
1)
dapat
terbaik materi belajar yang diberikan melalui pendekatan yang berbeda,
2)
dapat
berprestasi di bidang di luar matematika, atau
3)
mungkin
bahkan melihat proses perkalian di tingkat lebih mendasar, yang dapat
mengakibatkan tampak kelambatan yang menyembunyikan kecerdasan matematis yang
secara potensial lebih tinggi daripada anak yang dengan mudah menghafal tabel
perkalian.
Kategori Gardner
kecerdasan ganda adalah aksioma teoritis struktur yang merupakan turunan dari
teori metafisika kepribadian Kant. Perspektif Gardner tentang kecerdasan manusia
mencoba mendekonstruksi apriori Kant struktur kategoris. Sedangkan Kant menggambarkan kepribadian manusia sebagai
homeostatik dialogism yang memperpanjang "gagasan"Aristoteles,
Gardner menunjukkan bahwa kepribadian adalah sama sekali tidak statis,
melainkan berada dalam keadaan konstan berubah. Sementara
kepribadian tidak bisa disematkan ke bawah dan benar-benar didefinisikan, ia
berpendapat bahwa di sekitar pusat circumnavigates kemustahilan. Oleh karena itu, sifat-sifat
manusia yang positif sering mewujudkan karakteristik lawan mereka. Kecerdasan manusia adalah baik dan
sebuah refleksi dari runtuhnya kategori sendiri. Ini menjadi kasus, Gardner
mencoba untuk merekonstruksi disintegrasi salah Kant konstruksi. Heteroglossia Gardner mensyaratkan 7 berbeda
kelompok non-Kantian. Kategori
intelijen yang diusulkan oleh Gardner (1983) adalah sebagai berikut.
Pandai
berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca
merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk
menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya.
2. Logical
– Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan
logical–mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap
kegiatan eksplorasi. Mereka sering
bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan
logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan
benda dan senang berhitung.
3. Visual
– Spatial Intelligence (Picture Smart)
Anak-anak
dengan kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung berpikir secara
visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery), sehingga
cenderung imaginatif dan kreatif.
4. Bodily
– Kinesthetic Intelligence (Body Smart)
Anak-anak
dengan kecerdasan bodily – kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan
menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan
keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi
dunia dengan otot-ototnya.
5. Musical
Intelligence (Music Smart)
Anak dengan
kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia
juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai
permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar.
Mereka pandai menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan,
melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi musik.
6. Interpersonal
Intelligence (People Smart)
Anak dengan kecerdasan
interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain,
pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam
cara saat berinteraksi. Mereka
juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain,
serta mampu bekerja sama denganm orang lain.
7. Intra
personal Intelligence (Self Smart)
Anak dengan kecerdasan intra
personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah
berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi
konflik. Ia juga mengetahui
apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan
sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus
meminta bantuan saat memerlukan.
8. Naturalist
Intelligence (Nature Smart)
Anak-anak
dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar
terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan
dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang,
pertumbuhan tanaman, dan tata surya.
Pada dasarnya model portofolio adalah
suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang
diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Portofolio sebagai model
pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan oleh guru agar siswa memiliki
kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu atau
kelompok (Fajar, 2004 : 47).
Penilaian portofolio dirasa sangat cocok
bila sebagai alat identifikasi kecerdasan jamak siswa. Berdasarkan fungsi tersebut, yaitu dengan
cara sekolah membantu peserta didik mengembangkan
pemahaman baik materi maupun keterampilan, intelektual dan partisipatori dalam
kegiatan sekolah yang berupa intra, kokurikuler dan ekstra kurikuler.
Proses
pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan penting untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan, ketrampilan dan penerapan konsep diri. Keberhasilan proses
pembelajaran dapat tercermin dari peningkatan mutu lulusan yang dihasilkan.
Untuk itu, perlu diadakan peran aktif seluruh komponen pendidikan terutama
siswa yang berfungsi sebagai input sekaligus calon output dan juga guru
sebagai fasilitator. Guru
mempunyai peran dalam menciptakan suasana yang efektif dan menumbuhkan semangat
belajar siswa. Guru harus mempunyai suatu model pembelajaran yang efektif dan
inovatif.
Melalui model
penilaian portofolio siswa dibawa pada proses belajar yang aktif (active
learning) dan proses belajar yang menyenangkan (joyfull learning).
Model ini akan membawa siswa pada proses belajar aktif, sebab siswa belajar
dengan melakukan sesuatu (learning to do). Siswa dibawa pada proses
belajar yang menyenangkan dikarenakan siswa belajar dengan penuh variasi, tidak
monoton dan menjadikan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar.
Jika menggunakan penilaian portofolio sebagai
alat identifikasi kecerdasan jamak siswa, maka kecerdasan jamak siswa mampu
teridentifikasi
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk
memperoleh data, fakta dan informasi yang benar tentang penggunaan penilaian
portofolio sebagai alat identifikasi kecerdasan jamak siswa di TK Labschool
Rawamangun Jakarta. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran deskriptif tentang penggunaan penilaian portofolio sebagai alat
identifikasi kecerdasan jamak siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di TK Labschool kelas TK
B Rawamangun Jakarta pada bulan
Februari 2010.
Februari 2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif yaitu penggambaran atau pemberian makna secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta fakta-fakta
yang ada. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Ary bahwa:
Penelitian metode deskriptif adalah melukiskan dan
menafsirkan keadaan yang sekarang. Penelitian ini berkenaan dengan kondisi atau
hubungan yang ada serta praktek-praktek yang sedang berlaku, keyakinan, sudut
pandang atau sikap yang dimiliki, proses-proses yang sedang berlangsung,
pengaruh-pengaruh yang sedang dirasakan, atau kecenderungan-kecenderungan yang
sedang berkembang.[1]
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomea alam maupun sosial yang diamati. Dalam
penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa penilaian portofolio yang
diberikan oleh guru kepada siswa. Penilaian portofolio ini kemudian dicocokkan
dengan kisi-kisi instrumen kecerdasan jamak. Adapun berikut adalah kisi-kisi
instrumen kecerdasan jamak yang disusun oleh peneliti dengan beberapa aspek
yang telah dijabarkan dalam kerangka teori.
1.
Instrumen Kecerdasan
Jamak
Untuk memudahkan pengukuran, terlebih dahulu variabel kecerdasan jamak didefinisikan sebagai berikut.
Untuk memudahkan pengukuran, terlebih dahulu variabel kecerdasan jamak didefinisikan sebagai berikut.
a.
Definisi Konseptual
Kecerdasan jamak adalah daya atau kemampuan untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan yang dapat berkembang selama periode waktu tertentu berdasarkan pembelajaran yang dilakukan meliputi delapan aspek kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, logika matematika, spasial, kinestetis, musikal, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis.
Kecerdasan jamak adalah daya atau kemampuan untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan yang dapat berkembang selama periode waktu tertentu berdasarkan pembelajaran yang dilakukan meliputi delapan aspek kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, logika matematika, spasial, kinestetis, musikal, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis.
b.
Definisi
Operasional
Kecerdasan jamak adalah semua kesanggupan yang
ditunjukkan dalam memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan lingkungan yang diperlihatkan dalam berbagai bentuk
aktivitas yang tergambar melalui jumlah skor yang diperoleh dari instrumen
kecerdasan jamak pada delapan aspek kecerdasan.
c.
Kisi-kisi
Berdasarkan definisi konseptual dan operasional yang
telah dirumuskan dapat ditetapkan bahwa data yang diperlukan dikumpulkan dengan
menggunakan tes dengan pengembangan tes berdasarkan kisi-kisi yang dikemukakan
dalam tabel 3.21.
Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif dengan mencari jawaban yang sesuai dengan indikator
kecerdasan jamak (Tabel 3.1) pada daftar penilaian yang dilakukan oleh guru.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dipaparkan data yang berhasil dikumpulkan, dan
pembahasannya yang meliputi: sekilas tentang kb/tk labschool, sebagai alat identifikasi kecerdasan jamak siswa. data berikut dikumpulkan berdasarkan masalah-masalah
yang diajukan dalam penelitian.
A.
Sekilas tentang TK Labschool
Pada tahun 1968
IKIP Jakarta membuka sekolah dengan nama Laboratory School yang terdiri dari
TK, SD, SMP dan SMA. Kemudian pada tahun 1969, TK dan SD yang berada di kawasan
komplek IKIP-UI bersatu dibawah naungan Laboratory School.
Seiring dengan
berjalannya waktu, banyak terjadi perubahan nama. Diantaranya Comprehensive
School pada tahun 1972, kemudian PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan)
pada tahun 1974-1986. Pada tahun 1986 SD, SMP dan SMA berubah menjadi sekolah
negeri sementara status TK masih tetap swasta dengan nama TK IKIP Jakarta.
Baru pada tahun
1992 namanya berubah kembali menjadi TK, SMP dan SMA Labschool, atas permintaan
masyarakat di lingkungan IKIP Rawamangun hingga sekarang.
a. MISI TK LABSCHOOL
I. Menciptakan
lingkungan TK sebagai tempat bermain dan belajar dengan suasana yang
menyenangkan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk bereksplorasi,
bersosialisasi, kreatif, ceria, dan mandiri.
II. Melalui
kegiatan bermain dan belajar,pengembangan spiritual, intelektual, dan
motoriknya sebagai landasan untuk menghasilkan lulusan anak didik yang
berkualitas untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
III. Tk
labschool mempersiapkan anak didik untuk menghadapi kemajuan jaman serta
berperan dalam perkembangan ilmu dan teknologi sejak usia dini dengan bekal
iman, ilmu, dan amal.
b.
Fasilitas Sekolah
Gedung TK Keseluruhan
- Tampak
Depan
Halaman upacara
sampai ke tempat bermain pasir di samping kolam renang.
- Tampak Samping Ruang Tunggu antar jemput.
Ruang ( Sarana dan Prasarana ) TK Labschool
- Ruang
Kantor
- Ruang
Guru
- Ruang
Vokal
- Ruang
Poliklinik
- Kolam
Renang
- Ruang
Aula / Theater
- Ruang
Multi Media
- Ruang
Mandi Bola
- Ruang
Outbound
- Ruang
Perpustakaan & Komputer
- Dapur
- Ruang
Musik
- Kamar Mandi di tiap lantai (Lt. 1, 2 dan 3)
- Ruang
Tunggu
c. SDM KB - TK Labschool
Kepala
Sekolah : Hj.
Irnawati Syarif, S.IP., M.MPd
Wakil Kepala Sekolah : Dra. Nurhayati, M.Pd
Tata Usaha :
1. Dwi Retnowati, SE
2. Kristina Gita Rini
3. Mylani
Guru :
Wakil Kepala Sekolah : Dra. Nurhayati, M.Pd
Tata Usaha :
1. Dwi Retnowati, SE
2. Kristina Gita Rini
3. Mylani
Guru :
1. Dra. Andi Astuti
2. Dra. Tri Yuni Iswanti 3. Dila Rahmawati, S.Pd 4. Sri Wahyuni, S.Pd 5. Indriani, S.Pd 6. Murni Asih Apriliani, S.Pd 7. Titik Fadjarwati, S.Pd 8. Lisa Delani, S.Pd |
9. Ade Ahdiat, S.Pd
10. Maria Chairuri, S.Pd 11. Dra. Erlina Nurlianti 12. Siti Umairoh Hasanah, S.Psi 13. Daim Ridha Kurniasari, S.Pd 14. Khumaidi Tohar, S.Pd 15. Siti Nurlaelah |
Pramubakti
:
1. Epon Rohaeti
2. Suhaenia
3. Zaenal Arifin
Guru Ekstra :
Drumband : Pak Agus dan Pak Edi
Melukis : Kak Pras, Kak Ihsan, Kak Shinta
Menari : Ibu Nining
Bahasa Inggris : Mrs. Nia, Mrs. Arma, Mrs. Visa
Musik : Ibu Dyah
Agama : Islam (guru kelas masing-masing), Kristen ibu Lisbeth, Hindu ibu Nyoman
1. Epon Rohaeti
2. Suhaenia
3. Zaenal Arifin
Guru Ekstra :
Drumband : Pak Agus dan Pak Edi
Melukis : Kak Pras, Kak Ihsan, Kak Shinta
Menari : Ibu Nining
Bahasa Inggris : Mrs. Nia, Mrs. Arma, Mrs. Visa
Musik : Ibu Dyah
Agama : Islam (guru kelas masing-masing), Kristen ibu Lisbeth, Hindu ibu Nyoman
POMG : Berfungsi
untuk mengkoordinir WOTK dalam membantu pelaksanaan
program sekolah.
WOTK
: Berfungsi untuk membantu kelancaran
proses KBM di luar kelas, khususnya
pada kelas masing-masing.
B.
Penggunaan
Penilaian Portofolio dan Analisis Survei Identifikasi Kecerdasan Jamak
Untuk melihat proses
penggunaan Penilaian portofolio terlebih dahulu kami mengadakan survei ke KB/TK
labschool agar mendapat gambaran yang utuh berkenaan dengan penggunaan
penilaian portofolio sebagai Identifikasi Kecerdasan jamak
Berkaitan
dengan kondisi riil dan penggunaan penilaian portofolio, peneliti akan melihat tiga hal: (1) Kurikulum;
(2) Proses Belajar Pembelajaran dan Kelas;
(3) karakteristik kecerdasan jamak yang dimiliki oleh anak TK lab school.
Data tentang ketiga unsur ini
diperoleh dari sumber sekolah, guru dan
siswa. Dari sekolah data diambil
berkaitan dengan Kurikulum; dari guru diambil
data yang berkaitan dengan proses belajar dan pembelajaran, sedangkan dari
siswa diambil data yang berhubungan
dengan karakteristik kecerdasan jamak yang
dimiliki oleh anak TK lab school.
1.
Kurikulum
a.
Pengertian
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas
(belajar tuntas). Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan
nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
Kompetensi Dasar merupakan pengembangan potensi-potensi
perkembangan pada anak yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
sesuai dengan usianya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikator yang dapat
diukur dan diamati.
Hasil Belajar merupakan cerminan kemampuan
anak yang dicapai dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi
dasar.
Indikator
merupakan hasil belajar yang lebih spesifik dan terukur dalam satu kompetensi
dasar. Apabila serangkaian indikator dalam satu kompetensi dasar sudah
tercapai, berarti target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi.
b.
Fungsi Dan Tujuan
Fungsi pendidikan Taman Kanak-kanak adalah :
- Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada
anak.
- Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.
- Menumbuhkan
sikap dan perilaku yang baik.
- Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
- Mengembangkan
keterampilan, kreatifitas dan kemampuan yang dimiliki anak.
- Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Tujuannya adalah:
Membantu anak
didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
c.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup kurikulum TK meliputi
aspek perkembangan :
1.
Moral dan Nilai-nilai
Agama
2.
Sosial, Emosional dan Kemandirian
3.
Kemampuan Berbahasa
4.
Kognitif
5.
Fisik / Motorik
6.
Seni
Untuk
menyederhanakan lingkup kurikulum dan menghindari tumpang tindih, serta untuk
memudahkan guru menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman,
maka aspek-aspek perkembangan tersebut dipadukan dalam bidang pengembangan yang
utuh mencakup :
1.
Bidang Pengembangan
Pembentukan Perilaku Melalui Pembiasaan
2.
Bidang Pengembangan
Kemampuan Dasar.
3.
Kemampuan Berbahasa
4.
Kognitif
5.
Fisik / Motorik
6.
Seni
2.
Proses Belajar Pembelajaran dan Kelas
Berikut dijelaskan secara umum dan singkat kegiatan
belajar pembelajaran yang dilakukan di
KB dan TK Labschool
- Berbaris Saat Masuk Kelas
Tujuan :
Leadership : setiap anak diberi kesempatan untuk memimpin kelas secara bergiliran sehingga tumbuh rasa percaya diri dan keberanian
Kedisiplinan : melatih untuk datang tepat waktu - Meeting Morning ( Pertemuan Pagi )
Ice breaking : saling berbagi dan menghidupkan suasana melalui nyanyi, do’a dan berbagi cerita
Greeting : bertegur sapa dengan guru dan teman-teman
News : penjelasan tema, materi dan pembagian area - Kegiatan
Dalam Area
- Area Baca Tulis
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. - Area Balok
Melatih anak untuk mengekspresikan diri, berkreasi, berimajinasi membentuk/membuat bangunan sederhana dengan menggunakan berbagai media seperti lego, puzzle, lasy, howblok, dll. - Area Matematika
Mengenalkan konsep sederhana matematik, seperti membilang, mengurutkan, membuat konsep permasalahan sehingga mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. - Area Drama
Melatih anak berimajinasi dan mengekspresikan diri secara bebas dan spontan dengan bermain peran seperti dalam kehidupan sebenarnya. - Area Seni
Untuk menumbuh kembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu, daya khayal dan inisiatif anak-anak melalui proses percobaan, penjelajahan berbagai media sehingga mampu menciptakan pengalaman yang kreatif dan berkualitas. - Area Agama
Mengenalkan Tuhan melalui ciptaan-ciptaan-Nya sehingga tumbuh rasa sayang anak pada sesama makhluk-Nya. Selain itu anak diharapkan mampu mengucapkan bacaan do’a sehari-hari dalam setiap kegiatan beribadahnya. - Area IPA
Menyeimbangkan rasa ingin tahu alami anak-anak untuk mencari informasi tentang apa yang ada di lingkungan sekitarnya, dengan melalui proses pengamatan – mengukur – membandingkan – memperkirakan dan menjelaskan. - Area Pasir + Air
Melatih kemampuan koordinasi fisik (seperti jari-tangan-mata-kaki), kekuatan otot dan daya pikir yang dapat diaplikasikan melalui permainan bebas. - Area Musik
Mengenalkan berbagai macam lagu anak-anak dan alat musik sederhana. - Area Masak
Menumbuh kembangkan kemampuan motorik halus anak agar dapat membuat makanan / minuman yang dikonsumsi setiap hari secara sederhana.
3.
Pengembangan Kecerdasan Jamak yang Dilakukan
TK Labschool melalui
Penilaian Portofolio
Berikut ini kami lampirkan kisi-kisi dan hasil análisis tindakan yang dilakukan
oleh TK labschool mengenai identifikasi
kecerdasan jamak yang dimiliki oleh siswa. Data kami peroleh melalui
observasi langsung ke TK labschool pada hari kamis tanggal 04 februari 2010
Tabel 3.21 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Kecerdasan Jamak
Aspek Kecerdasan
Jamak
|
Indikator
|
Tindakan
|
Linguistik
|
1. Menggunakan kalimat yang terdapat kata ”dan, jadi,
tetapi, atau”
|
Praktek
|
2. Menggunakan kata sambung pada objek kata benda
|
Praktek
|
|
3. Menggunakan kata sambung pada subjek kata benda
|
Praktek
|
|
4. Menggunakan kata kerja dasar (infinitif)
|
Praktek
|
|
5. Menggunakan kata keterangan (adverb) dengan, sebab, hingga, jika, sebelum, dan sesudah
|
Praktek
|
|
6. Menggunakan objek tak langsung, seperti ”menurut
saya gambar itu bangus”
|
Praktek
|
|
7. Menggunakan kalimat yang menunjukkan tingkat
perbandingan
|
Praktek
|
|
8. Mengikuti tiga perintah yang tidak berhubungan
sekaligus
|
Praktek
|
|
9. Mendengarkan cerita yang panjang
|
Praktek
|
|
10. Menggabungkan perintah kata kerja (verbal) kedalam
aktivitas bermain
|
Praktek
|
|
11. Memahami urutan suatu kejadian atau aktivitas yang
diperintahkan
|
Praktek
|
|
12. Bertanya dengan menggunakan kata tanya kapan, bagaimana, dan mengapa
|
Praktek
|
|
13. Menggunakan kata kerja bantu seperti dapat, akan, mungkin
|
Praktek
|
|
14. Menggabung kalimat
|
Praktek
|
|
15. Mengatakan tentang sesuatu sebab akibat dengan
menggunakan kata sebab dan jadi
|
Praktek
|
|
16. Bercerita
|
Praktek
|
|
17. Mengetahui kata dalam syair/puisi dan nyanyian
|
Praktek
|
|
18. Mulai membaca
|
Praktek
|
|
19. Mengajukan pertanyaan yang relevan dengan topik
yang ada
|
Praktek
|
|
20. Mulai menulis
|
Portofolio
|
|
Logika
Matematik
|
1. Memberi nama empat sampai enam warna dengan cara
menunjuk
|
Praktek
|
2. Mencocokkan gambar berdasarkan kesamaan
|
Portofolio
|
|
3. Menggambar orang dan menyebutkan bagian yang
digambar melalui bagian tubuh sendiri
|
Praktek
|
|
4. Menghitung luar kepala sampai bilangan lima
|
Praktek
|
|
5. Mengenal posisi tempat tinggal
|
Praktek
|
|
6. Memilih rentang perhatian yang lebih panjang
|
Praktek
|
|
7. Pemahaman konsep fungsi objek yang telah ditetapkan
|
Praktek
|
|
8. Pemahaman konsep waktu dari objek yang telah
ditetapkan
|
Praktek
|
|
9. Pemahaman konsep persahabatan secara utuh
|
Praktek
|
|
10. Pemahaman konsep persahabatan berdasarkan
bagian-bagian
|
Praktek
|
|
11. Menjelaskan tentang minggu yang lalu
|
Praktek
|
|
12. Menjelaskan tentang sekitar hari ini
|
Praktek
|
|
13. Menjelaskan tentang apa yang akan terjadi besok
|
Praktek
|
|
14. Merencanakan masa depan
|
Praktek
|
|
15. Mengamati dan menghubung-hubungkan informasi yang
diperoleh
|
Praktek
|
|
16. Membedakan bentuk bentuk
|
Portofolio
|
|
17. Mencocokkan bagian-bagian bentuk yang berbeda
|
Praktek
|
|
18. Mengetahui ciri-ciri geometris
|
Praktek
|
|
19. Memahami tentang warna dasar
|
Praktek
|
|
20. Berhitung menyelesaikan soal-soal penjumlahan
|
Portofolio
|
|
21. Berhitung menyelesaikan soal-soal pengurangan
|
Portofolio
|
|
Spasial
|
1. Menggunakan media seni untuk memperoleh informasi
|
Praktek
|
2. Menggunakan berbagai peralatan seni
|
Praktek
|
|
3. Menggunakan berbagai teknik berkreasi
|
Praktek
|
|
4. Mengatur unsur-unsur berdasarkan prinsip berkreasi
atau struktur berkreasi
|
Praktek
|
|
5. Mengatur unsur-unsur berdasarkan struktur berkreasi
|
Praktek
|
|
6. Mengkomunikasikan gagasan suatu bentuk seni visual
|
Praktek
|
|
7. Mengkomunikasikan sikap melalui suatu bentuk seni
visual
|
Praktek
|
|
8. Mengkomunikasikan perasaan melalui suatu bentuk seni
visual
|
Portofolio
|
|
9. Mengekspresikan gagasan melalui bentuk seni visual
|
Praktek
|
|
Karakteristik
Jasmani
|
1. Berjalan lurus dengan ayunan langkah yang luwes
|
Praktek
|
2. Berlari dengan dapat mengontrol mulai (start),
berhenti dan memutar
|
Praktek
|
|
3. Memanjat tangga yang lebih tinggi
|
Praktek
|
|
4. Melempar dengan posisi kaki horisontal dan badan
berputar ke kanan dan dengan cepat
|
Praktek
|
|
5. Melempar bola ke kiri
|
Praktek
|
|
6. Melempar dengan posisi melangkahkan kaki kanan ke
depan saat bola dilemparkan
|
Praktek
|
|
7. Menggunting bentuk-bentuk lurus
|
Portofolio
|
|
8. Menempel, menggambar, mewarnai
|
Portofolio
|
|
9. Menyusun puzzle
|
Praktek
|
|
10. Berjalan mundur dengan tumit
|
Praktek
|
|
11. Melompat ke depan sepuluh kali tanpa jatuh
|
Praktek
|
|
12. Meroda
|
Praktek
|
|
13. Membuat tanda salib, segi empat
|
Praktek
|
|
14. Mencetak huruf besar
|
Praktek
|
|
15. Memotong makanan yang mudah dipotong dengan pisau
|
Praktek
|
|
16. Mengikat tali sepatu sendiri
|
Praktek
|
|
17. Membantu menyiapkan makanan
|
Praktek
|
|
18. Berpakaian dan mengikat
|
Praktek
|
|
Musikal
|
1. Bergerak dengan lancar dan luwes mengikuti musik dan
ritme
|
Praktek
|
2. Gerakan mencongklang, dan melompat untuk memukul
dengan bertukar-tukar tempo dan intensitas
|
Praktek
|
|
3. Menikmati musik untuk relaksasi
|
Praktek
|
|
4. Menikmati musik sambil melamun
|
Praktek
|
|
5. Menikmati musik untuk kesenangan
|
Praktek
|
|
6. Menikmati syair/puisi
|
Praktek
|
|
7. Bernyanyi
|
Praktek
|
|
Intrapersonal
|
1. Melihat dengan perbedaan dan persamaan antara
dirinya dengan orang lain
|
Praktek
|
2. Memahami dunia ini dari sudut pandang mereka sendiri
|
Praktek
|
|
3. Menikmati kebersamaan dengan orang lain
|
Praktek
|
|
4. Berusaha bersikap menyenangkan dan berempatik dengan
orang lain
|
Praktek
|
|
5. Berkompeten melakukan sesuatu
|
Praktek
|
|
6. Menilai kemampuan mereka sendiri dengan tepat dan
teliti
|
Praktek
|
|
7. Bersopan santun
|
Praktek
|
|
8. Mengarahkan diri dengan lebih mengendalikan diri
|
Praktek
|
|
9. Menilai (judgement) apakah mereka dapat melakukan
sesuatu atau tidak
|
Praktek
|
|
10. Mempunyai perasaan yang kuat, dan perasaan takut
yang dapat meningkatkan ketrampilan berimajinasi
|
Praktek
|
|
11. Mulai bertambah kesadaran terhadap realita yang
meningkatkan rasa takut
|
Praktek
|
|
Interpersonal
|
1. Bermain bersama-sama dan berinteraksi
|
Praktek
|
2. Berkonsentrasi dalam permainan dramatis sesuai
dengan rincian, waktu, dan tempat
|
Praktek
|
|
3. Bermain dengan menghias diri (berdandan)
|
Praktek
|
|
4. Menunjukkan minat untuk mengetahui tentang perbedaan
jenis kelamin
|
Praktek
|
|
5. Bergabung dengan satu dan dua orang teman khusus
|
Praktek
|
|
6. Menyukai permainan peran dengan yang lain
|
Praktek
|
|
7. Mempertunjukkan peran tersebut di depan orang yang
baru dikenal, bergurau dan menggoda untuk mencari perhatian orang walau
kadang-kadang mereka malu-malu
|
Praktek
|
|
8. Menjaga persahabatan dan selalu rindu dengan
sebayanya
|
Praktek
|
|
9. Menyadari adanya pengucilan dan akan menolak orang
yang tidak disukai
|
Praktek
|
|
10. Bekerjasama
|
Praktek
|
|
11. Berbagi peran
|
Praktek
|
|
12. Mengenali hak atau menghargai pendapat orang lain
|
Praktek
|
|
13. Berpihak
|
Praktek
|
|
14. Gembira bila melakukan sesuatu yang baik
|
Praktek
|
|
Natural
|
1. Menyenagi hewan peliharaan
|
Praktek
|
2. Merawat hewan peliharaan
|
Praktek
|
|
3. Merawat tumbuhan yang ditanam
|
Praktek
|
|
4. Menjaga kebersihan lingkungan
|
Praktek
|
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan paparan dan
analisis data pada bagian
terdahulu, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dari kisi-kisi yang kami buat ternyata tidak semua kisi-kisi kecerdasan
jamak yang kami buat dapat terpenuhi oleh penilaian portofolio. Ini terjadi
karena proses belajar dan pembelajaran di TK labschool lebih ditekankan kepada
unsur bermain sambil belajar, bukan belajar sambil bermain
2. Peran Guru, lingkungan dan pola pembelajaran yang diterapkan sangat
berpengaruh dalam proses pengembangan kecerdasan jamak yang dimiliki oleh
peserta didik
Dengan demikian identifikasi kecerdasan jamak dapat dilakukan dengan
menggunakan penilaian portofolio. Walaupun tidak secara utuh dapat terditeksi
oleh penilaian portofolio. Walaupun begitu semua itu dapat dijadikan acuan
dasar dalam penentuan langkah berikutnya, guna mengoptimalkan potensi anak
sampai kepad tiitk optimal. Sehingga tercipta kualitas SDM bangsa Indonesia
yang mumpuni.
B. Saran
Berangkat dari
hasil penelitian sebagaimana dipaparkan
di atas, peneliti ingin menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut:
1.
Untuk
Orangtua agar menjadikan lembaga TK
sebagai wahana yang dapat mengembangkan potensi anak. Sehingga pengajaran di
sekolah dengan proses pendidikan di rumah akan berjalan seiring dan sejalan.
Sehingga potensi kecerdasan anak akan mencapai titik optimal terlebih lagi anak
di usia ini adalah usia golden age
2.
Sekolah diharapkan memberikan kesempatan yang
lebih banyak kepada anak untuk bermain. Sehingga proses belajar dan pembelajaran
dapat lebih mengasyikkan. Setidaknya tidak ”tergoda” dengan standar yang
ditetapkan oleh SD. Sehingga proses pembelajaran di TK dapat terasa betul
dengan SD
Bagi penelitian
berikutnya, disarankan pula kiranya dapat mengembangkan hasil penelitian
ini dengan melakukan pengembangan metode-metode lain yang bervariasi, lebih
menarik dan menyenangkan berdasarkan penggunaan penilaian portofolio
sebagai alat identifikasi kecerdasan jamak siswa dapat lebih meningkat dari
sebelumnya.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: CV. Yrama Widya.
Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan
Penilaian Berbasis
Portofolio. Bandung: PT
Genesindo.
Darsono, Max. 2002. Belajar dan Pembelajaran. IKIP
Semarang: UNNES Press.
Demetriou, A., & Kazi, S. (2006). Kesadaran diri dalam g (dengan pengolahan efisiensi dan penalaran).
Intelijen, 34, 297-317.
Depdiknas, 2004. Praktek Belajar Pengetahuan Sosial
Berbasis Portofolio. Bandung: CV. Mini Jaya Abadi.
Dirjen Pendidikan Tinggi. Pendidikan dan Kebudayaan.
1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Tim Pelatih Proyek PGSM.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fajar, Arnie. 2004. Portofolio. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Gardner,
Howard. 1983
"Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences." New York: Basic Books.
Gardner, Howard. New York: Basic Books. 1993 "Multiple Intelligences: The Theory Dalam
Practice."
Gardner, Howard. New York: Basic Books. 1999 "Intelligence Reframed: Multiple
Intelligences for the 21st Century."
Gardner,
Howard, dan Seana Moran.
2006. Ilmu teori Multiple
Intelligences: Tanggapan terhadap Lynn Waterhouse. Psikolog pendidikan, Volume 41,
Gardner, H. 2004 Mengubah pikiran: Seni dan ilmu kita sendiri
dan mengubah pikiran orang lain. Boston: Harvard Business
School Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar