PENGARUH
KONSEP DIRI, KOMUNIKASI INTERPERSONAL,
DAN
EFIKASI DIRI (SELF EFICACY) TERHADAP KINERJA PUSTAKAWAN
DI ERA GLOBALISASI
Abstract: The
objective of this causal research is to obtain information concerning the
influence of self concept, interpersonal communication, and self efficacy on
librarian performance at the National Library of Indonesia. The research was conducted by using a survey
method with path analysis applied in testing hypothesis. In this
research, librarian performance has been chosen as a unit analysis and 60
samples of librarian were selected randomly. The
results of the research are as follows: (1) there is a direct effect of self
concept on librarian performance; (2) there is a direct effect of self
concept on self efficacy; (3) there is a
direct effect of interpersonal communication on librarian performance; (4)
there is a direct effect of
interpersonal communication on self efficacy; (5) there is a direct effect of
self efficacy on librarian performance; (6) there is an indirect effect
of self concept on librarian performance through self efficacy; (7) there is an
indirect effect of interpersonal communication on librarian performance through
self efficacy. Based on those findings, there are some implications such as
research implication, theoretical
implication, policy implication and practical implication that could be taken
into consideration in developing and empowering librarian performance at the
National Library of Indonesia.
Key
words:self concept, interpersonal communication, self efficacy, performance
PENDAHULUAN
Perpustakaan
Nasional RI sebagai pusat layanan informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menyediakan
informasi yang dapat di-akses oleh masyarakat. Di era globalisasi, kebutuhan informasi yang
dapat diakses terus meningkat. Secara
positif hal ini menunjukkan adanya peningkatan minat dan kemampuan baca
masyarakat dan sekaligus membuktikan informasi
yang tersedia di perpustakaan semakin dapat diandalkan. Penerapan
teknologi informasi yang canggih tidak akan
bermanfaat apa-apa tanpa didukung oleh kinerja pustakawan. Profesi
pustakawan saat ini tidak lagi sebagai penjaga buku tetapi sebagai pengelola
dan penyedia akses informasi. Masih adanya
keluhan pemustaka tentang kelengkapan, dan kemutakhiran koleksi serta kenyamanan
layanan menunjukkan belum optimalnya kinerja pustakawan.
Dilihat
dari sisi manajemen keadaan tersebut di atas membuktikan bahwa pencapaian
kinerja pustakawan belum mencapai sasaran yang diinginkan. Di sisi pustakawan,
hal ini menampak-kan kinerja pustakawan belum optimal yang dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor eksternal yang
berdampak pada hasil kinerjanya. Numerasi yang rendah, tingkat
kesejahteraan yang kurang, beban tugas yang berat, suasana kerja yang kurang
kondusif, merupakan faktor eksternal yang secara dominan dapat berpengaruh pada
kinerja pusta-kawan. Selain itu, kurang diberlakukannya sistem rotasi secara
berkala, menimbulkan rasa jenuh, bosan dan stres yang menghambat produktivitas
kinerja pustakawan. Kondisi ini secara perlahan mempengaruhi sikap dan prilaku
pustakawan dan dapat melemahkan kinerjanya untuk tetap aktif dalam melaksanakan
tugasnya.
Belum
optimalnya kinerja pustakawan selain disebabkan oleh faktor eksternal diduga
dipengaruhi pula oleh faktor internal sebagai akibat dari lemahnya konsep
diri, kurang efektifnya komunikasi interpersonal serta rendahnya efikasi
diri pustakawan. Guna membuktikan dugaan tersebut maka perlu dilakukan
penelitian dan pengujian terhadap faktor-faktor tersebut dan pengaruhnya terhadap
kinerja pustakawan di lingkungan Perpustakaan Nasional RI.
Masalahnya yang perlu diketahui adalah apakah
benar terdapat pengaruh langsung maupun tidak langsung antara konsep diri
terhadap kinerja pustakawan. Apakah benar terdapat pengaruh langsung maupun
tidak langsung antara komunikasi interpersonal terhadap kinerja pustakawan.
Apakah benar terdapat pengaruh langsung antara konsep diri dan komunikasi
interpersonal terhadap efikasi diri. Apakah benar terdapat pengaruh langsung
antara efikasi diri dengan kinerja pustakawan. Berdasarkan kajian teoretis
memang terdapat pengaruh antar variabel-variabel tersebut dengan demikian maka
penelitian tentang kinerja, konsep diri, komunikasi interpersonal dan efikasi
diri perlu untuk
dilaksanakan.
Berdasarkan identifikasi masalah,
dan pembata-san masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
masalah di dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Apakah konsep diri
pustakawan berpengaruh langsung terhadap
kinerja pustakawan?; 2) Apakah konsep diri pustakawan
berpengaruh langsung terhadap efikasi diri pustakawan?; 3) Apakah komunikasi
interpersonal pustakawan berpengaruh langsung terhadap kinerja pustakawan?; 4) Apakah komunikasi
interpersonal pustakawan berpengaruh langsung terhadap efikasi diri pustakawan?; 5) Apakah efikasi diri
pustakawan berpengaruh langsung terhadap kinerja pustakawan?; 6) Apakah konsep diri
berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui efikasi diri pustakawan? 7) Apakah komunikasi
interpersonal berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui efikasi diri
pustakawan?
Kinerja. Dikemukakan oleh George dan Jones
(2008 : 183) bahwa kinerja merupakan hasil penilaian dari prilaku seseorang,
yang berkaitan dengan penentuan dari seberapa baik atau buruknya seseorang
telah menyelesaikan tugasnya atau melakukan pekerjaannya. Diungkapkan oleh Pace
dan Faules (2006 : 134) bahwa kinerja merupakan tugas fungsional yang berkaitan
dengan kemampuan seseorang menyelesaikan pekerjaannya, terutama dalam
penyelesaian aspek-aspek teknis dari pekerjaan tersebut, menangani tugas
interpersonal dengan anggota lainnya, termasuk mengatasi konflik, mengelola
waktu, memberdayakan orang lain, bekerja
dalam suatu kelompok, dan bekerja secara mandiri. Dikemukakan Wright dan Noe (1996 : 444) bahwa terdapat beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui
kinerja seseorang yaitu dengan: (a) menilai prestasi kerja
komparatif, (b) menilai atribut,
dimanfaatkan untuk mengetahui bagai-mana sifat atau karakter pegawai yang dapat
mempengaruhi kinerjanya; (c) menilai prilaku, (d) menilai hasil, (e) melakukan
pendekatan kualitas secara total berdasarkan proses kerjanya. Dibahas oleh
Dessler (1999 : 7) bahwa cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kinerja adalah dengan memperbaiki prilaku individu di tempat kerja melalui
aplikasi konsep dan teknik manajemen SDM modern. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara bagaimana memanfaatkan wawan-cara dan teknik seleksi untuk mempekerjakan pegawai berkinerja tinggi; melatih dan
memotivasi-nya; dan menggunakan insentif, manfaat, dan dukungan positif
yang dapat memperbaiki kinerja mereka. Pada
bagan model teoretik ini digambarkan
tentang bagaimana pengaruh konsep diri terhadap hasil prilaku (kinerja).
(Kreitner dan Kinicky, 2006 : 220).
|
Pada model tersebut, konsep diri sebagai salah satu
karakteristik individual berpengaruh terhadap kinerjanya berupa usaha yang dilakukannya, suatu bentuk motivasi diri untuk dapat menyesuaikan dan
ketekunannya dalam melaksanakan pekerjaan
yang ditugaskannya kepadanya. Model teoretik ini me-nunjukkan adanya pengaruh antara konsep diri se-bagai bentuk dari
karakteristik seseorang terhadap kinerja
yang dapat dihasilkannya. Pada bagan model teoretik di bawah
ini menun-jukkan adanya pengaruh langsung
komunikasi inter-personal terhadap kinerja dalam bentuk efektifitas yang
dihasilkan sebagai tindakan efesiensi dan terwujudnya relasi antar pribadi
dalam melaksana-kan tugas. (Liliweri, 2004 : 102)
|
model teoretik di bawah ini
menunjukkan adanya pengaruh antara efikasi diri dengan kinerja seseorang. Diadaptasi dari Edwin A. Locke dan
Gary P. Latham oleh Luthans (2006
: 575)
Gambar 3.Model
untuk Menghubungkan Tujuan dengan Kinerja dan Kepuasan
Dikemukakan oleh Cherrington (1994 : 284) bahwa kinerja selalu diukur dalam
bentuk hasil yang dapat dicapai pegawai, oleh karena itu mereka harus dapat
dibujuk untuk tetap bersama organisasi, melakukan peranan yang diberikan
kepadanya dengan cara yang dapat diandalkan, dan mampu memberikan kontribusi
spontan serta bertindak inovatif, selain dari tugas formal yang diberikan
kepadanya. Berfungsinya suatu organisasi secara efektif sangat dipengaruhi oleh
kinerja pegawainya. Dijelaskan oleh Sheal (2003 : 7) bahwa kinerja dapat
ditingkatkan melalui pengembangan diri
pe-gawai dan manfaatnya bagi organisasi
adalah (1) memberikan kontribusi pada suasana kerja yang lebih bermotivasi dan
dinamis sehingga pegawai lebih terdorong untuk datang ke tempat kerja dengan sikap positif dan menunjukkan kinerja yang
lebih baik. (2) Meningkatkan fleksibilitas pegawai dalam mengelola perubahan
dan mempertinggi kapasitas mereka untuk berkontribusi terhadap ke-suksesan
organisasi. (3) Mempertinggi profesiona-lisme dan kekuatan kerja organisasi.
Pengemba-ngan diri melibatkan orang untuk aktif mengambil inisiatif, bekerja
dengan tingkatan kemandirian ter-tentu dan
gigih dalam mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan organisasi.
Berdasarkan deskripsi teoretik di atas, yang dimaksud dengan kinerja
dalam penelitian ini adalah tindakan seseorang dalam mewujudkan apa yang ingin
dicapainya berdasarkan kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya dengan indikator; perencanaan tugas, pelaksanaan tugas, penyelesaian tugas dan
pencapaian tugas
Konsep
Diri (Self-Concept). Dikemukan oleh Caproni (2001:23) bahwa konsep diri adalah suatu persepsi internal dari setiap orang
tentang dirinya yang relatif stabil pada masa tertentu, konsisten dalam
menghadapi situasi, bertahan terhadap perubahan, dan sebagai pusat kepentingan
seseorang. Hal yang terpenting ada-lah bahwa konsep diri mempengaruhi keyakinan
dasar seseorang tentang siapa dia, bagaimana seharusnya, dapat menjadi apa dia,
tidak akan pernah menjadi apa dia dan apa yang ditakutkan-nya. Konsep diri memiliki peranan penting dalam mempengaruhi seseorang berpikir, merasakan dan bertindak dalam kehidupannya sehari-hari. Diungkapkan
oleh Fitts, dikutip Hendriati (2006 : 38) bahwa penilaian individu terhadap
konsep dirinya dapat dibagi dalam dua dimensi pokok yaitu: (1) Dimensi
Internal, yang terdiri atas (a) identitas diri (self identity), (b)
prilaku diri (self behaviour), dan (c) penilaian diri (self
judgement). (2) Dimensi Eksternal, merupakan penilaian individu terhadap
dirinya sendiri melalui hubungan dan aktivitas sosialnya serta nilai-nilai yang
dianutnya yang ber-asal dari luar dirinya. Dimensi eksternal bersifat umum
dan dibedakan dalam (a) fisik diri (self physic), (b) moral etik diri,
(c) pribadi diri, (d) keluarga, dan (e) social. Dinyatakan oleh Symond
sebagaimana dikutip oleh Muntholi’ah (2002 : 27) bahwa sebagai bata-san yang
dapat diambil tentang pengertian konsep diri pada hakikatnya meliputi empat
aspek yaitu: (1) Bagaimana orang mengamati dirinya sendiri, (2) Bagaimana orang
berpikir tentang dirinya sendiri, (3) Bagaimana orang menilai dirinya sendiri
dan, (4) Bagaimana orang berusaha dengan ber-bagai cara untuk menyempurnakan
dan memper-tahankan diri.
Dirumuskan
oleh F. Pietrofesa sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih (2005:139) bahwa konsep diri
terdiri atas tiga komponen yaitu (1) pribadi ideal (ideal self), (2)
pribadi yang dilihat oleh dirinya sendiri (self as seen by self), dan
(3) pribadi yang dilihat oleh orang lain (self as seen by others). Seseorang yang tidak memiliki konsep diri yang realistis
menyebabkan tidak adanya kese-suaian di antara ketiga komponen di atas yang
menimbulkan adanya upaya untuk mempertahan-kan
diri (defence mechanism). Terdapat beberapa bentuk dari
pertahanan diri ini di antaranya adalah (a) melakukan penyerangan (defence
by attack), (b) melarikan diri (defence by withdrawing), (c)
mengubah lingkungan (restructuring the world), (d) mengubah diri sendiri
(restructuring the self). Berdasarkan
kajian teoretik di atas, yang dimaksud dengan konsep diri adalah sikap dan
tanggapan se-seorang dalam bertindak
yang mempengaruhi prilaku-nya dalam
melakukan sesuatu, dengan indikator; pe-mahaman diri, pengorganisasian
diri, pengaktuali-sasian diri dan pertahanan diri.
Komunikasi
Interpersonal. Diungkapkan oleh Byars dan Rue (2000:82) bahwa komunikasi
interpersonal merupakan suatu proses interaktif
interpersonal yang berhubungan dengan kegiatan pengiriman dan penerimaan
pesan baik secara verbal maupun non verbal. Cukup banyak faktor yang dapat
mengganggu dan menyebab-kan pengiriman pesan ini gagal, beberapa di an-taranya
adalah: (a) perbedaan interpretasi dan arti kata (semantik), (b) perbedaan
persepsi, (c) kebia-saan mendengar yang buruk, (d) umpan balik yang kurang
jelas, dan (e) perbedaan interpretasi dari komunikasi nonverbal.
Ditegaskan oleh DeVito (2002:156)
bahwa komu-nikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara dua
orang yang telah jelas hubu-ngannya. Definisi ini mengungkapkan bahwa hampir
tidak mungkin komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih tidak dipertimbang-kan
sebagai komunikasi interpersonal, yang pasti adalah terdapat berbagai hubungan, yang apabila diperluas
hubungan tersebut dapat meliputi ke-lompok kecil, maupun mitra kerja.
Dinyatakan
oleh DeFleur dan Dennis (1988 : 9) bahwa individu yang terlibat dalam
komunikasi interpersonal secara tatap muka
tidak hanya meng-gunakan kata-kata dan pola tata bahasa saja, tetapi
mengandalkan juga gerak-isyarat (gesture) nonverbal dan bahasa tubuh
yang kompleks untuk mengutarakan maksudnya. Di setiap budaya, eks-presi muka, pola tindakan, dan gerak-isyarat
mem-punyai standar interpretasi yang berbeda. Diterangkan oleh De Vito dikutip dari Bochner, dan Cappella (2002 :
205) bahwa teori komunikasi mendefinisikan komunikasi interpersonal dalam
beberapa hal yang berbeda pada sifat dasarnya, yaitu: (a) dengan cara
memperhatikan komponen utamanya yaitu si pengirim pesan (b) dianggap sebagai
komunikasi yang terjadi antara dua orang yang telah memiliki hubungan yang
jelas dan telah ada sebelumnya. (c) sebagai hasil akhir dari suatu kemajuan
komunikasi. Dikemukakan oleh Bungin (2006 : 258) bahwa komu-nikasi interpersonal kualitasnya sangat ditentukan oleh kekhasan
kualitas individu yang berhubungan dengan individu lainnya. Tiga faktor yang mempengaruhi
ialah (1) persepsi terhadap diri pribadi (self perception) yaitu
kesadaran akan diri sendiri dalam
mengungkapkan siapa dirinya. (2) Kesadaran pribadi (self awareness)
dengan cara memahami dirinya sendirinya. (3) Pengungkapan diri (self dis-closure) yaitu proses mengungkapkan
diri melalui proses komunikasi dengan cara memberikan infor-masi tentang
dirinya ke orang lain. Dijelaskan oleh Arendondo (2000:5) bahwa dalam
prakteknya komunikasi interpersonal didukung oleh empat faktor penting yaitu:
(a) teknologi, (b) intensitas waktu, (c) perbedaan dan (d) pertang-gung jawaban.
Berdasarkan
kajian teoretik di atas, yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal adalah
penyam-paian dan penerimaan pesan antarindividu baik secara verbal maupun
nonverbal, dengan indikator keterbukaan,
empati, persamaan persepsi, dan pemahaman pesan.
Efikasi
diri (Self-Efficacy). Dinyatakan oleh George dan Jones (2008 : 104) bahwa efikasi diri
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan tugasnya dengan
sukses. Pegawai dengan efikasi diri tinggi
memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang sulit, dan kemampuan ini memperkuat dukungan yang mereka
dapatkan dalam bentuk kesepaka-tan dan
motivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dijelaskan oleh Lussier (1996
: 81) bahwa efikasi diri merupakan
kemampuan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu dalam situasi yang khusus.
Efikasi diri mempengaruhi upaya seseorang, ke-gigihannya dan minatnya
dalam mengatasi ke-sulitan dari sasaran yang dipilihnya. Diterangkan oleh
Charrington (1995 : 79) bahwa efikasi diri merupakan suatu karakteristik yang
dapat dipelajari dan dibutuhkan meliputi (1) Keunggulan yang diterapkan (enactive
mastery), berkenaan dengan adanya pengulangan
perbua-tan ataupun pelaksanaan tugas. (2) Pengalaman yang dialami oleh orang
lain (vicarious experience), mengamati prilaku orang lain
(sebagai model) hampir sama efektifnya seperti enactive mastery. (3)
Persuasi verbal (verbal persuasion), merupa-kan sumber penting bagi
informasi efikasi diri, khususnya apabila sumber informasi memiliki
kredibilitas dan keahlian yang tinggi (4) Persepsi dari pernyataan psikologis
seseorang (percep-tions of one’s
psychological state). Persepsi
efikasi diri dipengaruhi oleh
timbulnya pernyataan seketika. Dikemukakan oleh Halonen dan Santrock
(1999 : 456) bahwa efikasi diri merupakan potensi pribadi yang sangat
penting khususnya dalam mengem-bangkan prilaku
adaptif. Selain itu sebagaimana dikutip dari Bandura dinyatakan bahwa
efikasi diri adalah kunci sukses dalam terapi. Setelah seseorang mendapatkan kepercayaannya dan menyatu
dalam prilaku adaptif, maka hal ini akan memotivasi pencapaian kesuksesannya.
Disampaikan oleh Carlson dan Buskist (1999:459) bahwa ekspektasi seseorang tentang
pencapaian kesuksesannya sangat erat kaitannya dengan potensi efikasi diri yang dimilikinya dan merupakan faktor penting
yang menentukan seseorang apa-kah ia akan berusaha untuk membuat
perubahan dalam lingkungannya atau tidak. Hal ini dinyatakan oleh karena efikasi diri merupakan suatu
bentuk kompetensi yang dimiliki seseorang. Ditegaskan oleh Bandura (1995 : 150)
bahwa sese-orang yang kompeten dapat
mempengaruhi efikasi dirinya melalui berbagai upaya aktif seperti
“pe-ngaruh verbal” secara khusus dapat efektif dilakukan apabila komunikator
dibantu dengan sifat yang dapat dipercaya, keahlian, dan memiliki daya tarik. Dinyatakan oleh
Baron (1996 : 392) bahwa efikasi diri merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk dapat melaksanakan tindakan yang diinginkan. Semakin tinggi
perasaan seseorang tentang efikasi diri yang dimilikinya maka semakin
baik kecenderungannya untuk melakukan tugas yang lebih beragam. Keberhasilan
seperti itu sudah tentu pada akhirnya dapat mengarahkan seseorang pada perasaan positif tentang dirinya secara lebih
menyeluruh. Dikemukakan oleh Branden
(2001:127) bahwa secara konsep, efikasi diri
dapat dibedakan dalam dua hal yaitu (1) metaphysical efficacy
(metafisika efikasi diri), yang menjadi bagian dari hubungan manusia secara
mendasar pada suatu kenyataan yang merefleksikan dasar orientasi realitas dalam
proses berpikirnya. (2) particularized
efficacy (peng-khususan efikasi diri) yang menunjukkan efektivi-tas
seseorang pada kerja kerasnya dalam bidang tertentu, sebagai hasil dari
pengetahuan dan ke-terampilan tertentu yang telah dimilikinya. Pada bagan model
teoretik di bawah ini meng-gambarkan tentang
pengaruh konsep diri terha-dap berbagai prilaku manusia, termasuk
prilaku dalam kemampuan mengatasi tekanan (stress) yang merupakan bagian dari efikasi diri seseorang. (Caproni, 2001:31-33).
|
Pada umumnya seseorang yang memiliki konsep diri selalu dibebani pekerjaan yang lebih banyak di bandingkan
dengan mereka yang kurang memiliki. Keingingan dan kemauan yang kuat
untuk menye-lesaikan tugas secara cepat dan berkualitas meru-pakan kemampuan untuk mengatasi tekanan dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Justru hal
inilah yang menyebabkan pimpinan
selalu mengandalkannya untuk melakukan berbagai pekerjaan meskipun kadangkala bukan merupakan tugasnya. Seseorang yang memiliki konsep diri yang kuat
menimbulkan kepercayaan pimpinan untuk
memberikan pekerjaan yang lebih banyak dan beragam serta memiliki
tingkat kesulitan yang tinggi meskipun kadangkala melebihi tugas dan tanggung
jawabnya.
Berdasarkan uraian di atas yang
dimaksud dengan efikasi diri adalah kegigihan seseorang dalam me-laksanakan tugasnya secara optimal dengan
indi-kator; potensi diri, percaya diri, motivasi diri, dan upaya diri
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei dengan menerapkan kajian hubungan kausal Penelitian ini dilakukan
di Perpustakaan Nasional RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Departe-men yang
memberikan layanan informasi kepada masyarakat, beralamat di Jalan Salemba Raya
28A dan Jalan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta Pusat. Penelitian ini direncanakan
akan dilakukan selama kurang lebih 6 (enam)
bulan yang dimulai bulan November 2007 sampai dengan bulan April 2008. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang pustakawan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Uji Normalitas
Ketentuan yang
berlaku dalam pengujian ini adalah apabila statistik L0 < Ltabel
(α = 0,05) maka data berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila L0
> Ltabel ((α = 0,05) maka data tidak
berdistribusi normal.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Kelompok
|
Lo
|
L(0,05,60)
|
Kesimpulan
|
X1 terhadap X4
|
0,0571
|
0,1143
|
Berdistribusi normal
|
X1 terhadap X3
|
0,0562
|
0,1143
|
Berdistribusi normal
|
X2 terhadap X4
|
0,1092
|
0,1143
|
Berdistribusi normal
|
X2 terhadap X3
|
0,0824
|
0,1143
|
Berdistribusi normal
|
X3 terhadap X4
|
0,1010
|
0,1143
|
Berdistribusi normal
|
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas varians pada data dua varia-bel menggunakan uji bartlet. Nilai
signifikan berda-sarkan nilai chi kuadrat dengan nilai taraf signifikan 0,05
pada nilai derajat bebas (db) berasal dari jumlah db seluruh kelompok. Varians kelompok data dinyatakan homogen apabila
X2hitung < X2tabel.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji
Homogenitas
Varians
|
dk
|
X2hitung
|
X2tabel
α = 0,05
|
Ketera-ngan
|
X1 terhadap
X4
|
14
|
2,346
|
22,4
|
Homogen
|
X1
terhadap X3
|
14
|
2,134
|
23,68
|
Homogen
|
X2
terhadap X4
|
20
|
0,731
|
30,1
|
Homogen
|
X2
terhadap X3
|
20
|
5,365
|
30,1
|
Homogen
|
X3
terhadap X4
|
21
|
1,779
|
31,4
|
Homogen
|
3. Uji Regresi,
Linearitas dan Korelasi
Hubungan antar
variabel diuji melalui analisis uji regresi untuk mengetahui apakah
variabel-variabel tersebut memenuhi syarat memiliki hubungan linear dan
keberartian regresi. Lebih jauh, analisis ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar korelasi dari variabel-variabel yang ada hubungan-nya secara
kausal sebagai dasar dari perhitungan analisis jalur. Regresi berarti apabila Fhitung>Ftabel,
sehingga nilai koefisien korelasi merupakan angka perhitungan yang menyatakan
adanya tingkat kekuatan hubungan. Kekuatan korelasi mempu-nyai tingkat
keberartian yang dapat diterima apabila thitung > ttabel.
Tabel 3. Rangkuman Uji Regresi, Uji Linearitas dan
Analisis Korelasi
No.
|
Varibel yang diuji
|
Signifikansi
|
Linearitas
|
Keberatian
Korelasi
|
|||||
Fhitung
|
Ftabel
|
Fhitung
|
Ftabel
|
thitung
|
ttabel
|
||||
1.
|
X1 - X4
|
15,863
|
4.00
|
1,349
|
1,91
|
2,328
|
1,677
|
||
2.
|
X2 - X4
|
23,979
|
4,00
|
0,789
|
1,94
|
2,490
|
1,677
|
||
3.
|
X3 - X4
|
25,348
|
4,00
|
0,805
|
1,85
|
2,298
|
1,677
|
||
4.
|
X1 - X3
|
10,589
|
4,00
|
1,155
|
1,91
|
2,122
|
1,677
|
||
5.
|
X2 - X3
|
25,787
|
4,00
|
1,184
|
1,85
|
4,258
|
1,677
|
||
C. Uji Hipotesis
Penentuan analisis jalur baru dapat dilakukan se-telah seluruh persyaratan
dipenuhi. Berdasarkan model kausal yang dibentuk secara teoretik maka diperoleh
diagram jalur yang menghasilkan 5 (lima) buah koefisien jalur, yaitu ρ41, ρ31, ρ42, ρ32, dan ρ43. Sedangkan hasil
perhitungan koefisien korelasi pada tabel diperoleh nilai koefisien jalur
sebagai berikut:
Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien
Jalur
Koefisien Jalur
|
t-hitung
|
t0.05(58)
|
Pengaruh
|
Keputusan
|
||
Langsung
|
Tidak
Langsung
|
|||||
ρ41
|
0,254
|
2,328
|
1,677
|
0,064
|
0,067
|
Signifikan
|
ρ31
|
0,238
|
2,122
|
1,677
|
0,057
|
-
|
Signifikan
|
ρ42
|
0,300
|
2,490
|
1,677
|
0,090
|
0,136
|
Signifikan
|
ρ32
|
0,478
|
4,258
|
1,677
|
0,228
|
-
|
Signifikan
|
ρ43
|
0,285
|
2,298
|
1,677
|
0,081
|
-
|
Signifikan
|
Pengaruh
Langsung:
·
Konsep Diri (X1) secara
terpisah berpengaruh langsung terhadap Kinerja Pustakawan (X4)
dengan koefisien ρ =
0,254, dan juga berpengaruh langsung terhadap Efikasi Diri (X3)
dengan koefisien ρ = 0,238.
·
Komunikasi Interpersonal (X2)
secara terpisah berpengaruh langsung terhadap Kinerja Pusta-kawan (X4) dengan koefisien ρ =
0,300, dan juga berpengaruh langsung terhadap Efikasi Diri (X3)
dengan koefisien ρ = 0,378.
·
Efikasi Diri (X3) secara
langsung berpengaruh terhadap
Kinerja Pustakawan (X4) dengan koefisien ρ = 0,285
Pengaruh
Tidak Langsung:
·
Konsep Diri (X1) berpengaruh
tidak langsung terhadap Kinerja Pustakawan (X4) melalui Efikasi Diri
(X3) dengan koefisien ρ = ( 0,238 x 0,285) = 0,068.
·
Komunikasi interpersonal (X2)
berpengaruh tidak langsung terhadap Kinerja Pustakawan (X4) melalui Efikasi Diri (X3) dengan
koefisien ρ = ( 0,478 x 0,285) = 0,136.
Pengaruh secara Simultan:
·
Konsep Diri (X1) dan Komunikasi Interpersonal (X3)
secara simultan berpengaruh terhadap Efikasi Diri (X3), terdapat
pengaruh lain dari luar variabel sebesar (ε1) = 0,642
·
Konsep Diri (X1), Komunikasi
Interpersonal (X2), dan Efikasi Diri (X3) secara simultan
berpengaruh terhadap Kinerja Pustakawan (X4), dan terdapat pengaruh
lain dari luar variabel sebesar (ε2) = 0 oleh,563
PENUTUP
Kesimpulan. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh beberapa temuan yang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Terdapat dua variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu konsep diri dan dan komunikasi interpersonal yang sama-sama berpengaruh
langsung secara signifikan terhadap efikasi diri. Berdasarkan hasil temuan
menunjukkan bahwa komunikasi interper-sonal merupakan variansi paling dominan
yang berpengaruh langsung terhadap efikasi diri. Dari ketiga variabel bebas
yaitu konsep diri, komunikasi interpersonal dan efikasi diri sama-sama
berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kinerja. Namun secara dominan
komunikasi interpersonal menunjukkan pengaruh secara langsung yang lebih besar
terhadap kinerja. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja akan dicapai secara maksi-mal apabila didukung oleh komunikasi
interper-sonal yang aktif dan efektif. Komunikasi
interper-sonal dimaksud didukung oleh faktor keterbukaan, empati, persamaan
persepsi dan pemahaman pesan yang secara signifikan berpengaruh terha-dap
kinerja. Mengacu pada hasil kesimpulan tersebut di atas maka untuk
mengoptimalisasikan kinerja pustakawan di
lingkungan Perpustakaan Nasional RI maka perhatian utama yang perlu diberikan adalah
meningkatkan komunikasi interpersonal, kemudian diikuti dengan pemantapan
konsep diri dari penguatan efikasi diri pustakawan. Ketiga variabel tersebut
memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap peningkatan kinerja pustakawan di
lingkungan Perpustakaan Nasional RI.
Saran. Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tersebut di atas, maka disarankan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Setiap pustakawan diharapkan mampu me-realisasikan
konsep diri, meningkatkan komu-nikasi interpersonal dan memperkuat
efi-kasi dirinya agar mampu mengantisipasi setiap perubahan, tantangan, dan
masalah yang dihadapi dan sekaligus mampu me-manfaatkan peluang yang ada dalam
me-ngelola dan memberikan akses informasi secara globalisasi.
2.
Diperlukan kebijakan yang dapat memoti-vasi terwujudnya konsep diri,
meningkatnya interpersonal komunikasi dan menguatnya efikasi diri pustakawan
sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan, krea-tivitas, inovasi dan kompetensi diri mereka sebagai tenaga fungsional profesional tanpa
terlalu banyak dibatasi oleh arahan,
instruksi dan petunjuk atasan yang bersifat birokrasi.
3.
Perlu diperhatikan hal-hal bersifat eksternal untuk meningkatkan kinerja
pustakawan yang berkaitan dengan kebijakan lembaga seperti pemberian apresiasi, promosi, mutasi, rotasi, pembinaan karier dan peningkatan
kualitas sumber daya pustakawan serta sanksi yang harus diterapkan secara
kon-sisten dan konsekuen.
4.
Perlu ditunjang oleh sistem komunikasi
interpersonal yang efektif dalam memper-lancar setiap proses kegiatan, dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksana-an dan pengawasan dalam mengelola infor-masi yang
dapat dimanfaatkan secara cepat, luas, dan merata baik di tingkat
nasional maupun global.
5.
Perlu adanya kebijakan dalam penetapan numerasi, insentif, dan jaminan
kesejahte-raan sosial yang lebih memadai agar pus-takawan dapat melaksanakan
tugasnya se-cara profesional.
DAFTAR
RUJUKAN
Arrendondo, Lani. Communicating
Effectively. New York, McGraw-Hall, 2000.
Bandura, Albert. Self-Efficacy
in Changing Societies. Cambridge :Cambridge University Press, 1995.
Branden, Nathaniel. The
Psychology of Self-Esteem: A Revolutionary Approach to Self-Under-standing that
Launched a New Era in Modern Psychology. San Fransisco:
Josse-Bass, 2001.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori,
Para-digma, dan Diskursus Teknologi Komuni-kasi di Masyarakat. Jakarta:
Kencana, 2006.
Byars, Lloyd L. and Rue, Leslie W.
Human Resource Management, Sixth Edition. Boston: Irwin McGraw-Hill,
2000.
Caproni, Paula J. The Practical Coach: Management
Skills for Everyday Life (New Jersey
: Prentice-Hall, Inc, 2001
Carlson, Neil R. and Buskist,
William. Psychology: The Science of
Behavior, The fifth Edition. Boston:
Allyn and Bacon, 1999..
Cherrington, David J.
Organizational Behavior: The Management of Individual and Organizational
Performance. Boston : Allyn and Bacon, 1994.
DeFleur,
Melvin L. and Dennis, Everette E. Understanding Mass Communication.
Boston: Houghton Mifflin Company, 1988.
Dessler, Gary. Personel/Human
Resource Manage-ment, Fifth Edition. Toronto: Prentice Hall, 1999.
DeVito, Joseph A. Essentials of
Human Communica-tion, Fourth Edition. Boston, Allyn and Bacon, 2002.
George, Jennifer
M. and Jones, Gareth R. Understanding
and Managing Organizational Behavior, Fith Edition. New Jersey, Pearson
Prentice Hall, 2008.
Halonen, Jane S. and Santrock,
John W. Psychology Contexts and Applications, Third. Boston: McGraw-Hill College, 1999.
Kreitner, Robbert dan Kinicki,
Angelo. Prilaku Organi-sasi, Terjemahan Erly Suandy. Jakarta:
Salemba Empat, 2000.
Liliweri, Alo. Wacana
Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar Maju, 2004
Lussier, Robert N. Management:
Concept, Applica-tions and Skill Development. Chicago: South Western, 1997.
Luthans, Fred. Organizational
Behavior 10th Edition. Boston: The McGraw-Hill Companies, Inc,
2006.
Muntholi’ah. Konsep
Diri Positif : Penunjang Prestasi PAI. Semarang : Gunungjati dan Yayasan
al-Qalam, 2002.
Pace R. Wayne and Faules, Don F. Komunikasi
Organisasi :Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan Cetakan ke-6,
Suntingan . Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Sheal, Peter. The
Staff Development Handbook : An Action Kit to Improve Performance. Jakarta
: Gramedia, 2003.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda, 2005.
Wright, Patrick M. and Noe,
Raymond A. Management of Organizations. Chicago: Irwin, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar