Dirgantara Wicaksono M.Pd,MM
- PENGANTAR
Karya
ilmiah atau lzimnya disebut dengan KI umumnya terdiri dari atas Bab I Pendahuluan, Bab II kajian
pustaka atau Landasar Teori, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV analisis dan
Hasil Penelitian dan Bab V Kesimpulan. Pada materi ini penulis hanya akan
menjelaskan panduan dasar dalam penyusunan karya ilmiah khusus pada bagian
pendahuluan dan landasan teori yang disertai cara mencantumkan teknik notasi
ilmiah.
- BAGIAN PENDAHULUAN
1.
Substansi Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah berisi
pendeskripsian tentang permasalahan umum dari topik yang akan kita diteliti.
Latar belakang masalah juga berisi alasan-alasan pemilihan judul/masalah yang
kita kemukakan baik secara teoritis maupun secara praktis. Kita juga harus
menjelaskan posisi msalah yang diangkat di antara penelitian lain yang relevan
melalui timbangan pustaka/ literatur. Kemudian, isi terakhir dari latar
belakang masalah adalah penyebutan judul tugas akhir (Karya ilmiah) yang akan
kita ajukan.
Untuk mengawali kalimat dalam latar belakang masalah bisa
digunakan dengan tujuan penulisan. Tujuan penulisan dapat dinyatakan dengan dua
cara. Jika sebuah tulisan akan mengambangan gagasan yang merupakan tema seluruh
tulisan, tujuan dapat dinyatakan dalam bentuk Karya ilmiah . Namun, untuk suatu tulisan yang tidak mengembangkan gagasan
seperti itu, tujuan penelitian dapat dituliskan dalam bentuk pernyataan maksud.
a.
Cara
Menyusun Karya ilmiah (KI)
Setiap KI mengandung gagasan pokok yang
akan dikembangkan. Kata yang mengandung gagasan itu merupakan kata kunci. Dalam
hal itu ada beberapa keharusan dan larangan yang harus diperhatikan. KI yang
baik harus dapat meramalkan, mengendalikan, dan mengarahkan penulis dalam
mengembangkan substansi dari masalah yang diangkat, KI harus dinyatakan dalam
kalimat lengkap; tidak boleh dinyatakn dalam bentuk fase. KI harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan tidak
boleh dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Benar : Motivasi berpengaruh pada peningkatan
kinerja pada suatu perusahaan.
Salah : Apakah motivasi berpengaruh pada
peningkatan kinerja pada suatu perusahaan?
Selanjutnya, bagian-bagianya harus saling
berhubungan, KI tidak boleh mengandung unsur-unsur yang tidak berkaitan. KI
harus terbatas, tidak boleh terlalu luas.
Benar : Di Kelurahan cibubur, Kecamatan Ciracas, Kotamadya Jakarta Timur upaya
peningkatan kesadaran wajib Pajak berpengaruh pada peningkatan Pajak bumi dan
Bangunan (PBB).
Salah : Di Indonesia, upaya peningkatan wajib pajak berpengaruh pada
peningkatan Pajak Bumi dan bangunan (PBB).
KI tidak boleh mengandung ungkapan seperti ”menurut pendapat saya”, ”saya
duga”, dan ”saya kira”. Ungkapan semacam itu akan melemahkan argumentasi.
Benar : Terdapat hubungan penetapan tarif murah dengan hasil penjualan pada
perusahaan penerbangan PT Jakarta Airlines Perwakilan Denpasar tahun 2006-2010.
Salah : Saya kira terdapat hubungan penetapan tarif murah dengan hasil
penjualan pada perusahaan penerbanagan PT Jakarta Airlines Perwakilan Denpasar tahun
2013-2014
b. Pernyataan
Maksud
Contoh-contoh pernyataan maksud berikut ini dengan jelas menunjukkan tujuan
penulisan dan membantu mengembangkan karangan
Dalam karya ilmiah ini akan
membahas kaitan antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja pada PT Wiyata Tour
and Trevel pada tahun 2012-2013.
Penulis ingin mengemukakan peranan
Economic Order Quality(EOQ) di dalam meningkatkan efisiensi pada PT Wiyata Tour
and Trevel pada tahun 2012-2013.
2.
Substansi
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah adalah pokok permasalahan yang akan kita bahas atau
pertanyaan-pertanyaan berupa pokok permasalahan yang akan kita bahas dalam karya
ilmiah. Oleh karena itu, kalimat yang kita buat dalam’ rumusan masalah’ adalah
kalimat tanya (interrogative), sedangkan ‘tujuan penelitian’ berisi
pendeskripsian secara singkat, jelas, dan tajam mengarah pada rumusan masalah
dan latar belakang masalah. Kalimat dalam ‘tujuan penelitian’ berupa pernyataan atau
kalimat berita (declarative). Perhatikan contoh penulisan rumusan masalah dan
tujuan penelitian yang kurang memperhatikan kesantunan berbahasa.
Ketidaksantunan
bahasa dalam ’rumusan masalah’ dan ’tujuan penelitian’ terdapat pada penggunaan
sistematika penomoran dan ejaaan. ada
dua sistematika penomoran, yaitu sistem angka desimal dan sistem gabungan angka
dan huruf
Seringkali peneliti sering melakukan kesalahan pada ketelitian dalam
meletakkan tanda titik, penggunaan tanda simbol atau lambang pada kalimat uraian
juga merupakan ‘penyakit mahasiswa’. Hal ini penulis katakan karena
seringnya mahasiwa melakukan kesalahan tersebut. Padahal, penggunaan simbol dilakukan setelah
penulisan huruf kecil di dalam kurung buka dan tutup sebanyak dua kali ((a)).
Kemudian, mengenai penggunaan tanda baca
titik dua digunakan sebagai pengganti yaitu, adalah, ialah, dan yakin. Jadi,
setelah menggunakan yaitu tidak perlu menambahkannnya dengan tanda titik dua
atau sebaliknya. Selanjutnya, gunakanlah huruf kecil pada kata awal uraian atau perincian dan
akhirilah huruf kecil pada kata awal uraian atau perincian dan akhirilah dengan
tanda koma (..., ..., ..., dan ....) atau titik koma (...; ...; ...; ....).
Dengan demikian, penulisan ’rumusan masalah’ dan ’tujuan penelitian’ yang
memiliki kesantunan berbahasa penulisannya seperti berikut ini.
C. SISTEMATIKA BAHASA DALAM BAGIAN
LANDASAN TEORI
- Isi Landasan Teori
Dalam Bab II, Landasan Teori, berisi
pendekatan-pendekatan atau teori-teori relevan dengan judul dan rumusan masalah
yang akan kita gunakan untuk mengupas, menganalisis, dan menjelaskan variabel
yang akan kita teliti. Pendekatan atau teori yang akan kita gunakan, tentunya,
dikutip dari pendapat para ahli di bidangnya dari beberapa sumber bacaan yang
telah teruji kebenarannya. Pendapat para ahli tersebut berfungsi untuk
menguatkan argumentasi kita dalam menganalisis masalah yang kita kaji. Sebagai
orang yang berkecimpung dalam dunia akademik merupakan suatu kewajiban terhadap
kode etik keilmiahan untuk mnecantumkan sumber bacaan tersebut di dalam
karangan ilmiah kita. Pencantuman sumber bacaan ini digunakan sebagai penguat
dan penghargaan kita terhadap karya orang lain.
Terdapat teknik yang mengatur cara-cara mencantumkan
sumber bacaan yang sahih, baik sumber bacaan yang berasal dari makalah,
laporan, skripsi, tesis, disertasi, buku, majalah, surat kabar, antologi,
maupun website di internet maupun antologi yang diatur dalam teknik
notasi ilmiah yang terdiri atas catatan teks (innote) dan catatan kaki (footnote).
Perlu penulis jelaskan dalam handout atau diktat bukan sumber bacaan
yang sahih dan tidak dapat dipergunakan sebagai referensi penulisan karangan
ilmiah.
- Catatan Teks atau Innote
Catatan
teks atau innote berhubungan dengan kutipan atau rangkuman.
Rangkuman dan pengutipan digunakan untuk mendukung ide atau gagasan yang akan
kita sampaikan. Pengutipan adalah penggunaan teori, konsep, ide, dan lain yang
sejenis yang berasal dari sumber lain, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Semua pengutipan harus disertai perujukan. Kealpaan untuk merujuk
kutipan dapat dianggap melanggar etika penulisan karya ilmiah.
a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah
kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun
ejaannya. Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan ke dalam
teks, diketik seperti ketikan teks, diawali dan diakhiri dengan tanda petik
(“). Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan. Rujukan
ditulis diantara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum
dalam daftar pustaka, tanda koma, tahun terbitan, titik dua, spasi, dan
diakhiri dengan nomor halaman (Penulis, Tahun:Halaman). Kutipan yang terdiri
dari empat baris atau lebih, diketik satu spasi, dimulai tujuh ketukan dari
batas tepi kiri. Sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan. Berikut
ini adalah contoh kutipan langsung pendek yang diikuti denggan innote.
Apabila pengutip memandang perlu
untuk menghilangkan beberapa bagian kalimat, pada bagian itu diberi titik
sebanyak tiga buah. Bila pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih,
maka pada bagian yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik sepanjang
satu baris. Apabila pengutip ingin memberi penjelasan atau menggarisbawahi
bagian yang dianggap penting, pengutip harus memberikan keterangan. Keterangan
tersebut berada diantara tanda kurung, misalnya: (garis bawah oleh pengutip).
Apabila penulis menganggap bahwa ada satu kesalahan dalam kutipan, dapat
dinyatakan dengan menuliskan symbol (sic!) langsung setelah kesalahan tersebut.
Kutipan langsung ditampilkan untuk mengemukakan konsep atau informasi sebagai
data. Titik-titik sepanjang satu baris menandai penghilangan sebuah kalimat
titik-titik sebanyak tiga menandai penghilangan kata, dan (sic!) menandai
adanya kesalahan dalam kalimat.
b. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan
tidak lansung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip
hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali
dengan kalimat yang disusun oleh pengutip. Kalimat-kalimat yang mengandung
kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana teks biasa. Semua
kutipan harus dirujuk. Sumber sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah
kalimat-kalimat yang mengandung kutipan. Apabila ditulis sebelum teks kutipan,
nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks,
diikuti dengan tahun terbitan diantara tanda kurung. Apabila ditulis sesudah
teks kutipan, rujukan ditulis di antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir
sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri dengan
tahun terbitan. Perhatikan contoh berikut ini.
c.
Peletakkan Catatan Teks
1)
Innote sebelum kutipan
2)
Innote setelah kutipan
3)
Innote
dengan
dua pengarang atau lebih
4)
Innote berasal dari dua buku
dengan nama dan tahun sama
3.
Catatan
Kaki atau Footnote
a.Pengertian Catatan Kaki
Catatan
kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai penghargaan
terhadap karya orang lain. Catatan kaki dipergunakan sebagai pendukung
keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum di dalam teks atau
sebagai petunjuk sumber; tempat memperluas pembahasan yang diperlukan, tetapi
tidak relevan jika dimasukkan didalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan
pula, referensi silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada bagaian mana
halaman berapa, hal yang sama dibahas di dalam tulisan, tempat menyatakan
penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.
b. Cara Penulisan Catatan
Kaki
Catatan
kaki dicantumkan pada kaki halaman karangan atau di setiap akhir bab karangaan.
Jika menggunakan komputer tekanlah tombol Insert.
Referensi lalu pilihlah
footnote/endnote. Gunakan alinea menjorok. Selanjutnya, penomoran catatan kaki
dilakukan dengan menggunakan angka Arab (1,2, dan seterusnya) di belakang
bagian yang diberi catatan kaki, agak keatas sedikit, beri spasi tanpa
memberikan tanda baca apa pun.
c. Susunan Catatan Kaki
penyusunan catatan kaki dapat
dilakukan dengan cara seperti berikut ini :
d.
Catatan Kaki Singkat
seringkali
kita tidak hanya mengutip sekali dari satu sumber bacaan, tetapi dua, tiga,
atau lebih kita mengambil kutipan dari sumber bacaan tersebut. Cara praktis
yang dapat kita terapkan adalah pencantuman catatan kaki singkat. Ada tiga istilah dalam
catan kaki singkat, yaitu sebagai berikut :
1)
Ibid., adalah bentuk singkat dari Ibidium,
artinya sama dengan di atas. Ibid digunakan untuk catatan kaki yang
sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat diatasnya. Cara penulisan ibidium
yaitu tulis Ibid di bawah sumber bacaan yang di acu.
2) Loc. Cit. adalah bentuk singkat
dari loco citati, artinya tempat yang telah dikutip. Loc. cit.
digunakan untuk pencantuman sumber bacaan yang sama, tetapi sudah diselingi
oleh sumber bacaan yang lain. Cara penulisannya : nama pengarang loc. cit (tanpa
nomor halaman).
3) Op. cit adalah bentuk singkat
dari opere citati, artinya dalam karya yang telah dikutip, Op. cit dipergunakan
untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip. Op. cit dipergunakan
untuk catatan kai dari sumber yang pernah dikutip, tetapi halaman berbeda dan telah
disisipi catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, op.cit,
dan nomor halaman.
Penulisan
singkat ibid, loc. cit., dan op. cit dengan menggunakan huruf kecil karena
merupakan singkatan ungkapan umum dan ditulis dengan menggunakan huruf miring
karena berupa istilah asing. Berikut adalah contoh penerapan notasi ibid,
loc. cit., dan op. cit.. perhatikan contoh footnote pada
makalah Bab I Pendahuluan dan penjelasannya.
Keterangan :
1Arsyad,
Ekonomi Menejerial (Yogyakarta :
BPEE, 2002), hlm. 3.
Artinya, untuk
footnote yang pertama, Anda mengambil kutipan dari buku yang berjudul Ekonomi Menejerial Karangan Lincoln
Arsyad, halaman ke-3 yang diterbitkan oleh BPEE pada 2000 di Yogyakarta.
2Ibid.
Artinya, sumber
bacaan yang kedua sama dengan sumber bacaan di atas (footnote 1)
3sukirno,
Pengantar Teori Mikroekonomi (Jakarta
: Rajawali Pers, 2002), hlm.
Artinya, sumber
bacaan yang ketiga berasal dari buku Pengantar Teori Mikroekonomi halaman ke-4
yang ditulis oleh Sadono Sukirno. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Rajawali
Press pada 2002.
4Melayu,
Dasar-dasar Perbankan (Jakarta : Bumi
Aksara, 2005), hlm. 12.
Berarti,
footnote keempat ini diambil dari buku Dasar-dasar
Perbankan halaman ke-12 yang ditulis oleh Melayu pada 2005 dan diterbitkan
oleh Bumi aksara.
5Arsyad,
loc. cit.
Berarti, footnote
ini bersumber sama (nama penulis, judul buku, penerbit, tahun, dan halaman)
dengan di atas (footnote nomor 1 atau buku yang ditulis oleh Arsyad) yang sudah
diselingi sumber bacaac lain (diselingi oleh sumber bacaan dari pengarang
Sukirno dan Melayu).
6Sukirno,
op. cit., hlm. 5.
Berarti, sumber
bacaan pada notasi ke-6 ini sama dengan di atas (footnote nomor 3 atau buku
yang ditulis Sukirno), tetapi halaman berbeda dan sudah diselingi sumber bacaan
lain.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitiaan
Penelitian studi kasus
ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut Poerwandari (1998)
penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti
transkripsi wawancara , catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan
lain-lain.
Dalam penelita kualitatif
perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi
penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan
kondisi kehidupan nyata.( Patton dalam Poerwandari, 1998)
B.
Subjek Penelitian
CONTOH
subjek penelitian :
Dalam penelitian karakteristik subjek adalah Sebagai berikut :
Subjek penelitian ini adalah wanita
yang berusia 46 tahun, pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
belum menikah, dan single mother.
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang.
C.
Tahap-tahap
penelitian
Dalam penelitian terdapat dua tahap
penelitian, yaitu :
1. Tahap Persiapan
Penelitian
Pertama peneliti membuat
pedoman wawancara yang disusun berdasarkan demensi kebermaknaan hidup sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi
pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara.
Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam
hal ini adalah pembibing penelitian
untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman wawancarara. Setelah
mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan
terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara.
Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang
disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara
dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya
terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat
peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti segera
mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai.
Peneliti selanjutnya
mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Untuk itu
sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek tentang
kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai,
peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan temapat
untuk melakukan wawancara.
2. Tahap pelaksanaan
penelitiaan
Peneliti membuat kesepakatan
dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan
pedoman yang dibuat. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil
rekaman berdasrkan wawancara dalam bentuk verbatim tertulis. Selanjutnya
peneliti melakukan analisis data dan
interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian
metode analisis data di akhir bab ini. setelah itu, peneliti membuat dinamika
psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan saran-saran untuk
penelitian selanjutnya.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitiaan KI pada
umumnya, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu :
1. Wawancara
Menurut Prabowo (1996)
wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada
seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini
wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton
(dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum
wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta
mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa
menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang
eksplisit.
Pedoman wawancara
digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus
dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check
list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.
Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan
tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus
menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung
(Patton dalam poerwandari, 1998)
Kerlinger
(dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :
a. Mampu mendeteksi kadar
pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti
bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.
b. Fleksibel, pelaksanaanya
dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
c. Menjadi stu-satunya hal
yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.
Menurut Yin (2003)
disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu :
a. Retan terhadap bias yang
ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.
b. Retan terhadap terhadap
bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.
c. Probling yang kurang baik
menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.
d. Ada kemungkinan subjek hanya
memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviwer.
2. Observasi
Disamping wawancara,
penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini
(1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap
unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek
penelitian.
Dalam penelitian ini
observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil
wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah
observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek
dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan
data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam
Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang
dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang
terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (dalam
Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam
observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton
menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :
a.
Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang
konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.
b.
Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka,
berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan
untuk mendekati masalah secara induktif.
c. Observasi memungkinkan
peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan
peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak
diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
e. Observasi memungkinkan
peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang
dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang
pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
E.
Alat Bantu pengumpulan
Data
Menurut Poerwandari
(1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari
memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis,
menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu
(instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu,
yaitu :
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara
digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan
penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian,
tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi
digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan
penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil observasi terhadap
perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting
wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul
pada saat berlangsungnya wawancara.
3. Alat Perekam
Alat perekam berguna
Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada
proses pengambilan data tampa
harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan
data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek
untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.
F.
Keabsahan dan Keajegan
Penelitian
Studi kasus dalam KI
umumnya menggunakan penelitian pendekatan kualitataif. Yin (2003) mengajukan empat
criteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian
pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai berikut :
1. Keabsahan Konstruk (Construct validity)
Keabsahan bentuk batasan
berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur benar- benar merupakan
variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan
data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu
tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap data itu.
Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik
pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :
a. Triangulasi data
Mengguanakan berbagai
sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga
dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut
pandang yang berbeda.
b. Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar
peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini,
dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil
pengumpulan data.
c. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori
yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki
syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk
dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.
d. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai
metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan
metode observasi pada saat wawancra dilakukan.
2. Keabsahan Internal (Internal validity)
Keabsahan internal
merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui
proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan
penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil
dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal,
tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.
3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)
Keabsahan
ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan
pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada
kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki
keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki
konteks yang sama.
4.
Keajegan (Reabilitas)
Keajegan
merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan
mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama, sekali lagi.
G.
Teknik
Analisis Data
Marshall dan
Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis data
dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu
dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya :
1.
Mengorganisasikan Data
Peneliti
mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut
direkam dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan
transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk
tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar
penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
2.
Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini
dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan
keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali.
Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah
kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan
pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan
coding, melakukan pemilihan data yang
relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan
singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis
yang telah dibuat.
Pada penelitian
ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti
menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan
oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba
untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya.
Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang
terjadi pada subjek.
3. Menguji Asumsi atau
Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola
data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi
yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah
didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan landasan teori yang
telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan
antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini
tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat
asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan factor-faktor yang
ada.
4. Mencari Alternatif
Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara
kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap
penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya
tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan lain
tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang
selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada
kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir
sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain
melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna
pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
5.
Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data
subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu
penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini,
penulisan yang dipakaiadalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan
data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan
subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari
subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti
benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai
penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara
keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil
penelitian.Pengujian Sistem dan Hasil Pengujian Sistem Bab empat membahas
tentang metode pengujian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta
teknik pengolahan dan analis data, serta hasil pengujian sistem yang telah
dibuat dalam bab-bab sebelumnya. Bab lima terakhir berisi Penutup kesimpulan
dan saran dari keseluruhan penelitian.