Selasa, 01 Januari 2013

Latar belakang Pendidikan

Mendidik dengan Logika, Hati dan Realitas Disaat cita-cita anak seusianya biasanya berorientasi pada dokter, pilot bahkan presiden, cowok yang lahir 13 Juni 1986 ini justru mantap mengutarakan cita-citanya sebagai pendidik.
Apa jadinya kalau rumah kita tiba-tiba disambangi Kepala Sekolah cuma gara-gara kita nggak masuk beberapa hari? Cemas, risih, sungkan? Tapi gimana kalau Kepala Sekolahnya se-asik dan se-santai seorang Dirgantara Wicaksono?
Di usianya yang beru menginjak 25 tahun ini Dirgantara telah memegang tanggung jawab besar dengan menjadi Kepala SMA Al Hikmah Islamic School, sebuah institusi pendidikan formal yang membawanya kepada penghargaan Kepala Sekolah Termuda di DKI Jakarta. Berbagai pembaruan diciptakan oleh cowok yang biasa dipanggil Bom bom ini di institusi yang dipimpinnya termasuk cara mengajar dan pendekatan personal pada anak didiknya.
Keterlibatan Bom bom dalam dunia pendidikan ternyata telah direncanakannya sejak ia masih duduk dibangku sekolah dasar. Disaat cita-cita anak seusianya biasanya berorientasi pada dokter, pilot bahkan presiden, cowok yang lahir 13 Juni 1986 ini justru mantap mengutarakan cita-citanya sebagai pendidik.
“Dulu saya pernah bilang ke kakek kalau saya ingin jadi pencetak pilot, dokter, tentara, polisi pokoknya semua cita-cita temen saya. Kakek saya lalu menjawab kalau guru-lah yang bisa mencetak itu semua” cerita lulusan jurusan ilmu sejarah Universitas Negeri Jakarta ini.
Seiring waktu cita-cita Bom bom akhirnya berkembang, saat duduk di bangku kelas 2 di SMAN 46 Jakarta bassis dari Pusher Band yang beraliran Punk Melodic ini pun “menaikan” cita-citanya menjadi seorang Kepala Sekolah. Pada September 2010 lalu, cita-citanya ini tercapai setelah ia didaulat memimpin dan memberikan “penyegaran” pada sekolah tempatnya mengajar sejak awal 2007 ini.
Banyak ide-ide segar yang terealisasikan dimasa kepemimpinan-nya yang belum setahun ini, mulai dari menghidupkan kembali ekstrakurikuler dan OSIS hingga menambahkan mata pelajaran jurnalistik sebagai mata pelajaran wajib di SMA yang terletak di kawasan PuloGadung, Jakarta ini. Tidak hanya itu, bahkan sebagai Kepala Sekolah Bom bom tidak segan-segan melakukan kunjungan ke rumah muridnya dan melakukan pendekatan personal pada mereka yang memiliki masalah.
“Awalnya sangat berat untuk menyamakan persepsi tapi inti dari semua itu adalah komunikasi, kalau kita bisa mengomunikasikannya dengan baik maka masalah bisa terselesaikan. Pendekatan personal dan pribadi juga dibutuhkan sehingga kita bisa mengetahui individu secara personal, dengan hal itu yang konservatif pun jadi bisa diluluhkan” ujar cowok yang baru aja menamatkan pendidikan jenjang pasca sarjana di Magister Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
Diskusi terbuka antara guru dan murid hingga mengajak yayasan untuk melakukan sistem keterbukaan merupakan hal lain yang dilakukannya selama memimpin sekolah tersebut. Selain keterbukaan, penggemar tokoh Ir. Soekarno ini juga menanamkan kedisiplinan dan sifat kritis bagi seluruh civitas akademika di sekolah yang dipimpinnya.
“Salah satu alasan adanya mata pelajaran Jurnalistik adalah supaya siswa bisa melatih kekritisan mereka dan bisa melihat kondisi sosial di sekitar mereka sehingga mereka bisa cerdas dan kritis terhadap kondisi. Cara belajar yang di sekolah bukan dengan cara mendikte tapi metode pengajaran yang merakyat.” ungkap penggemar warna pink ini
Jiwa kepemimpinan Bom bom ternyata telah hadir sejak ia sekolah, mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi Bom bom yang aktif dalam berbagai organisasi tak jarang menduduki posisi ketua. Baginya saat menjadi pemimpin berarti melatih dirinya untuk berguna, seorang pemimpin baginya juga sebagai pengatur regulasi sehingga tidak menjadikannya hanya sebatas “followers”. Banyak organisasi pernah diketuainya semasa kuliah, namun tidak sedikit orang menganggapnya sebagai orang yang ambisius untuk memimpin.
“Saya memang orang yang punya ambisi tapi bukan ambisius. Saya memiliki keinginan tapi untuk mencapainya akan menempuh jalan yang benar, berbeda dengan ambisius yang akan menghalalkan segala cara untuk meraihnya. Orang hidup harus memiliki ambisi tujuannya untuk melakukan pembebasan dan acuan hidupnya” ungkap cowok yang ambisi tertingginya bisa membebaskan rakyat miskin dari keterpurukan ini.
Kesehariannya disekolah yang selalu bergelut dengan anak muda ternyata tidak membuat Bom bom sepenuhnya mempunyai pandangan positif terhadap anak muda Indonesia. Baginya sekarang masih banyak anak muda Indonesia yang memikirkan diri sendiri hingga tidak sadar kalau negaranya sedang sakit. Walaupun begitu, Bom bom punya tips supaya kita nggak terjebak pada lingkaran anak muda yang apatis dan hedonis.
“kemauan kita untuk meng-up date diri dengan membaca dan mencari tahu bisa membuat kita lebih baik. Komunikasi dan membangun jaringan dalam kondisi dan di lini apapun. Nah, gimana caranya membangun komunikasi dengan baik? Bekali diri dengan membaca.” ujar pemilik account facebook Dirgantara Bombom (bom2_history@yahoo.com)
Kegiatan membaca yang disarankan oleh Bom bom ternyata nggak sembarang membaca loh! Supaya tidak salah baca dan akhirnya terjebak dalam kegiatan negatif seperti terorisme yang mulai mengincar anak muda, penulis di www.dirgantara.gudangmateri.com ini menyarankan untuk membaca sesuatu dari berbagai sumber dan mendiskusikannya dengan orang lain.
www.dirgantara.gudangmateri.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar