MATEMATIKA SEBAGAI SARANA BERFIKIR ILMIAH
Oleh : Dirgantara Wicaksono
Berpikir
merupakan suatu proses yang terjadi di jaringan syaraf pada otak kita. Berpikir
merupakan perubahan dalam agregat dari representasi diri. Berpikir merupakan
ciri utama manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar
berpikir manusia mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam
guna kepentingan hidupnya. Berpikir dapat beragam orientasinya, namun secara
garis besar dapat dibedakan menjadi berpikir alamiah dan berpikir ilmiah.
Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari
dari pengaruh alam sekelilingnya, misalnya penalaran tentang panasnya api,
dinginnya es dan sebagainya. Sedangkan berpikir ilmiah adalah pola penalaran
berdasarkan pola dan sarana tertentu secara teratur. Yang terakhir ini penting
kaitannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Kemampuan menalar
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia
kekuasaan-kekuasaannya. Mengetahui yang benar dan salah, mana yang baik dan
buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Dalam melakukan pilihan ini
manusia berpaling pada pengetahuan, karena manusia adalah satu-satunya makhluk
yang mengembangkan pengetahuan ini secara sungguh-sungguh.
Manusia
mengembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup. Memikirkan
hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena hidup bukan sekedar untuk
kelangsungan hidup tapi lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan,
memberi makna pada kehidupan, “memanusiakan manusia”, yang hakikatnya mempunyai
tujuan tertentu yang lebih tinggi.
Pengetahuan mampu
dikembangkan oleh manusia disebabkan oleh dua hal :
1. Manusia
mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut.
2. Manusia
mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu
dengan cepat dan mantap, dimana secara garis besar cara berpikir seperti ini
disebut dengan penalaran.
Penalaran merupakan
suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia
pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap dan
bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang
didapatkan lewat kegiatan berpikir atau merasa. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir bukan perasaan, sedangkan
berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.
Sebagai suatu
kegiatan berpikir maka penalaran memliki ciri-ciri tertentu, antara lain:
1. Adanya
suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. Berpikir menurut pola
tertentu dengan konotasi yang bersifat jamak dan bukan plural.
2. Bersifat
analitik, yang mempergunakan logika ilmiah, perlu pengkajian lebih jauh dan
merupakan konsekuensi bahwa kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah
tertentu.
Penalaran yang
dikaji adalah penalaran yang ilmiah, bukan sesuatu yang tidak logis dan tidak
analitik, sebab usaha dalam pengembangannya merupakan usaha peningkatan mutu
ilmu dan teknologi, yang merupakan gabungan penalaran deduktif dan induktif
yang berkaitan langsung dengan pemikiran rasionalisme dan pemikiran empiris,
untuk itulah perlu diketahui sarana berpikir ilmiah dalam pengembangannya
sehingga ilmu dan pengetahuan menjadi komponen dasar peningkatan kualitas
kehidupan manusia.
Untuk dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah yang baik perlu ditunjang dengan sarana
berpikir ilmiah berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola
berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif.
Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif
dan logika induktif. Matematika mempunyai peran yang penting dalam berpikir
deduktif ini, sedangkan statistika berperan penting dalam pola berpikir
induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai
metode penelitian ilmiah yang pada hakikatnya adalah pengumpulan fakta untuk
mendukung hipotesis yang kita ajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus
didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu
langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peran
masing-masing sarana berpikir dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah
tersebut. Dalam tulisan ini secara khusus dibahas mengenai matematika dan
statistika sebagai bahasa universal dan dalam konteksnya sebagai sarana
berpikir ilmiah.
II. PEMBAHASAN
Pengertian matematika sangat sulit didefinsikan secara akurat. Pada umumnya
orang awam hanya akrab dengan satu cabang matematika elementer yang disebut
aritmatika atau ilmu hitung yang secara informal dapat didefinisikan sebagai
ilmu tentang berbagai bilangan yang bisa langsung diperoleh melalui beberapa
operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi.
Kata “matematika” berasal dari kata máthema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” juga mathematikós yang diartikan sebagai “suka belajar”.
Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran tanah dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika: studi tentang struktur, ruang dan perubahan.
Dalam
pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang
didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi
matematika; ada pula pandangan lain, misalnya yang dibahas dalam filosofi
matematika.
Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan sering kali berasal dari ilmu pengetahuan alam, dan sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga mendefinisikan dan menyelidiki struktur internal dalam matematika itu sendiri, misalnya, untuk menggeneralisasikan teori bagi beberapa sub-bidang, atau alat membantu untuk perhitungan biasa. Akhirnya, banyak matematikawan belajar bidang yang dilakukan mereka untuk sebab estetis saja, melihat ilmu pasti sebagai bentuk seni daripada sebagai ilmu praktis atau terapan.
Matematika tingkat lanjut digunakan sebagai alat untuk mempelajari berbagai fenomena fisik yang kompleks, khususnya berbagai fenomena alam yang teramati, agar pola struktur, perubahan, ruang dan sifat-sifat fenomena bisa didekati atau dinyatakan dalam sebuah bentuk perumusan yg sistematis dan penuh dengan berbagai konvensi, simbol dan notasi. Hasil perumusan yang menggambarkan prilaku atau proses fenomena fisik tersebut biasa disebut model matematika dari fenomena.
Kembali ke
uraian sebelumnya bahwa matematika sebagai sarana berpikir ilmiah yang
menggunakan pola penalaran deduktif. Sarana berpikir ilmiah ini dalam proses
pendidikan kita, merupakan bidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari
sarana berpikir ilmiah ini seperti mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini
kita harus memperhatikan dua hal. Pertama, sarana ilmiah bukan merupakan ilmu
dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui bahwa salah satu
karakterisitk dari ilmu umpamanya adalah penggunaan berpikir deduktif dan
induktif dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak
mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas
dapat dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam
mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah.
Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mepelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Dalam hal ini sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan dalam mengembangkan materi pengetahuannya berdsaarkan metode ilmiah. Atau sederhananya, sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Jelaslah mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode yang tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu tersendiri.
Untuk melakukan
kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana
tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat.
Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat
imperative bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah
yang baik tak dapat dilakukan.
Untuk dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berupa bahasa,
logika, matematika dan statistik.
a.
Matematika
1. Matematika
sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
“artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Alfred
North Whitehead mengatakan bahwa “x itu sama sekali tidak
berarti”
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan
yang terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling kepada matematika. Dalam hal
ini, kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk
menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Bahasa verbal
hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Sedangkan sifat
kuantitatif dari matematika merupakan daya prediktif dan control dari ilmu.
Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan
masalah secara tepat dan cermat.
2. Matematika
sebagai sarana berpikir deduktif
Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang
dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat didalam
ilmu-ilmu empiric, melainkan didasarkan atas deduksi (penjabaran).
Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan
premis-premis tertentu, walaupun pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya
bukanlah konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang kita telah temukan
sebelumnya. Meskipun “tak pernah ada kejutan dalam logika” (Ludwig
Wittgenstein), namun pengetahuan yang didapatkan secara deduktif sangat
berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan. Dari beberapa premis
yang kita telah ketahui, kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan
lainnya yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.
b.
Statistika
Statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh
negara dan berguna bagi negara .
Secara etimologi, kata Statistik berasal dari kata “status”
(latin) yang punya persamaan arti dengan “state” (bahasa inggris)
dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah Negara. Pada mulanya Statistik
diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka
(data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud (data kualitatif), yang mempunyai
arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu Negara.
Perkembangannya, arti kata Statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.
Secara terminologi, dewasa ini istilah Statistik terkandung berbagai macam
pengertian :
1. Statistik
kadang diberi pengertian sebagai data Statistik yaitu kumpulan bahan keterangan
berupa angka atau bilangan;
2. Kegiatan
Statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan;
3. Metode
Statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka
mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan menganalisis dan memberikan
interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat
berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.
4. Ilmu
statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara
ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan Statistik. Adapun metode dan
prodesur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka :
a. Pengumpulan
data angka;
b. Penyusunan
atau pengaturan data angka;
c. Penyajian
atau penggambaran atau pelukisan data angka;
d. Penganalisaan
terhadap data angka;
e. Penarikan
kesimpulan (conclusion);
f. Pembuatan
perkiraan (estimation);
g. Penyusunan
ramalan (prediction) secara ilmiah.
Dalam kamus ilmiah popular, kata Statistik berarti table, grafik, data
informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu
pengumpulan, analisis dan klarifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.
Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang
bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
Peranan Statistika
Statiska bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu
melainkan merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode
keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang
dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun
yang membatasinya.
Penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah dengan
sah sering kali dilupakan orang. Berpikir logis secara deduktif sering sekali
dikacaukan dengan berpikir logis secara induktif. Kekacauan logika inilah yang
menyebabkan kurang berkembangnya ilmu dinegara kita. Kita cenderung untuk
berpikir logis cara deduktif dan menerapkan prosedur yang sama untuk kesimpulan
induktif.
Untuk mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan dinegara kita maka
penguasaan berpikir induktif dengan statistika sebagai alat berpikirnya harus
mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Dalam perjalanan sejarah,
statistika memang sering mendapat tempat yang kurang layak. Statistika sebagai
disiplin keilmuwan sering dikacaukan dengan statistika yang berupa data yang
dikumpulkan.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperluaskan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, maka
statistika membantu kita untuk mengeneralisasikan dan menyimpulkan karakteristik
suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar
keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan cara dan berpikir
ilmiah dapat dilakukan dengan baik.
III.
Kesimpulan
Matematika
dan Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah. Untuk dapat melakukan kegiatan
berpikir ilmiah yang baik perlu ditunjang dengan sarana berpikir ilmiah berupa
bahasa, logika, matematika, dan statistika. Matematika mempunyai peran yang penting
dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika berperan penting dalam pola
berpikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita
menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakikatnya adalah pengumpulan
fakta untuk mendukung hipotesis yang kita ajukan. Kemampuan berpikir ilmiah
yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula.
Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peran
masing-masing sarana berpikir dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah
tersebut. Dalam tulisan ini secara khusus dibahas mengenai matematika dan
statistika sebagai bahasa universal dan dalam konteksnya sebagai sarana
berpikir ilmiah.
Tujuan mempelajari
sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan
ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mepelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan
masalah sehari-hari. Dalam hal ini sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang pengetahuan dalam mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan
metode ilmiah. Atau sederhananya, sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Jelaslah mengapa sarana
berpikir ilmiah mempunyai metode yang tersendiri yang berbeda dengan metode
ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi sarana ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar