Bahasa sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah
Oleh :Dirgantara wicaksono
Latar
Belakang
Manusia memiliki akal yang digunakan untuk
berpikir. Berpikir dimaksudkan untuk mengetahui segala sesuatu, memecahkan
masalah atau mencari kebenaran. Dalam proses berpikir, terjadi pengorganisasian
dari pengalaman-pengalaman secara empiris atau eksperimen sehingga tercapailah
suatu pengetahuan.
Dalam melakukan proses berpikir, manusia
membutuhkan sarana untuk berpikir. Sarana pada dasarnya adalah sesuatu yang
digunakan sebagai alat. Hal tersebut termasuk ke dalam ciri manusia yang
disebut homo faber, yaitu mahluk yang dapat menciptakan alat.
Pada dasarnya sarana ilmiah merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah. Melalui sarana berpikir ini, manusia dapat melakukan
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Adapun sarana dalam proses
berpikir yaitu: bahasa, logika, matematika, dan statistika. Masing-masing
sarana ini memiliki fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah secara
menyeluruh.
Bahasa sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah
memegang peran yang penting mengingat bahasa merupakan alat komunikasi manusia
dalam peranannya sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lain.
Sebagai peranannya sebagai sarana berpikir, bahasa digunakan dalam proses
berpikir itu sendiri dan untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang didapat
kepada pihak lain.
HAKIKAT BAHASA
Bahasa memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Keunikan
manusia bukan pada kemampuannya berpikir tetapi pada kemampuannya berbahasa.
Ernst Cassier (jujun: 2003) menyebutkan bahwa manusia adalah animal symbolicum
yaitu mahluk yang mengunakan simbol. Simbol-simbol ini merupakan hasil
trasformasi dari objek-objek yang faktual. Simbol-simbol inilah yang
memungkinkan manusia untuk berpikir.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian bahasa
antara lain:
- Sistem
lambang bunyi berartikulasi ( yang dihasilkan alat ucap) yang dipakai
untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
- perkataan-perkataan
yang dipakai suatu bangsa
- Percakapan
( perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik)
Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah serangkaian bunyi yang bermakna. Dalam
hal ini, bunyi yang dimaksud adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia yang kemudian dirangkai untuk menjadi simbol hasil transformasi dari
objek yang faktual.
Menurut Jujun, Bahasa memungkinkan manusia untuk berpikir secara abstrak
dimana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol yang
bersifat abstrak.
Perbendaharaan kata atau simbol abstrak dari suatu objek faktual merupakan
hasil kesepakatan masyarakat pemakai bahasa. Misalnya masyarakat pengguna
bahasa Indonesia sepakat bahwa tempat tinggal seseorang disimbolkan rumah. Sedangkan Masyarakat pengguna
bahasa inggris sepakat untuk objek yang sama menyebutnya dengan simbol house.
Transformasi obyek faktual menjadi simbol abstrak terwujud dalam bentuk
perbendaharaan kata yang dirangkai dan diatur oleh tata bahasa tertentu yang
kemudian digunakan untuk mengemukakan jalan pikiran atau ekspresi perasaan.
Mengemukakan jalan pikiran merupakan aspek informatif dari bahasa sedangkan
mengungkapan perasaan merupakan aspek emotif dari bahasa. Menurut Kneller
(Jujun:2003) mengungkapkan bahwa bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai
fungsi simbolik, emotif, dan afektif. Fungsi simbolik menonjol dalam komunikasi
ilmiah sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
Bahasa memungkinkan manusia memikirkan sesuatu meskipun objek tersebut
tidak berada didekat kita. Misalnya, pada saat istirahat makan siang, seorang
karyawan memikirkan laporan yang akan disampaikan pada atasannya. Hal ini
membuat bahasa memungkinkan manusia untuk memikirkan suatu masalah terus
menerus. Jujun menyatakan bahwa melalui bahasa manusia hidup di dunia nyata
yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan
bahasa.
Perbendaharaan kata yang dimiliki seorang manusia merupakan hasil akumulasi dari pengalaman dan pemikiran manusia
itu sendiri. Dengan Perbendaharaan kata yang dimiliki, manusia dapat
mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikiran mereka. Sejalan dengan
semakin maju dan berkembangnya manusia , maka semakin berkembang pulalah
bahasa. Bahkan, di setiap komunitas tertentu banyak yang memiliki kosakata yang
khas dalam bidang masing-masing , misalnya kosakata yang dimiliki oleh para
dokter, para guru, atau bahkan profesi copet. Manusia selalu mencoba memberi simbol pada semua
gejala fisik yang dialami.
HAKIKAT BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI
ILMIAH
Sebagai mahluk sosial manusia harus dapat
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Komunikasi berarti upaya untuk
membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya
agar diketahui atau dipahami oleh orang lain. Proses komunikasi dikatakan
efektif jika pesan atau informasi yang akan disampaikan oleh seorang
komunikator sama dengan yang didapatkan oleh komunikan. Syarat utama bahasa
digunakan sebagai sarana komunikasi ilmiah adalah Komunikatif.
Komunikasi terbagi menjadi komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi
verbal yaitu komunikasi melalui bahasa. Sedangkan komunikasi nonverbal melalui
isyarat (gestur), gerak-gerik, suatu barang atau hal yang lainnya. Dalam
komunikasi ilmiah yang digunakan tentu komunikasi verbal. Komunikasi verbal
yaitu komunikasi yang mengunakan bahasa sebagai hasil transformasi dari objek
yang bersifat faktual menjadi simbol yang abstrak. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan manusia mampu memikirkan sesuatu.
Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berbentuk
pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi ilmiah adalah bahwa
bahasa harus terhindar dari unsur-unsur emotif. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi adanya salah informasi atau informasi yang didapat tidak sesuai dengan
informasi yang ingin disampaikan. Bahasa dalam komunikasi ilmiah bersifat
reproduktif artnya apa yang disampaikan oleh komunikator maka itu pula yang
didapatkan oleh komunikan. Oleh karena itu bahasa dalam komunikasi ilmiah harus jelas dan objektif.
Komunikasi ilmiah menuntut kemampuan berbahasa dengan jelas. Hal ini
berarti kata-kata yang digunakan harus diungkapkan secara eksplisit untuk
mencegah kasalahpahaman makna. Oleh karena itulah dalam komunikasi ilmiah
sering ditemukan definisi dari kata-kata yang dipergunakan. Hal ini dilakukan
agar komunikan tidak memberi arti atau definisi yang berbeda dari makna yang
dimaksudkan komunikator. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menghasilkan
proses berpikir yang berbeda pula.
Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk
melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik,
maka akan sulit bagi ilmuan untuk dapat mengkomunikasikan gagasan kepada pihak
lain. Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang
mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pikiran dalam
mendapatkan pengetahuan itu. Agar dapat mengemukakan informasi dan jalan
pikirannya, seorang ilmuwan dituntut mampu menguasaai pengunaan ejaan dan tanda
baca yang benar serta mampu membuat kalimat-kalimat yang efektif.
Melalui bahasa sebagai alat
komunikasi ilmuwan bukan hanya menyampaikan informasi, gagasan, atau
pengetahuan saja tetapi juga harus menyertakan argumentasi yang menuntut
kejelasan kosakata dan logika tata bahasa. Charlton laird dalam Jujun mengatakan
bahwa tata bahasa merupakan alat dalam
mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan
emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu. Hal ini berarti penguasaan
tata bahasa yang baik harus dimiliki
dalam komunikasi ilmiah.
Karya ilmiah yang berbentuk tulisan harus menggunakan ragan bahasa formal
yang memenuhi kaidah tata bahasa baku. Hal ini untuk menghindari ketaksaan/keambiguan
makna. Masalah ilmiah biasanya
menyangkut hal yang bersifat abstrak atau konseptual yang sulit dicari
analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan berbahasa
penulisnya agar gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahpahaman
makna.
Seorang ilmuwan sangat dituntut untuk menguasai bahasa sebagai sarana
berpikir ilmiah. Hal ini diperlihatkan dengan kemampuannya menyampaikan
gagasan, konsep atau informasi melalui tata bahasa yang baik dan kosakata yang
tepat. Dalam menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah harus
dihindari kecenderungan yang bersifat emosional. Selain itu, seorang ilmuwan juga harus
memperhatikan format-format penulisan karya ilmiah seperti penulisan catatan
kaki atau daftar pustaka. Bila semua telah dikuasai, maka seorang ilmuwan akan
mampu untuk berkomunikasi dengan baik.
KEKURANGAN BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ILMIAH
Ada beberapa gejala yang dalam keadaan tertentu menjadi kekurangan bahasa sebagai sarana
komunikasi. Pertama, bahasa memiliki multifungsi yaitu emotif,
afektif, dan simbolik. Dalam
komunikasi ilmiah tentu saja hanya fungsi simbolik yang dibutuhkan dari bahasa
karena bahasa ilmiah harus bersifat objektif dan reproduktif.
Kekurangan yang kedua terjadi ketika penulis akan memberi definisi atau
batasan dari sebuah kata/simbol tertentu. Hal ini terjadi karena batasan arti
sebuah kata/simbol tersebut tidak jelas dan tidak pasti. Misalnya saat kita
berusaha memberi arti dari istilah motivasi,
sulit sekali untuk memberi gambaran, batasan atau arti yang jelas tentang kata
tersebut. Hal ini terlihat dengan banyak
sumber ahli yang memberikan definisi motivasi
dengan redaksi yang berbeda.
Kekurangan ketiga adalah dalam kondisi tertentu bahasa bersifat majemuk
(pluralistik). Hal ini terlihat dengan adanya kata yang memiliki lebih dari
satu arti. Misalnya kata bisa melambangkan dua konsep yang berbeda dalam kalimat ” Bisa ular itu bisa mematikan”. Kata
bisa
yang pertama menyimbolkan racun, sedangkan bisa yang kedua
menyimbolkan mampu/dapat. Selain itu, dalam kondisi tertentu ada pula satu
konsep yang dapat disimbolkan oleh beberapa kata yang berbeda. Misalnya konsep
untuk sesuatu yang tidak memiliki tanda kehidupan bisa disimbolkan oleh mati,
tewas, wafat, mampus, gugur, dan lain-lain. Sifat kemajemukan bahasa
ini sering menyebabkan kekacauan semantik. Kekacauan akan terjadi jika dua
pihak yang berkomunikasi memiliki konsep makna yang berbeda untuk simbol/kata
yang sama atau mereka menggunakan sebuah kata yang berbeda untuk konsep yang
sama.
Kelemahan lain dari bahasa yaitu dalam kondisi tertentu bahasa bersifat
berputar-putar(sirkular) dalam menggunakan kata-kata terutama dalam pemberian
definisi dari suatu kata. Kata data misalnya, diartikan sebagai
bahan yang diolah menjadi informasi, dan kata informasi
diartikan sebagai keterangan yang didapat dari data. Hal ini tentu dapat menimbulkan kebingungan
atau ketidakjelasan.
Beberapa kelemahan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah ini menjadi
bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para filsafat modern. Kekacauan dalam
filsafat menurut Wittgetstein dalam Jujun mengatakan bahwa kebanyakan dari
pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka menguasai
logika berbahasa.
Kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya dalam beberapa hal akan diefisienkan melalui sarana berpikir ilmiah yang lain
yaitu matematika. Melalui matematika, sifat kabur, majemuk, dan emosional dari
bahasa dapat dikurangi.Dalam matematika dibuat lambang-lambang secara
artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk
masalah yang sedang dikaji. Jujun menyebutkan bahwa matematika adalah bahasa
yang melambangkan makna dari pernyataan yang ingin disampaikan
KESIMPULAN
Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai
alat komunikasi verbal dan sebagai sarana berpikir. Sebagai sarana berpikir
ilmiah, bahasa juga memegang perangan yang tak kalah pentingnya. Melalui bahasa
manusia mampu memberikan simbol terhadap suatu objek faktual tertentu. Hal ini
memungkinkan manusia memikirkan suatu objek meski objek tersebut tak berada di dekatnya.
Sebagai sarana komunikasi ilmiah, bahasa memungkinkan seseorang untuk berpikir
dan harus mampu menyampaikan hasil pemikirannya tersebut kepada pihak lain.
Seorang ilmuwan yang baik dituntut untuk dapat menguasai tata bahasa dan
kosakata yang baik dan benar agar dapat memikirkan sesuatu dengan sistematis
dan teratur. Selain itu, seorang ilmuwan harus mampu menyampaikan gagasan atau
pikirannya itu kepada pihak lain dengan tidak terjadi kesalahpahaman. Bahasa
sebagai sarana komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, apa yang ingin disampaikan komunikator sama dengan
yang didapatkan oleh komunikan. Hal ini berarti bahasa yang digunakan sebagai
sarana komunikasi yaitu harus komunikatif.
Dalam kondisi atau keadaan tertentu bahasa memiliki beberapa gejala yang
dapat menjadi kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah seperti
emosional, kabur, majemuk, dan sirkular(
berputar-putar). Kekurangan ini dalam keadaan tertentu dapat diefisienkan
melalui sarana berpikir yang lain yaitu matematika.