HUBUNGAN
ANTARA PENGELOLAAN SEKOLAH, IKLIM SEKOLAH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH DENGAN EFEKTIVITAS SEKOLAH
DI PROVINSI
JAWA TIMUR
Oleh : Sediono Abdullah
Editing :
Dirgantara Wicaksono
Abstract: The objective of this research is to get
information on the relationships among school management, school climate, and
community participation in improving educational quality toward school
effectiveness at schools which received Piloting School Based Management
Program.The research was conducted at the schools in Probolinggo district, East
Java Province with n = 100, selected randomly.The research concludes that there
is positive correlation between: (1) school management and school
effectiveness; (2) school climate and school effectiveness; (3) community
participation in improving educational quality and school effectiveness.
Furthermore, there is positive correlation between those three independent
variables with school effectiveness.Therefore school effectiveness could be
improved by enhancing school management, school climate and community
participation in improving educational quality.
Keywords: school
management, school climate, community participation, school effectiveness
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan sekolah yang efektif merupakan
tanggungjawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat
sebagai amanat desentralisasi pendidikan. Tujuan penyelenggaraan desentralisasi
pendidikan tersebut adalah agar Pemerintah Daerah mampu meningkatkan azas
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah. Dengan kebijakan ini, memunculkan bentuk
pengelolaan sekolah yang berbasis pada keunggulan lokal dan kekhususan
karakteristik sekolah yang disebut dengan manajemen berbasis sekolah (School
Based Management) dan pendidikan yang
berbasis masyarakat (Community Based
Education). Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) serta perintisan sekolah yang berbasis masyarakat serta sekolah
yang berbasis keunggulan lokal
menuntut perubahan dalam
kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
mengelola sumberdaya pendidikan di daerah masing-masing. Kepala Sekolah
harus mampu meningkatkan mutu pendidikan melalui berbagai pendekatan yang berbasis kepada
masyarakat (community based education)
dan kebutuhan sekolah (School based
management).
Perubahan sistem sentralisasi ke
desentralisasi memberikan lebih banyak wewenang kepada
Kepala Sekolah dan
masyarakat untuk mengembangkan
pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah dalam mengelola
sumber dayanya sendiri. Kenyataan menunjukkan bahwa
perjalanan menuju sukses MBS ini tidaklah mudah, ada sekolah
yang berhasil menerapkan sistem
ini, namun masih ada sebagian juga yang
belum berhasil. Ciri sekolah yang
berhasil menerapkan MBS adalah sekolah yang memiliki Kepala Sekolah, guru, dan masyarakat yang dapat bekerjasama secara aktif untuk mengembangkan sekolahnya
melalui tiga pilar: pengelolaan sekolah secara mandiri, Pembelajaran yang
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), dan peranserta masyarakat
dalam meningkatkan mutu sekolah. Di sinilah
peran Kepala Sekolah dituntut
adanya seni memimpin suatu sekolah sehingga terjadi kesamaan visi, misi, dan rencana pengembangan sekolah serta program-program yang sinergis antara warga sekolah
(Kepala Sekolah, guru, tenaga tata usaha dan siswa), dengan
orang tua siswa serta masyarakat.
Dari latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan masalahnya, sebagai berikut: (1) Apakah terdapat hubungan positif
antara pengelolaan sekolah dengan
efektivitas sekolah? (2) Apakah terdapat
hubungan positif antara iklim sekolah dengan
efektivitas sekolah? (3) Apakah
terdapat hubungan positif antara partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu
sekolah dengan efektivitas sekolah? (4)
Apakah terdapat hubungan positif secara bersama-sama antara
pengelolaan sekolah, iklim sekolah, dan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah dengan efektivitas
sekolah?
Efektivitas Sekolah. Efektivitas sekolah
merupakan suatu ukuran yang dapat
mengukur seberapa jauh sasaran (baik kuantitas, kualitas, maupun waktu) telah
tercapai. Makin besar persentase sasaran atau target yang dicapai, makin tinggi
tingkat efektivitasnya. Berdasarkan penelitian di beberapa sekolah, Birmingham (1997)
menyebutkan terdapat tujuh proses
yang mempengaruhi hampir
semua aktivitas dalam kehidupan
sekolah: (1) praktek mengajar dan belajar, (2) latihan kepemimpinan, (3) praktek manajemen dan organisasi, (4) praktek dalam review kolektif, (5) penciptaan lingkungan yang cocok untuk belajar, (6) promosi
dari pengembangan staf, dan (7)
mendorong keterlibatan masyarakat dan orang tua. Sekolah yang efektif pada
pendidikan dasar mempunyai
ciri sebagai berikut: (1) Kepemimpinan
yang bertujuan, (2)
keterlibatan wakil kepala sekolah, (3)
keterlibatan guru, (4) konsistensi
diantara guru, (5) pelajaran yang terstruktur, (6) intelektual yang menantang, (7) lingkungan yang berpusat pada pekerjaan, (8) fokus terbatas
dalam sesi, (9) komunikasi yang maksimum antara
guru dan siswa, (10) keterlibatan orang tua, (11) catatan yang teratur,
(12) iklim yang positif. (Paine, et al :
1992).
Terdapat 8 faktor yang mempengaruhi efektivitas
sekolah yang disebut juga
sebagai faktor organisasi yaitu: (1)
kurikulum yang terfokus pada
kepemimpinan sekolah, (2) iklim
yang mendukung di lingkungan sekolah,
(3) menekankan pada kurikulum dan pembelajaran, (4) mempunyai
tujuan yang jelas dan harapan yang tinggi pada siswa, (5) mempunyai sistem monitoring terhadap kinerja dan prestasi, (6) berjalannya pengembangan staf,
(7) keterlibatan orang tua dan (8) dukungan dari luar (Schmoker:2006).
Selanjutnya dijelaskan kunci untuk mengembangkan sekolah
secara berkelanjutan adalah
sebagai berikut: (1) bekerja dalam tim,
(2) mencapai tujuan, (3) pencatatan data, (4) hasil yang
cepat, (5) penelitian, (6) mendefinisikan ulang hasil, (7) kesempatan untuk melaksanakan
tindakan diantara daerah
subjek. Berdasarkan berbagai
konsep dan teori di atas, dapat dirumuskan sintesis efektivitas sekolah sebagai
berikut: Efektivitas sekolah adalah keberhasilan pencapaian sasaran mutu
sekolah dengan mendayagunakan sumberdaya
pendidikan untuk pelaksanaan proses pendidikan, program sekolah dan pencapaian
hasil serta tujuan pendidikan di sekolah.
Pengelolaan Sekolah. Menurut Schmoker bahwa proses pengelolaan sekolah meliputi: (1) perencanaan
dan analisis lingkungan sekolah, (2)
perumusan strategi, (3) implementasi strategi, (4)
evaluasi dan pengendalian. Proses
pengelolaan sekolah merupakan hasil dari interaksi keempat elemen yaitu pengamatan dan analisis lingkungan sekolah
untuk menyusun perencanaan dan kebijakan sekolah, perumusan strategi,
implementasi strategi dan evaluasi serta pengendalian. Kepala Sekolah
bersama guru dan masyarakat/komite sekolah
mengamati lingkungan eksternal
untuk melihat kesempatan dan ancaman dan mengamati lingkungan internal untuk
melihat kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor
yang paling penting untuk masa depan organisasi sekolah disebut faktor-faktor strategis yang diringkas dengan
S.W.O.T., yaitu kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses),
kesempatan (Opportunities), dan ancaman (Threats). Berdasarkan berbagai konsep dan teori di atas, dapat
dirumuskan sintesis pengelolaan sekolah, sebagai berikut: Pengelolaan sekolah
adalah sekumpulan keputusan dan tindakan
yang menghasilkan perumusan
(formulasi) dan pelaksanaan
(implementasi) kebijakan dan program sekolah secara bersama-sama untuk mencapai
sasaran mutu sekolah yang komprehensif.
Iklim Sekolah. Menurut Newell (1978) dikatakan bahwa Iklim organisasi
menunjuk pada konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan gaya hidup suatu
organisasi. Berdasarkan definisi ini
iklim suatu organisasi mencakup lingkungan manusia
di mana pegawai dalam suatu organisasi melakukan pekerjaan. Owens (1987) menjelaskan lebih lanjut
tentang iklim organisasi “is the study of perceptions that individuals
have of various aspects of the environment in the organization” berdasarkan
defenisi di atas iklim organisasi dinyatakan sebagai persepsi yang dimiliki individu tentang aspek
lingkungan dalam suatu organisasi. Menurut
Owens iklim sekolah dapat digambarkan sebagai suatu sistem sosial, yang
dinyatakan sebagai ”the characteristics
of the total environments in school building”. Suatu sistem sekolah terdiri dari subsistem-subsistem yang saling
berinteraksi, dan saling bergantungan satu dengan yang lain untuk mencapai
suatu tujuan. Owens lebih lanjut menyatakan empat dimensi yang terkait dengan
iklim sekolah sebagai suatu unit organisasi yaitu: (1) ekologi, (2) meliu, (3)
sistem sosial dan (4) kebudayaan. Keempat dimensi ini saling berhubungan secara
dinamik. Berdasarkan berbagai uraian konsep organisasi dan teori iklim sekolah
di atas, dapat dirumuskan sintesis iklim sekolah sebagai berikut: iklim sekolah
adalah kondisi dinamis yang mencerminkan karakteristik lingkungan sekolah
secara total termasuk penilaian warga
sekolah dan hubungan interaksi anggota dalam organisasi sekolah yang terdiri dari dimensi
lingkungan fisik dan lingkungan sosial organisasi.
Partisipasi Masyarakat dalam meningkatkan Mutu Sekolah. Sekolah dalam rintisan program MBS diharapkan dapat
berhubungan dengan keluarga dan
masyarakat untuk mendukung perkembangan dan pencapaian keberhasilan belajar siswa.
Peran masyarakat dalam rintisan manajemen berbasis sekolah diharapkan
masyarakat dapat membantu meningkatkan mutu sekolah dengan tetap menyekolahkan
anaknya, membiayai keperluan sekolah anaknya, serta bantuan lain yang
diperlukan (Hammond:1997,120). Peran
serta masyarakat inipun diatur dalam Peraturan Pemerintah N0. 39 tahun 1992. Pada pasal 3 berbunyi
peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat dalam
pendidikan nasional. Adapun Jenis
partisipasi masyarakat dapat diuraikan dalam tujuh komponen yaitu: (1) menggunakan jasa pelayanan yang tersedia; (2) peran serta dengan memberikan kontribusi
dana, bahan dan tenaga; (3) peran
serta dalam bentuk keikutsertaan, yang
berarti menerima secara pasif apa yang telah diputuskan oleh pihak lain; (4) peran serta melalui
konsultasi mengenai hal-hal tertentu;
(5) keterlibatan dalam memberikan pelayanan
tertentu; (6) keterlibatan dalam
pelaksana kegiatan yang telah
didelegasikan; (7) peran serta yang sebenarnya dalam pengambilan keputusan pada berbagai
jenjang (Sediono, et al). Berdasarkan berbagai konsep dan teori di atas, dapat
dirumuskan sintesis partisipasi masyarakat sebagai berikut: partisipasi
masyarakat adalah kepedulian masyarakat
yang diwujudkan dalam bentuk kemitraan, penyediaan tenaga, uang dan alat serta bahan, konsultasi dan pelayanan masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah.
METODE
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei dengan pendekatan korelasional. Penelitian ini dilaksanakan pada semua sekolah yang mendapat treatmen
rintisan program manajemen berbasis sekolah di
Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur mulai bulan Agustus sampai Desember 2008. Adapun sampel sebanyak 100
kepala sekolah yang dipilih secara acak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan banyaknya variabel
dan mengacu pada masalah penelitian, maka deskripsi data dapat dikelompokkan
menjadi empat bagian, yaitu: efektivitas sekolah (Y), pengelolaan sekolah (X1),
iklim sekolah (X2), dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah(X3). Data hasil penelitian
dideskripsikan pada tabel 1.
Tabel 1
Rangkuman Angka Statistik Data
Penelitian
Variabel |
Skor Maks.
|
Skor Min.
|
Rata2 |
Median |
Modus |
SD |
Y
X1
X2
X3
|
214
169
156
115
|
120
102
102
235
|
174,54
137,02
129,19
177,75
|
174
137
130,5
181
|
170
127
134
142
|
17,47
13,85
12,37
29,53
|
Pengujian Persyaratan Analisis
Hasil uji normalitas dan
homogenitas data disajikan pada tabel 2 dan 3 sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil Pengujian Normalitas
No
|
Galat Taksiran Regresi
|
L-hitung
|
L-tabel
|
Kesimpulan
|
1
|
X1
|
0,0697 ns
|
0,0886
|
Normal
|
2
|
X2
|
0,0764 ns
|
0,0886
|
Normal
|
3
|
X3
|
0,0880 ns
|
0,0886
|
Normal
|
Keterangan :
ns : not signifikan
n :
100, α = 0,05.
Hasil pengujian normalitas di atas menunjukkan
bahwa Lhit < Ltab. Hal tersebut berarti bahwa pada a = 0,05 data penelitian berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dilakukan
dengan menggunakan uji Barlett. Pengujian dengan teknik ini dilakukan dengan cara
membandingkan harga c²hit dengan harga c²tab. Jika harga c²hit < c²tab, maka varians kedua variabel adalah
homogen, dan sebaliknya bila c²hit > c²tab, maka varians kedua variabel tidak homogen.
Hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas varians skor Y ditinjau dari skor
variabel bebas tertera pada tabel 3.
Tabel 3
Hasil Pengujian Homogenitas
Varians Kelompok skor Y ditinjau dari Skor Xi
No
|
Varians Kelompok Skor Y
ditinjau dari Xi
|
c²hit
|
c²tab
|
Kesimpulan
|
1
|
Y atas X1
|
36,85
|
40,1
|
Homogen
|
2
|
Y atas X2
|
21,82
|
35,17
|
Homogen
|
3
|
Y atas X3
|
24,06
|
37,65
|
Homogen
|
Keterangan : n = 100, a = 0,05
Berdasarkan tabel di atas
dapat disimpulkan bahwa pada a = 0,05, varians kelompok skor variabel terikat
terhadap skor variabel bebas bersifat homogen.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis pertama penelitian
ini adalah, terdapat hubungan positif
antara pengelolaan sekolah dengan efektivitas sekolah. Pengujian
hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan
hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi antara pengelolaan sekolah (X1)
dengan efektivitas sekolah(Y), ry1 = 0,76. Angka ini mengisyaratkan
bahwa hubungan antara pengelolaan sekolah dengan efektivitas sekolah adalah
positif. Uji keberartian koefisien korelasi antara pengelolaan sekolah (X1)
dengan efektivitas sekolah dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil
perhitungan pengujian keberartian koefisien korelasi tersebut tertera pada
tabel 4.
Tabel 4
Hasil Pengujian Keberartian Korelasi antara X1
dengan Y
n |
ry1
|
thit
|
ttab α = 0,05
|
ttab α = 0,01
|
100
|
0,76
|
11,54 **
|
1,66
|
2,36
|
Keterangan :
ry1 = koefisien antara X1 dengan Y
** = koefisien korelasi sangat
signifikan (thit = 11,54 > ttab = 2,36 pada α = 0,01)
Berdasarkan pengujian tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengelolaan sekolah
dengan efektivitas sekolah. Dari koefisien korelasi tersebut dapat dihitung
pula koefisien determinasinya (r2y1) yaitu 0,762
= 0,58. Hal ini berarti bahwa 58% dari
efektivitas sekolah (Y) dapat dijelaskan oleh pengelolaan sekolah (X1).
Untuk menjelaskan hubungan
antara pengelolaan sekolah dengan efektivitas sekolah, jika variabel iklim
sekolah dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah dikontrol,
dilakukan analisis koefisien korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial yang
diperoleh antara Y dengan X1, dimana X2 dan X3
dikontrol (ry1.23) = 0,325. Uji keberartian koefisien korelasi
parsial antara X1 dengan Y, dengan pengontrolan terhadap variabel X2
dan X3 dilakukan dengan uji-t. Hasil uji keberartian korelasi
parsial tertera pada tabel 5.
Tabel 5
Hasil Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi
Parsial
antara X1 dengan Y
Koefisien Korelasi parsial |
rhit
|
thit
|
ttab
α = 0,05
|
ttab
α = 0,01
|
ry1.2
|
0,444
|
4,94 **
|
1,66
|
2,36
|
ry1.3
|
0,584
|
7,13 **
|
1,66
|
2,36
|
ry1.23
|
0,325
|
3,40 **
|
1,66
|
2,36
|
Keterangan :
** = koefisien korelasi parsial
sangat signifikan (thit = 3,40 > ttab = 2,36 pada α = 0,01)
Interpretasi dari hasil analisis ini adalah, jika variabel iklim sekolah (X2) dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah (X3) dikontrol, ternyata variabel pengelolaan sekolah (X1) mempunyai hubungan positif dan berarti dengan efektivitas sekolah (Y).
Hipotesis kedua penelitian ini
adalah terdapat hubungan yang positif antara iklim sekolah dengan efektivitas
sekolah. Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh koefisien korelasi antara iklim sekolah (X2)
dengan efektivitas sekolah (Y), ry2 = 0,72. Uji keberartian
koefisien korelasi antara iklim sekolah (X2) dengan efektivitas
sekolah (Y) dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil perhitungan uji
keberartian koefisien korelasi tersebut tertera pada tabel 6.
Tabel 6
Hasil Perhitungan Keberartian Korelasi antara X2
dengan Y
n
|
ry2
|
thit
|
ttabα = 0,05
|
ttabα = 0,01
|
100
|
0,72
|
10,3 **
|
1,66
|
2,36
|
Keterangan :
ry2 : koefisien korelasi antara X2 dengan Y
** : koefisien korelasi sangat signifikan (thit
= 10,3 > ttab =
2,36 pada α = 0,01)
Berdasarkan data pada tabel 6,
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara
iklim sekolah dengan efektivitas sekolah. Dari koefisien korelasi tersebut dapat dihitung
pula koefisien determinasinya (r2y2) sebesar 0,722
= 0,52. Hal ini berarti bahwa 52% dari efektivitas sekolah (Y) dapat dijelaskan
oleh iklim sekolah (X2). Untuk menjelaskan hubungan antara iklim
sekolah dengan efektivitas sekolah, jika variabel pengelolaan sekolah dikontrol, dilakukan analisis korelasi
parsial. Koefisien korelasi parsial yang diperoleh antara Y dengan X2,
dimana X1 dan X3 dikontrol (ry2.13) = 0,296.
Uji keberartian koefisien korelasi parsial antara X2 dengan Y,
dengan pengontrolan terhadap variabel X1 dan X3 dilakukan
dengan uji-t. Hasil uji keberartian korelasi parsial tertera pada tabel 7.
Tabel 7
Hasil Pengujian Keberartian
Koefisien Korelasi Parsial antara X2 dengan Y
Koefisien Korelasi parsial
|
thit
|
thit
|
ttab
α = 0,05
|
ttab
α = 0,01
|
ry2.1
|
0,300
|
3,11 **
|
1,66
|
2,36
|
ry2.3
|
0,572
|
6,91 **
|
1,66
|
2,36
|
ry2.13
|
0,296
|
3,08 **
|
1,66
|
2,36
|
Keterangan :
** : koefisien korelasi parsial sangat
signifikan (thit = 3,08 >
ttab = 2,36 pada α = 0,01)
Interpretasi dari hasil
analisis di atas adalah, jika variabel pengelolaan sekolah (X1) dan partisipasi
masyarakat (X3) dikontrol, ternyata variabel iklim sekolah (X2)
mempunyai hubungan positif dengan efektivitas sekolah (Y).
Hipotesis ketiga penelitian
ini adalah terdapat hubungan yang positif antara partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan mutu sekolah dengan efektivitas sekolah. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi Pearson
Product Moment. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi
antara partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah (X3)
dengan efektivitas sekolah (Y), ry3 = 0,63. Uji keberartian
koefisien korelasi antara partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu
sekolah (X3) dengan efektivitas sekolah (Y) dilakukan dengan
menggunakan uji-t. Hasil perhitungan uji keberartian koefisien korelasi
tersebut tertera pada tabel 8.
Tabel 8
Hasil Perhitungan Keberartian Korelasi antara X3
dengan Y
n
|
ry3
|
thit
|
ttab α = 0,05
|
ttabα = 0,01
|
100
|
0,63
|
7,96 **
|
1,66
|
2,36
|
Keterangan :
ry3 : koefisien korelasi antara X3 dengan
Y
** : koefisien korelasi sangat signifikan (thit
= 7,96 > ttab = 2,36
pada α = 0,01)
Berdasarkan data pada tabel 8,
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah dengan efektivitas sekolah. Dari koefisien korelasi tersebut dapat dihitung
pula koefisien determinasinya (ry3)2 sebesar 0,632
= 0,39. Hal ini berarti bahwa 39% dari efektivitas sekolah(Y) dapat dijelaskan
oleh partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah (X3).
Untuk menjelaskan hubungan antara partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
mutu sekolah dengan efektivitas sekolah, jika variabel pengelolaan sekolah dan
iklim sekolah dikontrol, dilakukan analisis korelasi parsial. Koefisien
korelasi parsial yang diperoleh antara Y dengan X3, dimana X1
dan X2 dikontrol (ry3.12) = 0,229. Uji keberartian
koefisien korelasi parsial antara X3 dengan Y, dengan pengontrolan
terhadap variabel X1 dan X2 dilakukan dengan uji-t. Hasil
uji keberartian korelasi parsial tertera pada tabel 9.
Tabel 9
Hasil Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi
Parsial antara X3 dengan Y
Koefisien Korelasi parsial
|
rhit
|
thit
|
ttab
α = 0,05
|
ttab
α = 0,01
|
ry3.1
|
0,235
|
2,39 **
|
1,66
|
2,36
|
ry3.2
|
0,386
|
4,15 **
|
1,66
|
2,36
|
ry3.12
|
0,229
|
2,34 *
|
1,66
|
2,36
|
Keterangan :
* : koefisien korelasi parsial signifikan (thit
= 2,34 > ttab =
1,66 pada α = 0,05)
Interpretasi dari hasil
analisis di atas adalah, jika variabel pengelolaan sekolah (X1) dan partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah (X3) dikontrol, ternyata
variabel iklim sekolah (X2) mempunyai hubungan positif dengan
efektivitas sekolah (Y).
Hipotesis keempat penelitian
ini adalah terdapat hubungan positif antara pengelolaan sekolah, iklim sekolah,
dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah secara bersama-sama
dengan efektivitas sekolah. pengujian hipotesis keempat dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Dari hasil
perhitungan, diperoleh koefisien korelasi antara pengelolaan sekolah (X1),
iklim sekolah (X2), dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
mutu sekolah (X3) secara bersama-sama dengan efektivitas sekolah
(Y), Ry.123 = 0,79. Uji keberartian korelasi jamak dilakukan dengan
uji F. Hasil perhitungan uji keberartian korelasi jamak tertera pada tabel 10
Tabel 10
Hasil
Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Jamak
n
|
Ry.123
|
Fhit
|
Ftab α = 0,05
|
Ftab α = 0,01
|
100
|
0,79
|
54,49 **
|
3,91
|
6,90
|
Keterangan :
Ry.123 : koefisien
antara X1, X2
dan X3 secara bersama-sama
dengan Y
** : koefisien korelasi jamak sangat
signifikan (Fhit =
54,49 > Ftab =
6,90 pada α = 0,01)
Berdasarkan hasil pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pengelolaan sekolah, iklim
sekolah, dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah secara
bersama-sama dengan efektivitas sekolah adalah positif. Berdasarkan angka
koefisien korelasi tersebut dapat dihitung pula koefisien determinasinya (Ry.123)2
sebesar 0,792= 63%. Hal ini berarti bahwa 63% dari efektivitas
sekolah(Y) dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh ketiga variabel bebas
dalam penelitian ini, yaitu pengelolaan sekolah (X1), iklim sekolah
(X2), dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah (X3).
Peringkat
hubungan antara setiap variabel bebas dengan variabel terikat dalam penelitian
ini didasarkan atas perhitungan koefisien korelasi parsial. Ringkasan hasil perhitungan tersebut disajikan pada
tabel 11 di bawah ini:
Tabel 11
Ringkasan Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Parsial
Koefisien Korelasi parsial
|
rhit
|
Peringkat
|
ry1.23
|
0,325
|
Pertama
|
ry2.13
|
0,296
|
Kedua
|
ry3.12
|
0,229
|
ketiga
|
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel bebas yang
paling kuat hubungannya secara parsial dengan variabel terikat adalah
pengelolaan sekolah (X1) sebagai peringkat pertama, diikuti oleh
iklim sekolah (X2) dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
mutu sekolah (X3), masing-masing sebagai peringkat kedua dan ketiga.
PENUTUP
Kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis data yang
dikemukakan dapat disimpulkan
sebagai berikut: Pertama:
terdapat hubungan positif antara variabel pengelolaan sekolah dengan efektivitas
sekolah. Hal ini berarti bahwa efektivitas sekolah dapat ditingkatkan dengan
pengelolaan sekolah. Pengelolaan sekolah di suatu sekolah memiliki pengaruh yang amat signifikan untuk
meningkatkan efektivitas sekolah.
Dengan kata lain semakin tinggi pengelolaan sekolah di suatu sekolah maka akan semakin tinggi pula efektivitas
sekolah. edua: terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara
iklim sekolah dengan efektivitas sekolah. Hal ini berarti bahwa efektivitas
sekolah dapat ditingkatkan dengan iklim sekolah. Iklim sekolah memiliki
pengaruh yang signifikan pula terhadap peningkatan efektivitas sekolah. Semakin baik iklim sekolah maka akan semakin baik pula
efektivitas sekolah. Ketiga: terdapat hubungan positif dan
sangat signifikan antara partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah dengan efektivitas sekolah. Hal ini
berarti bahwa efektivitas sekolah dapat dijelaskan oleh partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan mutu sekolah. Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu
sekolah memiliki pengaruh yang signifikan pula
terhadap efektivitas sekolah. Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
mutu sekolah maka akan semakin tinggi
pula efektivitas sekolah. Keempat: terdapat hubungan positif antara pengelolaan sekolah,
iklim sekolah, dan partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah secara bersama-sama dengan efektivitas sekolah. Hal
ini berarti bahwa efektivitas sekolah dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh
ketiga variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu pengelolaan sekolah, iklim
sekolah, dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah. Kesimpulan
ini artinya bahwa efektivitas sekolah mempunyai keterkaitan dengan upaya
meningkatkan pengelolaan sekolah, iklim sekolah yang kondusif dan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah.
Saran
beberapa saran yang diberikan, yaitu: 1) Sekolah
perlu meningkatkan pelaksanan manjemen sekolah yang transparan, akuntabel,
efektif, dan partisipatif dengan menumbuhkan sikap disiplin terhadap para guru,
pegawai, dan siswa di sekolah. 2) Kepala sekolah melakukan pengambilan
keputusan yang tepat dengan menciptakan iklim sekolah yang dinamis, kondusif,
menyenangkan dan mengasyikkan sesuai
dengan legitimasi yang dimiliki.3) Sekolah melakukan komunikasi yang efektif
kepada seluruh warga sekolah, untuk mendelegasikan dan mengarahkan seluruh
guru, pegawai, dan peserta didik dalam melakukan tugas masing-masing di
sekolah. 4) Sekolah perlu menjalin hubungan yang harmonis berdasarkan aspirasi
dan kebutuhan yang diharapkan masyarakatnya. 5) Dinas Pendidikan, masyarakat,
dan instansi terkait dalam penyelenggaraan pendidikan perlu lebih memperhatikan
dan membantu upaya peningkatan mutu sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Birmingham, John
West. Managing Quality in Schools: Effective
Strategies for Quality-Based School Improvement, London:
Prentice Hall, 1997.
Darling, Hammond.
The Right to Learner, San Francisco:
Jossey – Bass Publishers. 1997.
Newell, Clarence A. Human Behavior in Educational Administration, London: Prentice-Hall
International, 1978.
Owens, Robert G. Organizational Behaviour in Education, Instructional Leadership and
School Reform, 1987
Paine, et al. Total
Quality in Education, London: Ashton Scholastic, 1992.
Schmoker, Mike. School
and District Improvement, Assesment, Curriculum and Staff Development,
Education Leadership, 2006
Taylor, Frederic. Principles of Scientific Management. http://choo.fis.utoronto.ca/FIS/courses/LIS1230/LIS1230Osharma/motive7.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar