Imam achmad
Lahir di Semarang, 19 Januari 1929. Sekolah HIS Semarang, SMP Semarang/Kendal.
Proklamasi kemerdekaan ikut AMRI ( Angkatan Muda R.I), terlibat pertempuran 5
hari yang penuh dendam, tahanan Jepang Sakura (sipil) dibantai habis dipenjara
bulu mungkin karena Jepang tidak mau memberi senjata kepada pemuda, Jepang di
Semarang itu batalyon tempur bukan batalyon teritorial (KIDO BUTAI). Akibat
batalyon tersebut mengamuk, diselokan sekitar tugu muda penuh dengan mayat
polisi, istimewa kita ada yang tanpa kepala, semuanya terikat tangannya,
mengerikan, setelah pertempuran selesai, serombongan pemuda (dari daerah
Poncol) keluar dari penjara Bulu dengan sempoyongan dan berbau karena ditahan
Jepang 3 hari tanpa diberimakan minum, untung Inggris segera mendarat di Semarang,kalau
tidak para pemuda itu mati kelaparan dan kehausan. Di daerah Semarang akibatnya
sulit mendapatkan senjata. Setelah Semarang diduduki Inggris yang diboncengi
NICA perlawanan mundur keluar kota, saya kebarat dan bergabung dengan pesindo
pembelaan dan ditempatkan di front Semarang Barat, kemudian ada bentukan TP
Batalyon 200 Semarang, saya karena dinilai sudah berpengalaman dalam perjuangan
dipilih menjadi anggota. TP batalyon 200 seksi kendali ditempatkan di front
Semarang Tenggara (Mranggen). Doorstoot Belandabatalyon 200 mundur ke Solo dan
sebagian anggota dikirim ke Madiun untuk menjadi TGP (Tentara Geni Pelajar)
termasuk saya, tetapi saya memilih pulang kedaerah Kendal, kebetulan di daerah
Kendal ada pasukan kyai Birru yang mempunyai persenjataan cukup lengkap
mempunyai mitraliur “water mantel”,
banyak pemuda pelajar Kendal yang bergabung, ada koman dan seksinya mahasiswa
kedokteran. Pasukan ini di bawah pimpinan bupati Kendal Soekarmo. Menurut teman
yang pernah membaca “memoir” seorang tentara Belanda pasukan tersebut masuk
dalam daftar yang ditakuti Belanda. Tapi
sayang bupati tersebut terbujuk oleh Amir Syarifuddin menjadi anggota FDR,
nyaris beliau mati di brondong peluru tentara dan senjata pasukan Birru di
rampas TNI. Terjadi gencatan senjata lagi, saya melanjutkan sekolah SMA di
Magelang. Belanda menyerang lagi secara besar-besaran menerjunkan pasukan
paying di Maguwo, saya kembali ke front Kendal bergabung dengan TNI di staf
territorial Kendal (KDM Kendal) kalau sekarang KODIM, kabupaten Kendal itu
terdiri dari 5 kawedanan, 4 kawedanandipimpinolehpelajarsebagaiperwira
territorial (PTKW), KDM dipimpinolehkapten TNI taktis di bawah batalyon pamuju,
resimen “kuda putih” pimpinan Achmad Yani. Penyerahan kedaulatan para pelajar
di demobilisasi dan dikembalikan lagi untuk belajar, saya memilih di SMA B1
karena untuk pelajar-pejuang dinamakan SMA peralihan dan digabung dengan
sekolah belanda (VHO) semarang, sebagian gurunya masih belanda, padahal kita
kebanyakan tidak fasih bahasa belanda. Akhirnya saya bisa lulus dan melanjutkan
ke Jogjakarta mendaftar UGM jurusan teknik sipil, tetapi drop out karena tidak
lulus dalam pelajaran ilmu pasti dan ilmu alam. Menjadi mahasiswa UGM ini saya
kadang membuat karikatur untuk majalah mahasiswa “GAMA” inilah permulaan saya
menjadi karikaturis. Karena merasa tidak mampu menjadi insinyur sipil saya
kemudian mendaftar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI). Oleh direkturnya
dijanjikan tahun berikutnya akan dibuka jurusan arsitektur, tetapi sampai saat
ini ASRI Jogjakarta tidak ada jurusan arsitektur, UGM malah sekarang ini sudah
ada jurusan arsitektur.
Di Jogjakarta bekas pelajar pejuang
diurus oleh KUDP (kantor urusan demobilisasi pelajar) dan kantor urusan veteran
jogjakarta saya digolongkan sebagai veteran golongan A. Tetapi waktu sudomo
berkuasa disuruh mendaftar ulang tetapi saya tidak berminat lagi mendaftar
kemana saya tidak tahu. Tidak apalah saya selama belajar tidak dipungut bayaran
malahan mendapat uang saku cukup untuk hidup sebulan. Tetapi setelah lulus saya
harus mau menjadi pegawai negeri, maka setelah lulus ASRI saya menjadi guru
setingkat SMA. Kebetulan teman saya selagi di ASRI bernama ALI BASAM (pelukis
terkenal) yang kemudian menjadi direktur ASRI yang menjadi guru di taman siswa,
akan keluar karena kesibukannya, meminta saya untuk menggantikannya maka
akhirnya saya menjadi guru negeri diperbantukan di taman siswa, malahan saya
diminta menjadi ketua bagian organisasi ibu pawiyatan. Di kemudian hari timbul
perpecahan antara golongan “kiri melawan golongan nasional dan PSI”. Di bawah
ki mohamad tauchid (terkenal PSI). Keluarga nyi hajar berpihak kepada ki
mohamad tauchid meskipun putra bungsu beliau ada yang menjadi wartawan HARIAN
RAKYAT. Karena solider dengan kawan-kawan golongan kiri, saya mengundurkan diri
dari taman siswa meskipun saya dipertahanka supaya jangan mengundurkan diri.
Selama di taman siswa saya sudah sering mengirim karikatur ke Harian Rakyat,
saya pada permulaan 1965 pindah ke Jakarta, kebetulan pada waktu itu Harian
Rakyat membutuhkan karikaturis maka saya diterima sebagai wartawan yang
ditugasi mengurus karikatur. Pecah G30 S saya ditangkap lebih kurang satu tahun
saya disekap dan satu tahun lagi menjadi tahanan kota. Masalahnya kemudian
bagaimana saya bisa menghidupi keluarga. Untunglah ada beberapa teman zaman
perjuangan yang membantu, kemudian saya bekerja di suatu Biro arsitek dan
belajarlah saya menggambar bangunan. Jadilah saya arsitek “freelance” yang
kemudian diakui dan diterima menjadi anggota IAIC (ikatan arsitek indonesia) lumayanlah
hidup saya. Tetapi sekarang karena usia makin lanjut menjadi semakin loyo, daya
ingat juga sudah makin berkurang, mata pun mulai rabun karena katarak, jadilah
saya pengangguran, tetapi atas izin Allah SWT masih mampu menyelesaikan buku
ini meskipun di sana-sini saya merasa masih kurang jelas tetapi saya berdo’a
mudah-mudahan bisa jadi bekal generasi muda untuk memperjuangkan keadilan dan
kemakmuran di negeri Indonesia tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar