Rabu, 05 Februari 2014

RESUME HOW TO REDUCE WORKPLACE CONFLICT AND STRESS

BAB I :
KEBIASAAN DIRI MENAKLUKAN DIRI SENDIRI DAN ORANG2 YANG BRILIAN : AKAN TERTIPU OLEH PESONA KEHINAAN
            Orang bodoh manapun dapat membuat sesuatu menjadi lebih besar, lebih kompleks, dan kejam. Hanya dengan sedikit sentuhan kejeniusan, dan keberanian yg besar, untuk masuk kearah yang berlawanan.
Albert Einstain 
            Guna berkembangnya ruang kerja, sangatlah penting untuk dapat mengerti dasar2 yang mendasari permusuhan dan mengambil langkah2 untuk mengembalikan kondisi ruang kerja yang lebih baik. Menciptakan suasana yang penuh apresiasi dan tulus, dimana karyawan dan manajemen bekerja dengan kesehatan & produktifitas yang optimal, diperlukan komitmen dan kemampuan.
Permusuhan sedang meningkat
Masyarakat kita tidak pernah mengklasifikasi tingkatan permusuhan yang ada. Namun, kita dapat menilai meningkatnya hal2 yang negative dan kesalahan di dalam budaya kita dengan melihat data2 statistik yang ada. Meskipun lingkungan kerja dibatasi dari perubahan2 yang ada di masyarakat, namun tidak menutup kemungkinan juga akan mempengaruhi tingkat permusuhan yang terjadi.
Sifat Cepat Marah dan Permusuhan di Lingkunga Kerja
Sebuah studi pd tgl 22 April 1996, U.S News & World Report mengatakan bahwa 88 persen dari warga Amerika merasa kurangnya rasa hormat di lingkungan pekerjaan adalah  masalah yang serius dan semakin parah. Ketidak sopanan di lingkungan kerja tidak hanya di Amerika saja. Studi yang dilakukan di UK & Kanada pun menunjukkan hal yg sama.
Ketidak sopanan di lingkungan kerja lebih halus dibandingkan dengan kekerasan di lingkungan kerja, dan sering juga disebut dengan “kekerasan emosional,” “sikap tidak hormat,” konflik kepribadian,” “menggertak,” dan  “kekasaran.”
Ketidak sopanan dilingkungan kerja meliputi tingkah laku seperti;  komentar yang merendahkan diri orang lain, keputusan menolak tanpa memberikan alasan, menggangu jalannya rapat, menegur di depan umum, membicarakan orang lain dibelakang, mendiamkan orang lain, acuh terhadap orang lain, komentar kasar, tidak memberikan pujian, pandangan kotor, menghina orang lain, dan berteriak.
Pemimpin bukan berarti dibebaskan untuk melakukan ketidak sopanan. Sebuah studi yang di kutip dari Journal of Occupational Health Psychology,  sepertiga dari tingkah laku di lingkungan kerja dilakukan oleh supervisor – yang kemudian disebut oleh para konsultan sebagai “pariah lingkungan kerja”.
Stress, Ketidaksopanan, Sifat Cepat Marah, dan Tindakan Kasar
Jed Diamond, pengarang “Irritable Men’s Syndrome”,  mengumpulkan beberapa data dengan mengirimkan survey ke Website Men’s Health dimana 6000 pria, berusia antara 10 sampai 75 tahun mengirimkan responnya. Hasilnya menyebutka bahwa berapa banyak pria “sering” atau “hampir selalu” merasa murung, negative, dan putus asa (51 persen); merasa sarkastis (54 persen); merasa lelah (43 persen); ingin keluar dari ini semua (62 persen); memiliki rasa takut akan kegagalan (55 persen); menjadi tidak sabar (57 persen); atau mengalami masalah tidur (51 persen).
Ada waktu Sebentar? (Got a minute?)
Ketika tingkat stress yang meningkat di kombinasikan dengan tekanan waktu yang menuntut seseorang,  maka seseorang  akan mencapai batas ketenangan dan tingkah laku yang sopan.
                                                         

Costs of Incivility (Harga dari Ketidaksopanan)
Ketika ketidaksopanan dan tindakan kasar  di lingkungan kerja lebih ditoleransi ketimbang di selesaikan, maka hal ini akan memberikan gambaran bahwa masalahnya akan semakin serius dikemudian harinya.
Studi yang di lakukan di Universitas North Carolina, karyawan yang dipaksa bekerja disuasana yang negative dilaporkan bahwa ; mereka kurang produktif ketika sedang menggerutu (50 persen); berhenti melakukan pekerjaannya (20 persen); kurang komitmen (37 persen); berfikir untuk berhenti (46 persen); atau berhenti bekerja (12 persen).
Ketika tingkat ketidaksopanan meningkat, maka tingkat stress pun akan ikut meningkat juga. Penyakit yang biasanya menyertai stress meliputi radang sendi, masalah punggung,  bronchitis kronis,  bisul perut,  penyakit jantung, asma, dan Migrain.  Tidak mengherankan kalau tingkat ketidak hadiran, keterlambatan, izin karena sakit, dan klaim kesehatan meningkat.
Predictable, pervasive errors (Kesalahan yang dapat di prediksi)
            Konflik yang destruktif dapat memutuskan hubungan persahabatan yg sudah terjalin lama,  melunturkan kerjasama yang brilian, dan perpisahan orang2 baik. Dalam kenyataan, kebanyakan konflik merupakan hasil dari kesalahan yg sebenarnya dapat diprediksi dan  dibuat oleh orang2 yang teliti.
Ketika konflik itu tidak terselesaikan dan konflik semakin panas serta sangat mengganggu situasi pekerjaan, biasanya pemimpin akan meminta bantuan dengan rasa segan.
Don’t just resolve destructive conflict – eliminate it! (Jangan hanya memecahkan konflik yg mengganggu – hilangkan!)
Apakah mungkin membantu orang2 untuk menghindari pemicu dari sifat cepat marah dan kecurigaan. Akankah orang2 tertarik untuk mempelajari bagaimana caranya menghindari ketegangan dan kesalahan? Adakah cara untuk mentransfer  wawasan selama  masa ketenangan?
Duped by the dazzle of contempt (Tertipu oleh Pancaran Rasa Tdk Suka)
            Sebenarnya tingkah laku yang membawa kita kepada masalah tidaklah sulit untuk diketahui  karena hal tersebut ada di mana-mana. Ketika konflik meluas, kebanyakan orang sangat sibuk memperhatikan tingkah laku orang lain sehingga mereka lupa dgn tingkah laku mereka sendiri.
            Namun, sekali anda sadar akan harga dari rasa tidak suka maka anda akan saagat ingin segera untuk keluar dari konflik tersebut.
Blame and turf wars are not human nature (Kesalahan dan Perang Taruhan bukanlah sifat dasar manusia)
Trench-validity and stickiness (Trench-validity dan  kelengketan)
            Anda boleh percaya bahwa memang memungkinkan bagi manusia untuk belajar cara2 baru dalam bertingkah laku – namun apakah manusia menjaga apa2 yg telah mereka dapatkan?
Frustration and “heart hassles” (Frustasi dan Pertentangan bathin)
            Frustrasi dapat disebabkan oleh drama yang menyertai deadline proyek atau begitu kerasnya kegiatan sehari-hari. Frustrasi bersifat  konstan, kecuali kita sudah pada titik puncaknya, residu dari gangguannya  bertambah dan memuncak.
            Timbulnya frustrasi tidaklah terpisah dan tersendiri. Ketika orang tdk menangani keadaan yang memburuk dengan baik, mereka tidak hanya akan mengahadapi situasi yang lebih sulit, namun juga merusak hubungan yang mereka miliki,  network personal dan professional mereka menjadi terurai.
Three cultures at work: Hostile, helpless, and hearty appreciation. (Tiga Budaya di Lingkungan kerja: Sikap bermusuhan, Tanpa Pengharapan, dan Apresiasi yg Tulus).
Respon pertama dari frustasi bersifat refleksif, berkobar-kobar, dan selalu mencari orang lain untuk dijadikan sebagai sumber dari permasalahan.
            Reaksi kedua adalah kritik diri yang bersifat kasar, dan biasanya mulai mendominasi pemikiran pada saat respon adrenalin memudar.
            Respon ketiga adalah reaksi reflektif, dan ketika masalah timbul, pola pemikiran ini hanya berfokus pada hal-hal yang sama.
BAB II :
KEMARAHAN MEMBUAT ANDA  BODOH, KESEPIAN DAN DEPRESI :  SI KEMBAR YANG TIDAK BAGUS ; MENYALAHKAN ORANG LAIN, MENYALAHKAN DIRI SENDIRI.

Otak yang sehat berfungsi untuk menjalankan instruksi-instruksi anda – andalah komposernya, otak adalah alat anda.
--Deepak Chopra, M.D., Peace is the Way

Saya frustrasi dan ini salah anda!
        Menyalahkan orang lain ketika anda mengalami frustrasi sama saja memberikan perintah kepada otak anda untuk mencari kebodohan pada orang lain! Anda beranggapan bahwa orang lainlah yang menyebabkan anda frustrasi.
Ketika sedang mencari kesalahan, fikiran kita hanya akan fokus pada “siapa”, bukan “Kenapa”.
Hitler dan sifat refleksif, respon irasional terhadap frustrasi.
      Dalam paragrap ini membahas tentang keyakinan Hitler terhadap apa yang menimpa bangsa Jerman pada saat itu. Ia mengatakan bahwa masalah bangsa Jerman dalam pembangunan, agama katolik, Gipsi, homoseksual, dan orang Yahudi merupakan kegagalam dalam masyarakat.


Pemikiran yang menghasut dan menguasai
       Menyalahkan orang lain akan suatu masalah menunjukkan bahwa seseorang sedang frustrasi. Orang yang menggunakan pemikiran menghasut terlalu melebih-lebihkan arti dari suatu kondisi yang tidak enak.
Contoh pemikiran yang sifatnya menghasut: Saya tidak tahu lagi! Kenapa tempat kopi ini selalu kosong?! Dan Dia sengaja mengacuhkan saya – hanya sekedar untuk membuat saya terlihat jelek!
Rasa Tidak suka dapat mencemarkan karyawan dan klien
       Ketika konflik terjadi antara pimpinan, bukan hanya hubungan mereka sendiri yang dirusak, namun juga dapat membuat seluruh organisasi dan pelanggan berada dalam keadaan trauma. Seorang karyawan melihat ketidak percayaan seorang supervisor sebagai bentuk kesetiaan, bukan sebuah kebencian. Mereka ingin boss mereka lebih sadar akan segala ancaman yang mungkin terjadi.
      Jika siapapun di dalam sebuah team berani merubah pola yang ada dan membuat pernyatan positif terhadap kelompok lain, maka team mereka akan segera dapat menyimpulkan tingkah laku pihak lain sebagai suatu bentuk manipulasi.
Setelah diperlakukan dengan tidak menyenangkan, 60 persen pelanggan akan menarik bisnis mereka ke tempat lain.
       Sikap karyawan dalam melayani pelanggan juga ditentukan oleh norma dalam menangani konflik dan frustrasi internal. Pelanggan mempunyai lebih banyak pilihan dibandingkan dengan seorang karyawan, dan mereka tidak mungkin bisa mentoleransi pelayanan yang tidak menyenangkan.



Target dan kambing hitam yang dapat diprediksi di lingkungan kerja
       Ketika pola fikir mencari kesalahan dan rasa tidak suka telah menguasai sebuah organisasi, tidak seorangpun yang akan selamat. Setiap individu dan seluruh kelompok menjadi target dengan alasan apapun yang masuk akal.
Kemarahan adalah sebuah perasaan; permusuhan adalah sebuah sikap
       Semakin kita mengedepankan rasa marah dalam menyikapi saat-saat frustrasi, maka kita sama seperti mengembangkan sikap permusuhan dan kebencian. Semakin sering kita melakukan hal ini, maka sikap ini akan menjadi sesuatu yang otomatis dan terjadi di luar kesadaran kita.
Kemarahan yang merusak, permusuhan, dan penyakit jantung
       Kemarahan adalah sikap yang sering diambil oleh banyak orang. Menyalahkan orang lain sepertinya merupakan salah satu tindakan dari proses pemecahan masalah. Namun, salah satu dampak dari sikap ini adalah resiko penyakit jantung.
       Ketika anda marah, tubuh akan dengan cepat menambah jumlah energi yang tersedia melalui peningkatan hormon, tekanan darah, dan denyut nadi. Cortisol, salah satu hormon yang dikeluarkan pada saat kemarahan yang memuncak, merupakan zat kimia yang sifatnya mengganggu, karena dapat merusak sel-sel yang menghubungkan ke jantung, dan membuat tambah sulit bagi tubuh untuk menjadi tenang.
Sistem pertahanan anda pun mengeluarkan zat kimia yang mengentalkan darah pada saat anda secara fisik mengalami luka.
Pada saat detak jantung mencapai 100 kali per menit, kita tidak lagi mendengar
       Dr. John Gottman, seorang peneliti dan ahli psikologi, mengatakan bahwa ketika detak jantung kita mencapai di atas 100 kali per menit maka anda tidak dapat lagi mendengar apa yang orang lain katakan, meskipun anda berusaha untuk mendengarkannya.

Kemarahan membuat anda bodoh
      Kapasitas intelegensi berkurang pada saat kita frustrasi, kegelisahan atau kekacauan dalam diri terjadi. Kondisi kejiwaan seperti ini menyebabkan ketidaklogisan dalam apa yang ada di dalam hati, mengurangi efisiensi syaraf. Ini merupakan salah satu alasan mengapa orang-orang pintar melakukan hal-hal yang bodoh. Doc Childre dan Bruce Cryer                                                                  From Chaos to Coherence
Apakah berteriak efektif?
       Ketika kita berteriak, orang lain pasti akan memberikan respon terhadap kemarahan kita. Dan kemampuan mereka dalam mengatasi masalah akan berkurang karena teriakan kita. Mereka akan fokus pada dua reaksi; 1) menyelamatkan muka mereka, 2) berusaha untuk seri.
Supir yang lupa dan respon refleksif
       Ketika anda terlambat untuk sebuah janji yang sangat penting dengan pelanggan anda dan kegelisahan anda memuncak ketika anda terkena lampu merah. Di sebuah lampu merah, anda merasa kesal karena pengendara didepan anda sibuk melihat ke arah kursi belakang mobilnya. Ketika lampu berubah hijau, ia tidak sadar dan bahkan turun dari mobil untuk membuka pintu belakang mobilnya guna memeriksa barang yang ia cari. Anda langsung memencet klakson sekeras-kerasnya. Hati anda bertambah kesal karena di sebelah kanan ada mobil truk yang parkir sembarangan. Anda kemudian membuka kaca jendela mobil anda dan mulai berteriak kepada simpengendara yang di depan tadi. Namun dia sepertinya cuk saja dan dalam waktu satu atau dua menit ia kembali ke kursi depan dan mulai melaju mobilnya.
       Dalam kondisi itu, sudah pasti anda akan memberikan respon yang sifatnya menghasut diri anda. Apakah anda beranggapan orang tersebut idiot, terlalu bodoh sehingga tidak sadar kalau lampu lalu lintas sudah hijau, atau yang lainya. Jika kita menganalisa semua pernyataan-pernyataan yang kita ucapkan tadi, anda akan sadar bahwa semuanya merupaka asumsi kita terhadap orang tersebut. Dalam pemikiran yang sifatnya menghasut, kita melebih-lebihkan kepentingan dan kehebatan tingkah laku orang lain dan kita mengasumsikan bahwa sifat tersebut permanen. Ini merupakan salah satu alasan utama mengapa menyalahkan tidak akan pernah menyelesaikan masalah karena hanya akan fokus kepada orangnya, yang sudah pasti tidak dapat dirubah, bukan fokus kepaa permasalahannya. Sehingga, kita merasa putus asa dalam mencari solusinya,
Saya frustrasi dan ini salah saya!
       Terkadang pada saat kita merasa frustrasi, jika tidak menyalahkan orang lain, maka kita mencoba untuk menyalahkan diri kita sendiri. Reaksi ini kurang terlihat. Kebanyakan orang menyalahkan orang lain dan jarang yang menyalahkan diri sendiri. Namun, depresi muncul dari pola pikir yang sama seperti permusuhan terhadap orang lain – hanya saja arah dari panah “menyalahkan” menuju ke dalam.
Depresi, pekerjaan, dan kesehatan
       Seperti permusuhan, depresi juga mempunya dampak negatif terhadap kesehatan dan produktifitas. Depresi dianggap sebagai faktor resiko yang besar bagi penyakit jantung baik pria maupun wanita. Bahkan studi terakhri menyebutkan bahwa depresi juga merupakan faktor utama bagi kanker.
      Tubuh kita memproduksi kurang lebih 200 sel yang tidak sempurna setiap harinya. Sel-sel ini tidak memmiliki dua karakter. Mereka tidak mempunyai identitas, sehingga mereka menjadi bagian dari otak, tulang, dan yang lainnya, dan mereka juga tidak memiliki tutup yang berbunyi, “Stop bereproduksi, anda sudah lengkap.” Karena kekurangan inilah, sel-sel yang tidak sempurna ini   
Si Kembar yang Tidak Bagus: Menyalahkan orang lain dan menyalahkan diri sendiri
     Dua hal ini dianggap sama/ kembar karena kedua-duanya mempunyai DNA yang sama, atau pola pikir yang yang sama. Kenapa kedua-duanya disebut tidak bagus, karena kedua-duanya dapat merusak hubungan, kesehatan, momentum, dan mood kita, dan kedua-duanya 100 persen sangat tidak efektif di dalam menyelesaikan masalah.
      Menyalahkan orang lain hanya berakhir pada kemarahan dan energi permusuhan. Menyalahkan diri sendiri hanya berakhir pada kehilangan energi/daya, atau depresi.
Permusuhan dan rasa takut akan ketidak bergunaan
       Apa yang menyebabkan permusuhan? Meskipun banyak faktor yang berperan, Dr. William menyimpulkan bahwa sifat sinis, atau ketidak percayaan terhadap orang lain merupakan pemicu timbulnya permusuhan.

       Kekasaran dan ketidak sopanan mempunyai dampak yang merusak dalam pekerjaan dan masyarakat karena dianggap sebagai serangan terhadap identitas seseorang, konsep diri, atau status. Sehingga, orang tersebut menjadi marah dan keinginan untuk balas dendam yang sifatnya tidak proporsional terhadap tingkah laku yang menjadi penyebabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar