Rabu, 05 Februari 2014

pendidikan indonesia menuju kawasan ekonomi bebas tahun 2015

Pendidikan merupakan proses yang dialami manusia sepanjang kehidupannya. Pendidikan telah berjalan sejak manusia dilahirkan, yang biasa dikenal dengan pendidikan informal. Pendidikan informal sering dikaitkan dengan pendidikan di dalam keluarga, walaupun pendidikan ini  bisa melalui media, teman dan lingkungan pada umumnya. Selain pendidikan informal dikenal juga pendidikan formal atau pendidikan yang biasa dilaksanakan di lembaga pendidikan tertentu, atau an biasa kita kenal pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Selain itu kita mengenal  pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang lebih banyak dilaksanakan di masyarakat.
Ke tiga jalur pendidikan ini mengisyaratkan begitu luasnya arti pendidikan, namun orang banyak beranggapan bahwa scope pendidikan hanya terbatas pada pendidikan formal. Hal ini bisa dimengerti karena melalui jalur inilah seseorang diperkenalkan  baca tulis hitung ( calistung ). Melalui pendidikan formal ini diharapkan semua lapisan masyarakat, terutama anak usia sekolah tidak ada lagi yang buta aksara. Tetapi kenyataannya, masih ada anak anak maupun oang dewasa yang masih buta aksara di masyarakat kita.
UNESCO pada konferensinya di Dakar, dimana Indonesia salah satu penandatangan hasil konferensi tersebut, telah menyepakati pendidikan untuk semua ( Education for All ). Program pendidikan untuk semua difokuskan pada enam thema yang harus dituntaskan oleh Negara Negara penandatangan konferensi tersebut. Ke enam thema tersebut ialah : a) pendidikan untuk anak usia dini khususnya bagi anak yang rentan dan kurang beruntung agar ditingkatkan; b) Terkait dengan program gender, dipastikan bahwa di tahun 2015 semua anak khususnya permpuan , anak yang beraa dalam keadaan sulit terutama yang berasal dari etnis minoritas harus diselesaikan oleh Negara, dan Negara menyelesaukan wajib belajar ( WAJAR ) yang bebas biaya dan bermutu; c) Semua pemuda dan orang dewasa dipenuhi kebutuhan belajarnyamelalui progam keterampilan hidup dan pembelajaran yang tepat; d) Setiap Negara hendaknya memastikan bahwa di tahun 2015, paling tidak 50 persen khususnya pendidikan keaksaraan bagi orang dewasa pada kesetaraan gender( perempuan ),terutama pada pendidikan dasar dan menengah;e) Menghapus disparitas gender pada pendidikan dasar dan menengah di tahun 2005; f ) Meningkatkan semua aspek mutu pendidikan sehingga terukur , khususnya keaksaraan bilangan( angka) dan keterampilan / kecakapan hidup.
Dengan disepakatinya pendidikan untuk semua( PUS ), termasuk Indonesia, rasanya tidak ada alas an lagi bagi pemerintah untk tidak melaksanakan kesepakatan tersebut.
Mengacu pada  thema Education for All, dapat dipastikan bahwa salah satu hak anakialah hak mengembangkan diri yang diatur dalam Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia, terutama hak mengembankan diri (Right to Self Development) pasal 11 – 16 UU No. 39 th 1999. Dari pasal-pasal tersebut yang terkait dengan pendidikan adalah pasal 12 yang menyebutkan setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggungjawab, berakhalk mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia, juga pasal 13 lebih menekankan pengembangan diri melalui IPTEK yang menyebutkan “setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya sesuai dengan martabat manusia demi kesejahteraan pribadinya, bangsa dan umat manusia.
Bagaimana nasib seorang anak yang pada dasarnya mereka masih polos seolah kertas putih yang bersih. Mereka tidak mengerti apa yang harus dikerjakan, bagaimana menyalurkan minat dan hobi serta potensi dirinya. Padahal pada intinya manusia/anak, Tuhan Yang Maha Esa telah membekali manusia dengan sel saraf yang jumlahnya sekitar 1-2 milyar dan neuron tersebut akan berkembang dengan baik dan akan mendekati kesempurnaan bila direspon dengan berbagai kegiatan melalui komunikasi / bahasa serta suritauladan dari orang tuanya/orang dewasa.
Menurut penelitian justru pada masa perkembangan awal anak dendrif (merupakan cabang) dari neuron yang terstimulus akan berkembang dan bercabang begitu banyak dikala usia 0 – 3 tahun. Sementara banyak anak di masyarakat kita terlantarkan perkembangan denderitnya  karena ketidak tahuan orang tua atau lembaga pendidikan anak usia dini yang tidak dapat diikuti oleh setiap anak dikarenakan biaya yang tidak terjangkau. Mengingat pentingnya perkembangan anak terutama potensi , UU HAM th 1999 pasal 60 ayat (1) Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan  pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya. Ayat (2) Setiap anak berhak mencari, menerima dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Kalau kita tinjau dan telaah secara cermat berapa besar nikmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya terutama salahsatu kelebihan manusia yang tidak ternilai ialah otak. Otak yang secara garis besar terdiri dari 3 bagian mempunyai peran yang berbeda walau terletak di satu tempat yaitu tengkorak manusia. Ketiga bagian itu ialah:
-       Batang otak/medula oblongata (brain steem)
Bagian otak ini mengatur gerak refleksi fisiologi tumbuh seperti pernafasan, kerja jantung, dan peredaran darah. Bagian ini bekerja tanpa komando kita. Betapa reportnya manusia apabila ia harus mengatur pernafasan, kerja jantung dan peredaran darah.
-       Otak kecil (cerebrum)
Bagian otak ini berperan untuk pengaturan keseimbangan dan pusat koordinasi otak. Melalui otak kecil inilah, kita sebagai manusia mempunyai keseimbangan antara tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kaki kiri dan pasangan pancaindera lainnya.
-       Otak besar    
Bagian otak ini merupakan yang paling besar dari bagian otak, namun bagian yang paling penting yaitu konteks dimana terdapat beberapa lapis sel teratas yang merupakan kendali utama dari perilaku keacerdasan yaitu untuk fungsi: kecerdasan, kesadaran, ingatan/asosiasi, pandangan dan kemamuan. Dalam fungsi otak besar dibagi dalam 2 bagian yaitu: otak kiri dan otak kanan.
Otak kiri
Meliputi kecerdasan linguistic, logis matematik dan naturalistic.
Kecerdasasan linguistic adalah kemampuan membaca, menulis, dan berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa. Penulis, jurnalis, penyair, orator dan pelawak adalah contoh nyata orang yang memiliki kecerdasan linguistic.
Kecerdasan Logis matamatic adalah kemampuan berpikir (menalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis. Ini adalah jenis-jenis keterampilan yang  sangat dikembangkan pada diri para ilmuwan, ekonom, akuntan, detektif. Contohnya Albert Einstein, Joh Dewey.
Kecerdasan Naturalistic adalah kemampuan mengenal flora dan fauna, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan  kemampuan ini  secara produktif misalnya untuk berburu, bertani serta para peneliti biologi. Contohnya: Charles Darwin, Lamark, Francisco Redi. 
Otak kanan     
Meliputi kecerdasan Visual-spasial,musical, kinestik-tubuh, kecerdasan interpersonal dan intrapersonal.
Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Membayangkan berbagai hal ada mata pikiran. Ini terdapat pada arsitek, seniman, pemahat, pelaut, fotografer. Contohnya: Picasso, Columbus.
Kecerdasan kinestik tubuh adalah kemampuan menggunakan tubuh secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan produk baru atau mengemukakan gagasaan dan emosi. Kemampuan ini jelas untuk mengejar prestasi atletik, seni seperti menari dan acting. Contoh: Michael Jorda, Rudolf Nureyev, Charlie Chaplin.
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan bekerja secara efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan memperlihatkan empati dan pengertian,memperhatikan motivasi dan tujuan mereka. Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki oleh para guru yang baik, fasilitator, politisi pemuka agama. Contohnya: Mahatma Gandhi, Ir. Soekarno, Ronald Reagen.
Kecerdasan Intrapersonal adalh kemampuan menganalisa diri dan merenngkan diri, mampu merenung dalam kesunyai dan menilai prestasi seseorang, meninajau perilaku seseorang dan perasaan-perasaan terdalamnya, membuat rencana dan tujuan yang hendak dicapai serta mengenal benar dirinya sendiri. Kemampuan ini didadapatkan pada para filosof, penyuluh dan pembimbing. Contohnya: Freud, Roosevelt, Plato.

Suatu pekerjaan rumah bangsa ini, yang harus dilaksanakan ialah apakah orangtua dan sekolah mampu mengembangkan ke depan kedelapan kecerdasan dimana saraf neuronnya yaitu otak besar yang terbagi menjadi belahan otak kanan dan otak kiri telah ada pada setiap anak bangsa ini. Tentunya stimulus, baik bersumber dari lingkungan keluarga maupun sarana dan prasarana yang ada di sekolah sangat berpengaruh pada peningkatan  kemampuan, potensi dan keceredasan anak. Apakah pemerintah sudah konsisten menyiapkan anggaran pendidikan sebesar 20% dan APBN? Terutama dengan otonomi daerah, apakah semua daerah konsisten dengan alokasi dana untuk pendidikan yang telah disetujui DPR? Ternyata masih banyak daerah yang berbuat banyak untuk pendidikan di daerahnya, walau ada beberapa daerah yang mulai sadar bahwa pendidikan itu sangat penting  karena melalui pendidikan akan meningkatkan  Sumber Daya Manusia sehingga mereka mengalokasikan dana 20% atau mendekati 20%.
Memang factor social ekonomi orang tua / masyarakat sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Indonesia Negara yang memiliki Human Development Indeks yang termasuk rendah, sehingga tingkat pencapaian pendidikan  siswa di Indonesia terbilang rendah.
Hasil The Programme for International Student Assessment atau PISA, yang menilai kesiapan siswa berusian lima belas tahun untuk mengaplikasikan pengetahuan dan life skills yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari, menempatkan capaian siswa Indonesia di lapisan bawah di semua bidang studi (membaca, matematika, dan sains). Tidak sekedar member peringkat, penyelenggaraan PISA sebenarnya ditujukan untuk memberi informasi berharga bagi para pengambil kebijakan pendidikan di berbagai Negara termasuk Indonesia guna menentukan langkah strategis yang tepat bagi pemenuhan hak anak akan pendidikan bermutu.
Salah satu penelitian penting yang memanfaatkan kekayaan data PISA dilakukan J Douglas Willms (2006) dari UNESCO Institute for Statistics. Selain menggunakan data PISA 2000 dan 2002 dengan menfokuskan pada kemampuan membaca, Willms juga menggunakan data tahun 2001 dari The Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yang bertujuan menilai kemampuan membaca siswa kelas IV SD. Willms menelaah kontribusi factor social ekonomi – baik kondisi social ekonomi siswa, sekolah, maupun Negara – terhadap kemampuan membaca. Ia menggunakan salah satu metode statistic paling mutakhir saat ini, Hierarchial Linear Modeling (HLM), yang amat tepat digunakan pada data bertingkat (multi-level data).
Dengan HLM, kontribusi kondisi social ekonomi sekolah maupun Negara terhadap prestasi belajar siswa, di luar kondisi social ekonomi siswa, dapat dijelaskan. Kondisi ekonomi siswa, antara lain, meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, struktur keluarga, dan ketersediaan fasilitas pendidikan di rumah, termasuk buku-buku computer. Kondisi social ekonomi sekolah diukur oleh kualitas infrastruktur sekolah, seperti ketersediaan alat-alat penunjang proses pembelajaran, kondisi gedung sekolah, kualifikasi guru, ketersediaan computer, dan perangkat lunak penunjang proses pembelajaran, rasio guru dan murid, waktu yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca, disiplin, dan rasa aman di sekolah, serta dukungan orang tua terhadap sekolah.
Hasil penelitian itu menegaskan kembali fakta, factor social ekonomi amat dominan dalam menentukan keberhasilan siswa, meski bukan satu-satunya. Secara umum, kemampuan membaca siswa di Negara-negara yang tergabung dalam The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), yang berpendapatan tinggi lebih baik ketimbang di Negara-negara non-OECD, yang mayoritas berpendapatan rendah, kecuali Singapura dan Hongkong. Ditunjukkan pula, kesenjangan prestasi siswa dari keluarga berpenghasilan tinggi di Negara-negara berpenghasilan rendah masih tertinggal disbanding siswa dari keluarga berpenghasilan tinggi yang tinggal di Negara-negara makmur.
Kondisi social ekonomi sekolah juga berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam membaca, di luar kontribusi factor social ekonomi siswa. Secara umum, siswa akan memiliki peluang lebih besar untuk berprestasi bila sekolah mereka memiliki kondisi social ekonomni lebih baik. Sebaliknya, mereka cenderung berprestasi lebih rendah dari yang semestinya, bila sekolah memiliki kondisi social ekonomi lebih lemah. Dalam hal ini, kelompok yang paling dirugikan adalah siswa dari keluarga berpenghasilan rendahyang belajar di sekolah-sekolah yang memprihatinkan. Orangtua mereka tidak memiliki kemampuan ekonomi memadai untuk mengompensasi rendahnya mutu pendidikan yang diterima anak-anak mereka di sekolah.jadi siapkah kita menuju Kawasan bebas di tahun 2015 ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar