PENDEKATAN ILMIAH
OLEH : DIRGANTARA
WICAKSONO
A. LATAR BELAKANG
Secara alamiah manusia memiliki hasrat
ingin tahu, bertolak dari hasrat ingin tahu ini manusia berusaha mendapatkan
pengetahuan yang benar mengenai berbagai hal yang dihadapinya. Sifat ingin tahu
manusia telah dapat disaksikan sejak manusia masih kanak-kanak.
Pertanyaan-pertanyaan seperti “ini
apa?”, “itu apa?” telah keluar dari mulut kanak-kanak. Kemudian timbul
pertanyaan-pertanyaan “mengapa begini?”, “mengapa begitu?”, dan selanjutnya
berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan semacam”bagaimana hal itu terjadi?”,
“bagaimana memecahkannya”, dan sebagainya. Manusia berusaha mencari jawaban
atas berbagai pertanyaan itu atau dengan kata lain mencari pengetahuan yang
benar.
Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan
kalau dia memperoleh pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakan. Dan
pengetahuan yang diinginkannya adalah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang
benar ini dapat diperolah manusia baik melalui pendekatan non-ilmiah maupun
pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah menuntut dilakukannya
cara-cara atau langkah-langkah tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang
benar mengenai hal yang dipertanyakan. Namun masih ada dikalangan masyarakat
saat ini menggunakan pendekatan non-ilmiah untuk memperoleh kebenaran.
- PENDEKATAN NON-ILMIAH
Pendekatan non-ilmiah yang banyak
digunakan yaitu: (1) akal sehat, (2) prasangka, (3) intuisi, (4) penemuan
kebetulan dan coba-coba, (5) pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis.
1. Akal
Sehat
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun
dalam batas tertentu keduanya mengandung persamaan. Randal dan Buchler
mendefinisikan akal sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman
secara tidak sengaja yang bersifat sporadic dan kebetulan. Sedangkan
karakteistik akal sehat diberikan oleh Titus sebagai berikut: (1) karena
landasannya yang berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk
bersifat kebiasaan dan pengulangan; (2) karena landasannya yang berakar kurang
kuat maka akal sehat cenderung untuk bersifat kabur dan samar-samar; dan (3)
karena kesimpulan yang ditariknya sering berdasarkan asumsi yang tidak dikaji
lebih lanjut maka akal sehat lebih merupakan pengetahuan yang tidak teruji.
2. Prasangka
Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal yang demikian itu, menyababkan akal
sehat mudah beralih menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung
mempersempit pengamatannya karena diwarnai oleh pengamatannya itu, dan
cenderung mengkambinghitamkan orang lain atau menyokong suatu pendapat. Orang
sering cenderung melihat hubungan antar dua hal sebagai hubungan sebab akibat
yang langsung dan sederhana, padahal sesungguhnya gejala yang diamati itu
merupakan akibat dari berbagai hal. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah
pembuatan generalisasi yang terlalu luas, yang lalu merupakan prasangka.
3. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa
melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya
pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut
tanpa melalui proses berpikir yang berliku-liku. Intuisi bersifat personal dan
tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur
maka intuisi ini tidak bisa diandalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan
sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya
pernyataan yang dikemukakannya. Kegiatan intuitif dan analitik bisa bekerja
saling membantu dalam menemukan kebenaran. Bagi Maslow intuisi ini merupakan
pengalaman puncak (peak experience) sedangkan bagi Nietzsche merupakan
inteligensi yang paling tinggi.
4. Penemuan
Coba-coba atau Kebetulan
Sepanjang sejarah manusia, penemuan secara kebetulan itu
banyak terjadi, dan banyak diantaranya yang sangat berguna. Penemuan secara
kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui
langkah-langkah yang sistematik dan terkendali (terkontrol). Penemuan coba-coba
(trial and error) diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya sesuatu kondisi
tertentu atau pemecahan suatu masalah. Usaha coba-coba pada umumnya merupakan
serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan pemecahan masalah tertentu.
Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha; usaha
yang berikutnya biasanya agak lain, yaitu lebih maju, dari pada yang mendahuluinya. Penemuan secara
kebetulan pada umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol.
5. Pendapat
Otoritas Ilmiah dan Pikiran Kritis
Otoritas ilmiah adalah orang-orang biasanya telah
menempuh pendidikan formal tertinggi dalam sesuatu bidang cukup banyak.
Pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji, karena dipandang benar.
Namun pendapat otoritas ilmiah itu tidak selamanya benar. Ada kalanya, atau
bahkan sering, pendapat mereka itu ternyata tidak benar, karena pendapat
tersebut tidak didasarkan pada penelitian, melainkan hanya didasarkan atas
pemikiran logis. Kiranya jelas bahwa pendapat-pendapat sebagai hasil pemikiran
yang demikian itu akan benar kalau premis-premisnya benar.
- PENDEKATAN
ILMIAH
Di dalam pendekatan ilmiah orang
berusaha memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuan benar, yang
kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang hendak mengujinya.
Pengetahuan yang diperoleh dengan
pendekatan ilmiah diperoleh melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas
teori tertentu. Teori iti berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu
penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data empiris. Teori
itu dapat diuji (dites) dalam hal kemantapan internalnya. Artinya jika
penelitian ulang dilakukan orang lain menurut langkah-langkah yang serupa pada
kondisi yang sama akan diperoleh hasil yang konsisten, yaitu hasil yang sama
atau hamper sama dengan hasil terdahulu. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan
kesimpulan yang serupa bagi setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai
oleh keyakinan pribadi, bias dan perasaan. Cara penyimpulannya bukan subyektif,
melainkan obyektif.
Pendekatan ilmiah menuntut dilakukannya
cara-cara atau langkah-langkah tertentu dengan perurutan tertentu agar dapat
dicapai pengetahuan yang benar. Dalam pendekatan ilmiah dikenal lima langkah
yang disebut metode ilmiah, yaiu:
1. Perumusan
masalah yang merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas
batas-batasannya serta dapat diidentifikasikan factor-faktor yang terkait di
dalamnya.
2. Penyusunan
kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang
menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling
mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun
secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya
dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3. Perumusan
hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang
diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang
dikembangkan.
4. Pengajuan
hipotesis yang meripakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut ada atau tidak.
5. Penarikan
kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
diterima atau ditolak. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang
cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya
sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung
hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap
menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan
keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan
ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini
harus ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat
fakta yang menyatakan sebaliknya.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh
agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Hubungan antara langkah yang satu
dengan langkah yang lainnya tidak terikat secara statis melainkan bersifat
dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang tidak semata mengandalkan
penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas.
- KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahu tersebut manusia memperolehnya dengan
melakukan pendekatan-pendekatan baik secara non-ilmiah maupun ilmiah. Jawaban
yang ingin diperoleh itu merupakan pengetahuan yang benar yang mana untuk
memperoleh kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan itu melalui pendekatan
ilmiah yang melalui tahapan proses tertentu yaitu dengan metode ilmiah. Metode
ilmiah adalah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan namun
lebih-lebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada
masyarakat ilmuwan.
Dalam pendekatan non-ilmiah: (1)
perumusan kabur atau abstrak, (2) masalah tidak selalu diukur secara empiris
dan dapat bersifat supranatural atau dogmatis, (3) jawaban tidak diperoleh dari
hasil pengamatan data di lapangan, (4) keputusan tidak didasarkan pada hasil
pengumpulan dan analisis data secara logis, (5) kesimpulan tidak dibuat untuk
diuji ulang oleh orang lain.
Sedangkan dalam pendekatan ilmiah: (1)
perumusan masalah jelas dan spesifik, (2) masalah merupakan hal yang dapat
diamati dan diukur secara empiris, (3) jawaban permasalahan didasarkan pada
data, (4) proses pengumpulan dan analisis data, serta pengambilan keputusan
berdasarkan logika yang benar, (5) kesimpulan siap dan terbuka untuk diuji oleh
orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar