Selasa, 01 Januari 2013

self concept,interpersonal communication,self efficacy,performance by ; Gardjito


PENGARUH KONSEP DIRI, KOMUNIKASI INTERPERSONAL,
DAN EFIKASI DIRI (SELF EFICACY) TERHADAP KINERJA PUSTAKAWAN
DI ERA GLOBALISASI

Abstract: The objective of this causal research is to obtain information concerning the influence of self concept, interpersonal communication, and self efficacy on librarian performance at the National Library of Indonesia. The research was conducted by using a survey method with path analysis applied in testing hypothesis. In this research, librarian performance has been chosen as a unit analysis and 60 samples of librarian were selected randomly. The results of the research are as follows: (1) there is a direct effect of self concept on librarian performance; (2) there is a direct effect of self concept on self efficacy; (3) there is a direct effect of interpersonal communication on librarian performance; (4) there is a direct effect of interpersonal communication on self efficacy; (5) there is a direct effect of self efficacy on librarian performance; (6) there is an indirect effect of self concept on librarian performance through self efficacy; (7) there is an indirect effect of interpersonal communication on librarian performance through self efficacy. Based on those findings, there are some implications such as research implication,  theoretical implication, policy implication and practical implication that could be taken into consideration in developing and empowering librarian performance at the National Library of Indonesia.

Key words:self concept, interpersonal communication, self efficacy, performance


PENDAHULUAN
Perpustakaan Nasional RI sebagai pusat layanan informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menyediakan informasi yang dapat di-akses oleh masyarakat. Di era globalisasi, kebutuhan informasi yang dapat diakses  terus meningkat. Secara positif hal ini menunjukkan adanya peningkatan minat dan kemampuan baca masyarakat dan sekaligus membuktikan informasi yang tersedia di perpustakaan semakin dapat diandalkan. Penerapan teknologi informasi yang canggih tidak akan bermanfaat apa-apa tanpa didukung oleh kinerja pustakawan. Profesi pustakawan saat ini tidak lagi sebagai penjaga buku tetapi sebagai pengelola dan penyedia akses informasi. Masih adanya keluhan pemustaka tentang kelengkapan, dan kemutakhiran koleksi serta kenyamanan layanan menunjukkan belum optimalnya kinerja pustakawan.
Dilihat dari sisi manajemen keadaan tersebut di atas membuktikan bahwa pencapaian kinerja pustakawan belum mencapai sasaran yang diinginkan. Di sisi pustakawan, hal ini menampak-kan kinerja pustakawan belum optimal yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang berdampak pada hasil kinerjanya. Numerasi yang rendah, tingkat kesejahteraan yang kurang, beban tugas yang berat, suasana kerja yang kurang kondusif, merupakan faktor eksternal yang secara dominan dapat berpengaruh pada kinerja pusta-kawan. Selain itu, kurang diberlakukannya sistem rotasi secara berkala, menimbulkan rasa jenuh, bosan dan stres yang menghambat produktivitas kinerja pustakawan. Kondisi ini secara perlahan mempengaruhi sikap dan prilaku pustakawan dan dapat melemahkan kinerjanya untuk tetap aktif dalam melaksanakan tugasnya.
Belum optimalnya kinerja pustakawan selain disebabkan oleh faktor eksternal diduga dipengaruhi pula oleh faktor internal sebagai akibat dari lemahnya konsep diri, kurang efektifnya komunikasi interpersonal serta rendahnya efikasi diri pustakawan. Guna membuktikan dugaan tersebut maka perlu dilakukan penelitian dan pengujian terhadap faktor-faktor tersebut dan pengaruhnya terhadap kinerja pustakawan di lingkungan Perpustakaan Nasional RI.
Masalahnya yang perlu diketahui adalah apakah benar terdapat pengaruh langsung maupun tidak langsung antara konsep diri terhadap kinerja pustakawan. Apakah benar terdapat pengaruh langsung maupun tidak langsung antara komunikasi interpersonal terhadap kinerja pustakawan. Apakah benar terdapat pengaruh langsung antara konsep diri dan komunikasi interpersonal terhadap efikasi diri. Apakah benar terdapat pengaruh langsung antara efikasi diri dengan kinerja pustakawan. Berdasarkan kajian teoretis memang terdapat pengaruh antar variabel-variabel tersebut dengan demikian maka penelitian tentang kinerja, konsep diri, komunikasi interpersonal dan efikasi diri perlu untuk dilaksanakan.
            Berdasarkan identifikasi masalah, dan pembata-san masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah di dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Apakah konsep diri pustakawan berpengaruh langsung  terhadap kinerja pustakawan?; 2) Apakah konsep diri pustakawan berpengaruh langsung terhadap efikasi diri pustakawan?; 3) Apakah komunikasi interpersonal pustakawan berpengaruh langsung terhadap kinerja pustakawan?; 4) Apakah komunikasi interpersonal pustakawan berpengaruh langsung terhadap efikasi diri pustakawan?; 5) Apakah efikasi diri pustakawan berpengaruh langsung terhadap kinerja pustakawan?; 6) Apakah konsep diri berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui efikasi diri pustakawan? 7) Apakah komunikasi interpersonal berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui efikasi diri pustakawan?
            Kinerja. Dikemukakan oleh George dan Jones (2008 : 183) bahwa kinerja merupakan hasil penilaian dari prilaku seseorang, yang berkaitan dengan penentuan dari seberapa baik atau buruknya seseorang telah menyelesaikan tugasnya atau melakukan pekerjaannya. Diungkapkan oleh Pace dan Faules (2006 : 134) bahwa kinerja merupakan tugas fungsional yang berkaitan dengan kemampuan seseorang menyelesaikan pekerjaannya, terutama dalam penyelesaian aspek-aspek teknis dari pekerjaan tersebut, menangani tugas interpersonal dengan anggota lainnya, termasuk mengatasi konflik, mengelola waktu, memberdayakan orang lain,  bekerja dalam suatu kelompok, dan bekerja secara mandiri. Dikemukakan Wright dan Noe (1996 : 444) bahwa terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kinerja seseorang yaitu dengan: (a) menilai prestasi kerja komparatif,  (b) menilai atribut, dimanfaatkan untuk mengetahui bagai-mana sifat atau karakter pegawai yang dapat mempengaruhi kinerjanya; (c) menilai prilaku, (d) menilai hasil, (e) melakukan pendekatan kualitas secara total berdasarkan proses kerjanya. Dibahas oleh Dessler (1999 : 7) bahwa cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja adalah dengan memperbaiki prilaku individu di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen SDM modern. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bagaimana memanfaatkan wawan-cara dan teknik seleksi untuk mempekerjakan pegawai berkinerja tinggi; melatih dan memotivasi-nya; dan menggunakan insentif, manfaat, dan dukungan positif yang dapat memperbaiki kinerja mereka. Pada bagan model teoretik ini digambarkan tentang bagaimana pengaruh konsep diri terhadap hasil prilaku (kinerja). (Kreitner dan Kinicky, 2006 : 220).

Gambar 1.  Model Kognitif dari Sumber Daya, Karakteristik, Evaluasi Kognitif dan Hasil Prilaku.
 
 















Pada model tersebut, konsep diri sebagai salah satu karakteristik individual berpengaruh terhadap kinerjanya berupa usaha yang dilakukannya, suatu bentuk motivasi diri untuk dapat menyesuaikan dan ketekunannya dalam melaksanakan pekerjaan yang ditugaskannya kepadanya. Model teoretik ini me-nunjukkan adanya pengaruh antara konsep diri se-bagai bentuk dari karakteristik seseorang terhadap kinerja yang dapat dihasilkannya. Pada bagan model teoretik di bawah ini menun-jukkan adanya pengaruh langsung komunikasi inter-personal terhadap kinerja dalam bentuk efektifitas yang dihasilkan sebagai tindakan efesiensi dan terwujudnya relasi antar pribadi dalam melaksana-kan tugas. (Liliweri, 2004 : 102)


KONDISI PENDAHULU
 
 












model teoretik di bawah ini menunjukkan adanya pengaruh antara efikasi diri dengan kinerja seseorang. Diadaptasi dari Edwin A. Locke dan Gary P. Latham oleh Luthans (2006 : 575)







Gambar 3.Model untuk Menghubungkan Tujuan dengan Kinerja dan Kepuasan
Dikemukakan oleh Cherrington (1994 : 284) bahwa kinerja selalu diukur dalam bentuk hasil yang dapat dicapai pegawai, oleh karena itu mereka harus dapat dibujuk untuk tetap bersama organisasi, melakukan peranan yang diberikan kepadanya dengan cara yang dapat diandalkan, dan mampu memberikan kontribusi spontan serta bertindak inovatif, selain dari tugas formal yang diberikan kepadanya. Berfungsinya suatu organisasi secara efektif sangat dipengaruhi oleh kinerja pegawainya. Dijelaskan oleh Sheal (2003 : 7) bahwa kinerja dapat ditingkatkan melalui  pengembangan diri pe-gawai dan manfaatnya  bagi organisasi adalah (1) memberikan kontribusi pada suasana kerja yang lebih bermotivasi dan dinamis sehingga pegawai lebih terdorong untuk datang ke tempat kerja dengan sikap positif dan menunjukkan kinerja yang lebih baik. (2) Meningkatkan fleksibilitas pegawai dalam mengelola perubahan dan mempertinggi kapasitas mereka untuk berkontribusi terhadap ke-suksesan organisasi. (3) Mempertinggi profesiona-lisme dan kekuatan kerja organisasi. Pengemba-ngan diri melibatkan orang untuk aktif mengambil inisiatif, bekerja dengan tingkatan kemandirian ter-tentu dan gigih dalam mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan organisasi.
Berdasarkan deskripsi teoretik di atas, yang dimaksud dengan kinerja dalam penelitian ini adalah tindakan seseorang dalam mewujudkan apa yang ingin dicapainya berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya dengan indikator; perencanaan tugas, pelaksanaan tugas, penyelesaian tugas dan pencapaian tugas
            Konsep Diri (Self-Concept). Dikemukan oleh Caproni (2001:23) bahwa konsep diri adalah suatu persepsi internal dari setiap orang tentang dirinya yang relatif stabil pada masa tertentu, konsisten dalam menghadapi situasi, bertahan terhadap perubahan, dan sebagai pusat kepentingan seseorang. Hal yang terpenting ada-lah bahwa konsep diri mempengaruhi keyakinan dasar seseorang tentang siapa dia, bagaimana seharusnya, dapat menjadi apa dia, tidak akan pernah menjadi apa dia dan apa yang ditakutkan-nya. Konsep diri memiliki peranan penting dalam mempengaruhi seseorang berpikir, merasakan dan bertindak dalam kehidupannya sehari-hari. Diungkapkan oleh Fitts, dikutip Hendriati (2006 : 38) bahwa penilaian individu terhadap konsep dirinya dapat dibagi dalam dua dimensi pokok yaitu: (1) Dimensi Internal, yang terdiri atas (a) identitas diri (self identity), (b) prilaku diri (self behaviour), dan (c) penilaian diri (self judgement). (2) Dimensi Eksternal, merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri melalui hubungan dan aktivitas sosialnya serta nilai-nilai yang dianutnya yang ber-asal dari luar dirinya. Dimensi eksternal bersifat umum dan dibedakan dalam (a) fisik diri (self physic), (b) moral etik diri, (c) pribadi diri, (d) keluarga, dan (e) social. Dinyatakan oleh Symond sebagaimana dikutip oleh Muntholi’ah (2002 : 27) bahwa sebagai bata-san yang dapat diambil tentang pengertian konsep diri pada hakikatnya meliputi empat aspek yaitu: (1) Bagaimana orang mengamati dirinya sendiri, (2) Bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri, (3) Bagaimana orang menilai dirinya sendiri dan, (4) Bagaimana orang berusaha dengan ber-bagai cara untuk menyempurnakan dan memper-tahankan diri.
Dirumuskan oleh F. Pietrofesa sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih (2005:139) bahwa konsep diri terdiri atas tiga komponen yaitu (1) pribadi ideal (ideal self), (2) pribadi yang dilihat oleh dirinya sendiri (self as seen by self), dan (3) pribadi yang dilihat oleh orang lain (self as seen by others). Seseorang yang tidak memiliki konsep diri yang realistis menyebabkan tidak adanya kese-suaian di antara ketiga komponen di atas yang menimbulkan adanya upaya untuk mempertahan-kan diri (defence mechanism). Terdapat beberapa bentuk dari pertahanan diri ini di antaranya adalah (a) melakukan penyerangan (defence by attack), (b) melarikan diri (defence by withdrawing), (c) mengubah lingkungan (restructuring the world), (d) mengubah diri sendiri (restructuring the self). Berdasarkan kajian teoretik di atas, yang dimaksud dengan konsep diri adalah sikap dan tanggapan se-seorang dalam bertindak yang mempengaruhi prilaku-nya dalam melakukan sesuatu, dengan indikator; pe-mahaman diri, pengorganisasian diri, pengaktuali-sasian diri dan pertahanan diri.
            Komunikasi Interpersonal. Diungkapkan oleh Byars dan Rue (2000:82) bahwa komunikasi interpersonal merupakan suatu proses interaktif interpersonal yang berhubungan dengan kegiatan pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun non verbal. Cukup banyak faktor yang dapat mengganggu dan menyebab-kan pengiriman pesan ini gagal, beberapa di an-taranya adalah: (a) perbedaan interpretasi dan arti kata (semantik), (b) perbedaan persepsi, (c) kebia-saan mendengar yang buruk, (d) umpan balik yang kurang jelas, dan (e) perbedaan interpretasi dari komunikasi nonverbal.
Ditegaskan oleh DeVito (2002:156) bahwa komu-nikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang yang telah jelas hubu-ngannya. Definisi ini mengungkapkan bahwa hampir tidak mungkin komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih tidak dipertimbang-kan sebagai komunikasi interpersonal, yang pasti adalah terdapat berbagai hubungan, yang apabila diperluas hubungan tersebut dapat meliputi ke-lompok kecil, maupun mitra kerja. 
            Dinyatakan oleh DeFleur dan Dennis (1988 : 9) bahwa individu yang terlibat dalam komunikasi interpersonal secara tatap muka tidak hanya meng-gunakan kata-kata dan pola tata bahasa saja, tetapi mengandalkan juga gerak-isyarat (gesture) nonverbal dan bahasa tubuh yang kompleks untuk mengutarakan maksudnya. Di setiap budaya, eks-presi muka, pola tindakan, dan gerak-isyarat mem-punyai standar interpretasi yang berbeda. Diterangkan oleh De Vito  dikutip dari Bochner, dan Cappella (2002 : 205) bahwa teori komunikasi mendefinisikan komunikasi interpersonal dalam beberapa hal yang berbeda pada sifat dasarnya, yaitu: (a) dengan cara memperhatikan komponen utamanya yaitu si pengirim pesan (b) dianggap sebagai komunikasi yang terjadi antara dua orang yang telah memiliki hubungan yang jelas dan telah ada sebelumnya. (c) sebagai hasil akhir dari suatu kemajuan komunikasi. Dikemukakan oleh Bungin (2006 : 258) bahwa  komu-nikasi interpersonal kualitasnya sangat ditentukan oleh kekhasan kualitas individu yang berhubungan dengan individu lainnya. Tiga faktor yang mempengaruhi ialah (1) persepsi terhadap diri pribadi (self perception) yaitu kesadaran akan diri sendiri dalam mengungkapkan siapa dirinya. (2) Kesadaran pribadi (self awareness) dengan cara memahami dirinya sendirinya. (3) Pengungkapan diri (self dis-closure) yaitu proses mengungkapkan diri melalui proses komunikasi dengan cara memberikan infor-masi tentang dirinya ke orang lain. Dijelaskan oleh Arendondo (2000:5) bahwa dalam prakteknya komunikasi interpersonal didukung oleh empat faktor penting yaitu: (a) teknologi, (b) intensitas waktu, (c) perbedaan dan (d) pertang-gung jawaban.
Berdasarkan kajian teoretik di atas, yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal adalah penyam-paian dan penerimaan pesan antarindividu baik secara verbal maupun nonverbal, dengan indikator keterbukaan, empati, persamaan persepsi, dan pemahaman pesan.
            Efikasi diri (Self-Efficacy). Dinyatakan oleh George dan Jones (2008 : 104) bahwa efikasi diri adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan tugasnya dengan sukses. Pegawai dengan efikasi diri  tinggi memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang sulit, dan kemampuan ini memperkuat dukungan yang mereka dapatkan dalam bentuk kesepaka-tan dan motivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dijelaskan oleh Lussier (1996 : 81)  bahwa efikasi diri merupakan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu dalam situasi yang khusus. Efikasi diri mempengaruhi upaya seseorang, ke-gigihannya dan minatnya dalam mengatasi ke-sulitan dari sasaran yang dipilihnya. Diterangkan oleh Charrington (1995 : 79) bahwa efikasi diri merupakan suatu karakteristik yang dapat dipelajari dan dibutuhkan meliputi (1) Keunggulan yang diterapkan (enactive mastery), berkenaan dengan adanya pengulangan perbua-tan ataupun pelaksanaan tugas. (2) Pengalaman yang dialami oleh orang lain (vicarious experience), mengamati prilaku orang lain (sebagai model) hampir sama efektifnya seperti enactive mastery. (3) Persuasi verbal (verbal persuasion), merupa-kan sumber penting bagi informasi efikasi diri, khususnya apabila sumber informasi memiliki kredibilitas dan keahlian yang tinggi (4) Persepsi dari pernyataan psikologis seseorang (percep-tions of one’s psychological state). Persepsi efikasi diri dipengaruhi oleh timbulnya pernyataan seketika. Dikemukakan oleh Halonen dan Santrock (1999 : 456) bahwa efikasi diri merupakan potensi pribadi yang sangat penting khususnya dalam mengem-bangkan prilaku adaptif. Selain itu sebagaimana dikutip dari Bandura dinyatakan bahwa efikasi diri adalah kunci sukses dalam terapi. Setelah seseorang mendapatkan kepercayaannya dan menyatu dalam prilaku adaptif, maka hal ini akan memotivasi pencapaian kesuksesannya.
                Disampaikan oleh Carlson dan Buskist (1999:459)  bahwa ekspektasi seseorang tentang pencapaian kesuksesannya sangat erat kaitannya dengan potensi efikasi diri yang dimilikinya dan merupakan faktor penting yang menentukan seseorang apa-kah ia akan berusaha untuk membuat perubahan dalam lingkungannya atau tidak. Hal ini dinyatakan oleh karena efikasi diri merupakan suatu bentuk kompetensi yang dimiliki seseorang. Ditegaskan oleh Bandura (1995 : 150) bahwa sese-orang yang kompeten dapat mempengaruhi efikasi dirinya melalui berbagai upaya aktif seperti “pe-ngaruh verbal” secara khusus dapat efektif dilakukan apabila komunikator dibantu dengan sifat yang dapat dipercaya, keahlian, dan memiliki daya tarik. Dinyatakan oleh Baron (1996 : 392) bahwa efikasi diri merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat melaksanakan tindakan yang diinginkan. Semakin tinggi perasaan seseorang tentang efikasi diri yang dimilikinya maka semakin baik kecenderungannya untuk melakukan tugas yang lebih beragam. Keberhasilan seperti itu sudah tentu pada akhirnya dapat mengarahkan seseorang pada perasaan positif tentang dirinya secara lebih menyeluruh.  Dikemukakan oleh Branden (2001:127) bahwa secara konsep, efikasi diri dapat dibedakan dalam dua hal yaitu (1) metaphysical efficacy (metafisika efikasi diri), yang menjadi bagian dari hubungan manusia secara mendasar pada suatu kenyataan yang merefleksikan dasar orientasi realitas dalam proses berpikirnya. (2) particularized efficacy (peng-khususan efikasi diri) yang menunjukkan efektivi-tas seseorang pada kerja kerasnya dalam bidang tertentu, sebagai hasil dari pengetahuan dan ke-terampilan tertentu yang telah dimilikinya. Pada bagan model teoretik di bawah ini meng-gambarkan tentang pengaruh konsep diri terha-dap berbagai prilaku manusia, termasuk prilaku dalam kemampuan mengatasi tekanan (stress) yang merupakan bagian dari efikasi diri seseorang. (Caproni, 2001:31-33).








Gambar 4.             Model of self concept influences on many important behaviors
 
 



Pada umumnya seseorang yang memiliki konsep diri selalu dibebani pekerjaan yang lebih banyak di bandingkan dengan mereka yang kurang memiliki. Keingingan dan kemauan yang kuat untuk menye-lesaikan tugas secara cepat dan berkualitas meru-pakan kemampuan untuk mengatasi tekanan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Justru hal inilah yang  menyebabkan pimpinan selalu mengandalkannya untuk melakukan berbagai pekerjaan meskipun kadangkala bukan merupakan tugasnya. Seseorang yang memiliki konsep diri yang kuat menimbulkan kepercayaan pimpinan untuk memberikan pekerjaan yang lebih banyak dan beragam serta memiliki tingkat kesulitan yang tinggi meskipun kadangkala melebihi tugas dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan efikasi diri adalah kegigihan seseorang dalam me-laksanakan tugasnya secara optimal dengan indi-kator; potensi diri, percaya diri, motivasi diri, dan upaya diri

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menerapkan kajian hubungan kausal Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Nasional RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Departe-men yang memberikan layanan informasi kepada masyarakat, beralamat di Jalan Salemba Raya 28A dan Jalan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta Pusat. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama kurang lebih 6 (enam) bulan yang dimulai bulan November 2007 sampai dengan bulan April 2008. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang pustakawan.  

HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Normalitas
Ketentuan yang berlaku dalam pengujian ini adalah apabila statistik L0 < Ltabel (α = 0,05) maka data berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila L0 > Ltabel ((α = 0,05) maka data tidak berdistribusi normal.



Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Kelompok
Lo
L(0,05,60)
Kesimpulan
X1 terhadap X4
0,0571
0,1143
Berdistribusi normal
X1 terhadap X3
0,0562
0,1143
Berdistribusi normal
X2 terhadap X4
0,1092
0,1143
Berdistribusi normal
X2 terhadap X3
0,0824
0,1143
Berdistribusi normal
X3 terhadap X4
0,1010
0,1143
Berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas varians pada data dua varia-bel menggunakan uji bartlet. Nilai signifikan berda-sarkan nilai chi kuadrat dengan nilai taraf signifikan 0,05 pada nilai derajat bebas (db) berasal dari jumlah db seluruh kelompok. Varians kelompok data dinyatakan homogen apabila X2hitung < X2tabel.

Tabel 2.  Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Varians
dk
X2hitung
X2tabel
α = 0,05
Ketera-ngan
X1 terhadap X4
14
2,346
22,4
Homogen
X1 terhadap X3
14
2,134
23,68
Homogen
X2 terhadap X4
20
0,731
30,1
Homogen
X2 terhadap X3
20
5,365
30,1
Homogen
X3 terhadap X4
21
1,779
31,4
Homogen

3. Uji Regresi, Linearitas dan Korelasi
Hubungan antar variabel diuji melalui analisis uji regresi untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut memenuhi syarat memiliki hubungan linear dan keberartian regresi. Lebih jauh, analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar korelasi dari variabel-variabel yang ada hubungan-nya secara kausal sebagai dasar dari perhitungan analisis jalur. Regresi berarti apabila Fhitung>Ftabel, sehingga nilai koefisien korelasi merupakan angka perhitungan yang menyatakan adanya tingkat kekuatan hubungan. Kekuatan korelasi mempu-nyai tingkat keberartian yang dapat diterima apabila thitung > ttabel.
Tabel 3. Rangkuman Uji Regresi, Uji Linearitas dan Analisis Korelasi
No.

Varibel yang diuji
Signifikansi
Linearitas

Keberatian Korelasi
Fhitung
Ftabel
Fhitung
Ftabel

thitung
ttabel
1.
X1 - X4
15,863
 4.00
1,349
1,91
2,328
1,677
2.
X2 - X4
23,979
   4,00
0,789
1,94
2,490
1,677
3.
X3 - X4
25,348
   4,00
0,805
1,85
2,298
1,677
4.
X1 - X3
10,589
   4,00
1,155
1,91
2,122
1,677
5.
X2 - X3
25,787
   4,00
1,184
1,85
4,258
1,677
C. Uji Hipotesis
Penentuan analisis jalur baru dapat dilakukan se-telah seluruh persyaratan dipenuhi. Berdasarkan model kausal yang dibentuk secara teoretik maka diperoleh diagram jalur yang menghasilkan 5 (lima) buah koefisien jalur, yaitu ρ41, ρ31, ρ42, ρ32, dan ρ43. Sedangkan hasil perhitungan koefisien korelasi pada tabel diperoleh nilai koefisien jalur sebagai berikut:
Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Jalur
Koefisien Jalur
t-hitung
t0.05(58)
Pengaruh
Keputusan
Langsung
Tidak
Langsung
ρ41
0,254
2,328
1,677
0,064
0,067
Signifikan
ρ31
0,238
2,122
1,677
0,057
-
Signifikan
ρ42
0,300
2,490
1,677
0,090
0,136
Signifikan
ρ32
0,478
4,258
1,677
0,228
-
Signifikan
ρ43
0,285
2,298
1,677
0,081
-
Signifikan

Pengaruh Langsung:
· Konsep Diri (X1) secara terpisah berpengaruh langsung terhadap Kinerja Pustakawan (X4) dengan koefisien ρ = 0,254, dan juga berpengaruh langsung terhadap Efikasi Diri (X3) dengan koefisien ρ = 0,238.
· Komunikasi Interpersonal (X2) secara terpisah berpengaruh langsung terhadap Kinerja Pusta-kawan (X4) dengan koefisien ρ = 0,300, dan juga berpengaruh langsung terhadap Efikasi Diri (X3) dengan koefisien ρ = 0,378.
· Efikasi Diri (X3) secara langsung  berpengaruh  terhadap Kinerja Pustakawan (X4) dengan koefisien ρ = 0,285
Pengaruh Tidak Langsung:
· Konsep Diri (X1) berpengaruh tidak langsung terhadap Kinerja Pustakawan (X4) melalui Efikasi Diri (X3) dengan koefisien ρ = ( 0,238 x 0,285) = 0,068.
· Komunikasi interpersonal (X2) berpengaruh tidak langsung terhadap Kinerja Pustakawan (X4) melalui Efikasi Diri (X3) dengan koefisien ρ = ( 0,478 x 0,285) = 0,136.
Pengaruh secara Simultan:
· Konsep Diri (X1)  dan Komunikasi Interpersonal (X3) secara simultan berpengaruh terhadap Efikasi Diri (X3), terdapat pengaruh lain dari luar variabel sebesar (ε1) = 0,642
· Konsep Diri (X1), Komunikasi Interpersonal (X2), dan Efikasi Diri (X3) secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Pustakawan (X4), dan terdapat pengaruh lain dari luar variabel sebesar (ε2) = 0 oleh,563



PENUTUP
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh beberapa temuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
Terdapat dua variabel bebas dalam penelitian ini yaitu konsep diri dan dan komunikasi interpersonal yang sama-sama berpengaruh langsung secara signifikan terhadap efikasi diri. Berdasarkan hasil temuan menunjukkan bahwa komunikasi interper-sonal merupakan variansi paling dominan yang berpengaruh langsung terhadap efikasi diri. Dari ketiga variabel bebas yaitu konsep diri, komunikasi interpersonal dan efikasi diri sama-sama berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kinerja. Namun secara dominan komunikasi interpersonal menunjukkan pengaruh secara langsung yang lebih besar terhadap kinerja. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa kinerja akan dicapai secara maksi-mal apabila didukung oleh komunikasi interper-sonal yang aktif dan efektif. Komunikasi interper-sonal dimaksud didukung oleh faktor keterbukaan, empati, persamaan persepsi dan pemahaman pesan yang secara signifikan berpengaruh terha-dap kinerja. Mengacu pada hasil kesimpulan tersebut di atas maka untuk mengoptimalisasikan kinerja pustakawan di lingkungan Perpustakaan Nasional RI maka  perhatian utama yang perlu diberikan adalah meningkatkan komunikasi interpersonal, kemudian diikuti dengan pemantapan konsep diri dari penguatan efikasi diri pustakawan. Ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap peningkatan kinerja pustakawan di lingkungan Perpustakaan Nasional RI.
Saran. Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tersebut di atas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
1.      Setiap pustakawan diharapkan mampu me-realisasikan konsep diri, meningkatkan komu-nikasi interpersonal dan memperkuat efi-kasi dirinya agar mampu mengantisipasi setiap perubahan, tantangan, dan masalah yang dihadapi dan sekaligus mampu me-manfaatkan peluang yang ada dalam me-ngelola dan memberikan akses informasi secara globalisasi.
2.      Diperlukan kebijakan yang dapat memoti-vasi terwujudnya konsep diri, meningkatnya interpersonal komunikasi dan menguatnya efikasi diri pustakawan sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan, krea-tivitas, inovasi dan  kompetensi diri mereka sebagai tenaga fungsional profesional tanpa terlalu banyak dibatasi oleh arahan, instruksi dan petunjuk atasan yang bersifat birokrasi.
3.      Perlu diperhatikan hal-hal bersifat eksternal untuk meningkatkan kinerja pustakawan yang berkaitan dengan kebijakan lembaga seperti pemberian apresiasi, promosi, mutasi, rotasi, pembinaan karier dan peningkatan kualitas sumber daya pustakawan serta sanksi yang harus diterapkan secara kon-sisten dan konsekuen.
4.      Perlu ditunjang oleh sistem komunikasi interpersonal yang efektif dalam memper-lancar setiap proses kegiatan, dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksana-an dan pengawasan dalam mengelola infor-masi yang dapat dimanfaatkan secara cepat, luas, dan merata baik di tingkat nasional maupun global.
5.      Perlu adanya kebijakan dalam penetapan numerasi, insentif, dan jaminan kesejahte-raan sosial yang lebih memadai agar pus-takawan dapat melaksanakan tugasnya se-cara profesional.

DAFTAR RUJUKAN
Arrendondo, Lani. Communicating Effectively. New York, McGraw-Hall, 2000.
Bandura, Albert. Self-Efficacy in Changing Societies. Cambridge :Cambridge University Press, 1995.
Branden, Nathaniel. The Psychology of Self-Esteem: A Revolutionary Approach to Self-Under-standing that Launched  a New Era in Modern Psychology. San Fransisco: Josse-Bass, 2001.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Para-digma, dan Diskursus Teknologi Komuni-kasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2006.
Byars, Lloyd L. and Rue, Leslie W. Human Resource Management, Sixth Edition. Boston: Irwin McGraw-Hill, 2000.
Caproni, Paula J. The Practical Coach: Management Skills for Everyday Life (New Jersey : Prentice-Hall, Inc, 2001
Carlson, Neil R. and Buskist, William.  Psychology: The Science of Behavior, The fifth Edition. Boston:  Allyn and Bacon, 1999..
Cherrington, David J. Organizational Behavior: The Management of Individual and Organizational Performance. Boston : Allyn and Bacon, 1994.
DeFleur, Melvin L. and Dennis, Everette E. Understanding Mass Communication. Boston: Houghton Mifflin Company, 1988.
Dessler, Gary. Personel/Human Resource Manage-ment, Fifth Edition. Toronto: Prentice Hall, 1999.
DeVito, Joseph A. Essentials of Human Communica-tion, Fourth Edition. Boston, Allyn and Bacon, 2002.
George, Jennifer M.  and Jones, Gareth R. Understanding and Managing Organizational Behavior, Fith Edition. New Jersey, Pearson Prentice Hall, 2008.
Halonen, Jane S. and Santrock, John W. Psychology Contexts and Applications, Third. Boston:  McGraw-Hill College, 1999.
Kreitner, Robbert dan Kinicki, Angelo. Prilaku Organi-sasi, Terjemahan Erly Suandy. Jakarta: Salemba Empat, 2000.
Liliweri, Alo. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar Maju, 2004
Lussier, Robert N. Management: Concept, Applica-tions and Skill Development. Chicago: South Western, 1997.
Luthans, Fred. Organizational Behavior 10th Edition. Boston: The McGraw-Hill Companies, Inc, 2006.
Muntholi’ah. Konsep Diri Positif : Penunjang Prestasi PAI. Semarang : Gunungjati dan Yayasan al-Qalam, 2002.
Pace R. Wayne and Faules, Don F. Komunikasi Organisasi :Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan Cetakan ke-6, Suntingan . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006. 
Sheal, Peter. The Staff Development Handbook : An Action Kit to Improve Performance. Jakarta : Gramedia, 2003.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda, 2005.
Wright, Patrick M. and Noe, Raymond A. Management of Organizations. Chicago: Irwin, 1996.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar