Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV
Melalu Metode Pemberian Tugas Pada Materi Koperasi (SD AL
Hikmah)
Oleh :
Dirgantara Wicaksono
Upaya meningkatkan hasil pembelajaran IPS
kelas IV melalui Metode Pemberian Tugas di Sekolah Dasar AL
Hikmah pulogadung Jakarta Timur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh manakah keberhasilan penggunaan metode pemberian tugas pada pelajaran
IPS kelas IV. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV sekolah Dasar
Negeri AL Hikmah Jakarta Pusat berjumlah 40 siswa yang pelaksanaannya melalui penelitian
tindakan kelas. Media yang digunakan adalah Gambar lambang koperasi. Data yang
dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan dan bukti dokumen.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas IV dalam mengikiuti pelajaran IPS
dengan menggunakan Metode Pemberian Tugas yang pelaksanaannya melalui
penelitian tindakan kelas melalui kolaborasi dengan kolabolator sehingga guru
dapat mengembangkan dan memahami media pembelajaran dengan baik. Subjek pelaku
tindakan kelas dapat melaksanakan variasi gaya mengajar. Hasil dari kemampuan
siswa dalam mengikuti pelajaran IPS sebelum menggunakan metode pemberian tugas
40,15% sebagai siklus I, dilanjutkan pada siklus ke II mencapai 63,5 % dan
siklus ke III mencapai 86 %.
Dari hasil pelaksanaan PTK, pada tahap
observasi awal, siklusI, II dan siklus
III dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Pemberian Tugas pada
pelajaran IPS siswa dapat meningkatkan hasil belajar.
Kata Kunci :
Meningkatkan, Hasil Belajar, Pemberian Tugas
PENDAHULUAN
Belajar adalah merupakan suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses pembelajar dapat ditujukan
dalam berbagai bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, pemahaman,
keterampilan, kebiasaan dan seterusnya.
Hal ini dikatakan juga oleh Sardiman bahwa aspek tujuan belajar adalah:
·
untuk
mendapatkan pengetahuan (aspek kognitif)
·
penanaman
konsep dan keterampilan (aspek psikomotor)
·
pembentukan sikap ( aspek
afektif)
Apabila seorang guru telah memiliki kemampuan dan keahlian yang
tidak dimiliki oleh orang lain dan mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik
maka tujuan pendidikan akan berhasil sesuai dengan harapan. Tercapai atau
tidaknya tujuan tergantung pada sikap yang dimiliki oleh sebagai komponen
pendidikan yaitu harus mampu mengembankan kreatifitasnya dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
Demikian pula dengan pelajaran IPS, setidak-tidaknya guru IPS harus
memiliki kemampuan mengajar sehingga tujuan yang diharapkan setelah proses
pembelajaran IPS akan berhasil. Pada kegiatan belajar mengajar IPS, guru harus
mampu menciptakan suatu lingkungan yang memberi peluang terjadinya suatu proses
pembelajaran yang aktif.
Untuk itu diperlukan konsep pembelajaran IPS, yaitu melalui
pembelajaran dan metode pengajaran yang lebih
hidup dan bervariasi agar siswa betul-betul mengambil manfaat dari
belajar IPS dan ini berarti bahwa siswa memiliki motivasi dalam mengikuti
pelajaran IPS yang diberikan oleh guru.
Siswa tidak hanya mampu memahami tetapi juga dapat menuangkan kedalam
bentuk sikap dan perbuatan dalam kehidupan sehri-hari, baik secara individu
maupun sebagai anggota masyarakat dan mahluk yang dilindungi oleh Tuhan Yang
Maha Esa.Pada kenyataannya apa yang diharapkan belum sepenuhnya terwujud dengan
baik dan belum dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Pada saat yang baik dengan yang diharapkan baik
oleh guru maupun siswa.
Keberhasilan seorang siswa pada dasarnya bukan hanya bergantung pada
kemampuan siswa, yaitu bakat, motivasi
belajar, ketekunan, waktu dan kelengkapan sarana tetapi juga factor dari
luar yaitu guru.
Salah satu yang tidak pernah guru lakukan adalah bagaimana memahami
kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berfikir yang demikian
bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul difikirkan oleh
guru.Sebagai salah satu
komponen pengajaran, metode
menempati peranan yang tidak
kalah pentingnya dari
komponen lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar.
Tidak
ada satupun kegiatan
belajar mengajar yang
tidak menggunakan metode
pengajaran. Ini berarti
guru memahami benar
kedudukan metode sebagai
alat motivasi ekstrinsik
dalam kegiatan belajar mengajar.
Motivasi Ekstrinsik menurut Sardiman. A.M
adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar.
Karena itu, metode
berfungsi sebagai alat
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar
seseorang.
Dalam
menggunakan metode guru
terkadang guru harus
menyesuaikan dengan kondisi dan
suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode dalam perumusan
tujuan, guru perlu
merumuskannya dngan jelas
dan dapat diukur. Dengan begitu
mudahlah bagi guru
menentukan metode yang
bagaimana yang dipilih
Untuk itu diperlukan konsep pembelajaran
IPS, yaitu melalui pembelajaran dan metode pengajaran yang lebih hidup dan
bervariasi agar siswa betul-betul mengambil manfaat dari belajar IPS dan ini
berarti bahwa siswa memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran IPS yang
diberikan oleh guru. Siswa tidak hanya
mampu memahami tetapi juga dapat menuangkan kedalam bentuk sikap dan perbuatan
dalam kehidupan sehri-hari, baik secara individu maupun sebagai anggota
masyarakat dan mahluk yang dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Pada kenyataannya apa yang diharapkan
belum sepenuhnya terwujud dengan baik dan belum dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Pada saat yang baik dengan yang diharapkan baik oleh guru
maupun siswa.
Keberhasilan seorang siswa pada dasarnya
bukan hanya bergantung pada kemampuan siswa, yaitu bakat, motivasi belajar,
ketekunan, waktu dan kelengkapan sarana tetapi juga factor dari luar yaitu
guru.
Hakikat Hasil Belajar Dalam
Mata Pelajaran IPS
Untuk menyatakan bahwa suatu suatu proses
belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing
sejalan dengan filsafatnya, namun, untuk menyamakan persepsi sebaliknya kita
berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan,
antara lain :
“suatu
proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil
apabila tujuan intruksional khusus (TIK) dapat berhasil”
Untuk mengetahui tercapainya atau tidak
TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan
kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
menguasai tujuan intruksional khusus ( TIK) yang ingin dicapai. Fungsi
penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka
memperbaiki proses belajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang
belum berhasil.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses
belajar mengajar dianggap berhasil adalah :
1. daya serap terhadap bahan pengajaran yang
diajarkan mencapai prestasi
2. tinggi, baik secara individual
maupun kelompok
3. perilaku yang digariskan dalam
tujuan pengajaran/intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik
secara individual maupun kelompok.
Untuk mengukur dan mengevaluasi
tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya tes prestasi belajar dapat digolongkan
ke dalam jenis penilaian sebagai berikut :
1.
Tes Formatif
penilaian ini
digunakan untuk mengatur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap poko
bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2.
Tes Subsumatif
Tes ini meliputi
sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran data serap siswa untuk meningkatkan
tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar diperhitungkan dalam menentukan nilai
rapor.
3.
Tes Sumatif
Tes ini diadakan
untuk mengukur data
serap siswa terhadap
bahan-bahan
pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun
pelajaran.
Tujuannya adalah
untuk menetapkan tingkat
atau taraf
keberhasilan siswa dalam suatu periode
belajar tertentu. Hasil
tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan
kelas, menyusun tingkat
(ranking ) atau
sebagai ukuran mutu sekolah. Setiap proses belajar mengajar selalu
menghasilkan hasil belajar
Masalah yang dihadapi adalah sampai
tingkat mana prestasi ( hasil belajar )
yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses
belajar mengajar itu dibagi
atas beberapa tingkat
atau taraf.
Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. istimewa/maksimal : apabila
seluruh bahan pelajaran
yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
2. baik sekali/optimal : apabila
sebagian besar (76%-99%)
bahan pelajara yang diajarkan
dapat dikuasai oleh siswa
3.
baik/minimal
: apabila bahan
pelajaran yang diajarkan
hanya 60%- 75% saja dikuasai oleh siswa
4. kurang :
apabila bahan pelajaran
yang diajarkan kurang
dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan
melihat data yang
terdapat dalam format
daya serap siswa
dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK
tersebut, dapatlah diketahui
keberhasilan proses belajar
mengajar yang telah
dilakukan siswa dan
guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan adalah :
1. tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai
sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
2. guru
adalah tenaga pendidik yang
memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik disekolah
3. anak didik adalah orang yang dengan
sengaja datang kesekolah
4. kegiatan pelajaran adalah terjadinya
interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai bahan perantaranya
5. bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan
yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna
kepentingan ulangan.
6. suasana evaluasi adalah situasi atau
keadaan selama evaluasi berlangsung.
Hakikat Metode Pemberian
Tugas (Penugasan)
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan
unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Guru dengan sabar berusaha mengatur lingkungan belajar agar
bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang
dimiliki, guru gunakan bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik
dan sistematis.
Salah satu yang tidak pernah guru lakukan
adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang
ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka
berfikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata dan memang
betul-betul difikirkan oleh guru.
Dari hasil analis yang dilakukan, lahirlah
pemecahan tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai
strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Berikut adalah penjelasannya. :
a. Metode
Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah
satu komponen pengajaran,
metode menempati peranan
yang tidak kalah pentingnya
dari komponen lainnya
dalam kegiatan belajar
mengajar. Tidak ada satupun
kegiatan belajar mengajar
yang tidak menggunakan
metode pengajaran. Ini berarti
guru memahami benar
kedudukan metode sebagai
alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar.
Motivasi Ekstrinsik menurut
Sardiman. A.M adalah
motif-motif yang aktif
dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar.
Karena itu, metode
berfungsi sebagai alat
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar
seseorang.
Dalam menggunakan metod e
guru terkadang guru
harus menyesuaikan dengan
kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode
dalam perumusan tujuan,
guru perlu merumuskannya
dngan jelas dan
dapat diukur. Dengan begitu
mudahlah bagi guru
menentukan metode yang
bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang
telah dirumuskan tersebut. Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu
metode karena mereka menyadari bahwa
semua metode ada kebaikan dan kelemahannya.
Penggunaan satu metode lebih cenderung
menghasilkan kegiatan belajar yang membosankan
bagi anak didik.
Proses belajar mengajar
pun Nampak kaku
. Anak didik terlihat
kurang bergairah belajar,
kejenuhan dan kemalesan
menyelimuti kegiatan belajar mengajar anak
didik. Kondisi seperti
ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak
didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan
keilmuan dan anak
didik dirugikan . Ini
berarti metode tidak dapat
difungsikan oleh guru
sebagai alat motivasi
ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
Akhirnya, dapat dipahami
bahwa penggunaan metode
yang tepat dan bervarias i dapat
dijadikan sebagai alat
motivasi ekstrinsik dalam
kegiatan belajar mengajar disekolah.
b. Metode Sebagai Strategi Pengajaran
Dalam
kegiatan belajar mengajar
tidak semua a nak
didik mampu berkonsentrasi dalam
waktu yang relative
lama. Daya serap anak
didik terhadap bahan yang
diberikan juga bermacam-macam, ada yang
cepat, ada yang
sedang, dan ada pula
yang lambat . Factor
intelegensi mempengaruhi daya
serap anak didik terhadap
bahan pelajaran yang
diberikan mengkhendaki pemberian
waktu yang bervariasi, sehingga
penguasaan penuh dapat tercapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik
sebagaimana tersebut diatas, memerlukan strategi pengajaran yang
tepat. Metodelah salah satu
jawabannya. Untuk sekelompok anak
didik boleh jadi
mereka mudah menyerap
bahan pelajaran bila guru
menggunakan metode Tanya
jawab. Tetapi untuk
sekelompok anak didik yang
lain mereka lebih
mudah menyerap bahan
pelajaran bila guru
menggunakan metode demonstrasi atau metode experiment.
Karena itu, dalam
kegiatan belajar mengajar,
m enurut Roestiyah.N.K., guru harus
memiliki strategi agar
anak didik dapat
belajar secara efektif
dan efisien, mengena pada
tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah
memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian
atau sering disebut metode mengajar. Dengan demikian,
metode mengajar adalah
strategi pengajaran sebagai
alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Metode Sebagai Alat Untuk
Mencapai Tujuan
Tujuan adalah salah satu cita-cita yang
akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang
memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar
tidak akan tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah
satunya adalah komponen metode.
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai
tujuan. Dengan memanfaatkan metode
secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah
pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak
didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan. Antara metode dengan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya,
metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan
sia-sia perumusan tujuan tersebut.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam
setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi melalui seleksi yang
berkesesuaian dengan perumusan tujuan instrusional khusus. Jarang sekali
terlihat guru merumuskan tujuan dengan hanya satu rumusan, tetapi pasti guru
merumuskan lebih dari satu tujuan, karenanya, gurupun selalu menggunakan metode
lebih dari satu sementara penggunaan metode lain juga digunakan untuk mencapai
tujuan yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran
yang telah dirumuskan.
a.
Nilai Strategis Metode
Kegiatan belajar
mengajar adalah sebuah
interaksi yang bernilai pendidikan. Didalamnya
terjadi interaksi edukatif
antara guru dengan
anak didik, ketika guru
menyampaikan bahan pelajaran
kepada anak didik
dikelas.Bahan pelajaran yang
diberikan guru itu
memberikan dorongan (motivasi) kepada anak
didik bila penyampaiannya menggunakan
strategi yang kurang tepat.
Disinilah kehadiran metode
menempati posisi penting
dalam penyampaian bahan
pelajaran.
Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan
pengajaran salah satunya disebabkan
oleh pemilihan metode
yang kurang tepat.
Kelas yang
kurang
bergairah dan kondisi anak didik
yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan
sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran.
Karena
itu dapat dipahami
bahwa metode adalah
salah satu cara
yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai
strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar
mengajar.
b. Efektifitas Penggunaan Metode
Ketika anak
didik tidak mampu
berkonsenterasi, ketika sebagian
besar anak didik membuat
kegaduhan, ketika anak
didik membuat kelesuan,
ketika minat anak didik
semakin berkurang dan
ketika sebagian besar anak
didik tidak menguasai bahan
yang telah guru
sampaikan, ketika itulah
guru mempertanyakan factor penyebabnya dan
berusaha mencari jawabannya secara tepat.
Penggunaan metode
yang tidak s esuai
dengan tujuan pengajaran
akan menjadi kendala dalam
mencapai tujuan yang
telah dirumuskan. cukup banyak
bahan pelajaran yang
terbuang dengan percuma
hanya karena penggunaan metode
menurut kehendak guru
dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi
kelas.
Karena itu,
efektivitas penggunaan metode
dapat terjadi bila
ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah
diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
c. Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
Guru sebagai salah satu sumber belajar
berkewajiban menyediakan lingkungan belajar
yang kreatif bagi
kegiatan belajar anak
didik di kelas salah satu
kegiatan yang harus
guru lakukan adalah
melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang
akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
Pemilihan dan penentuan
metode ini didasari
adanya metode” tertentu yang
tidak bisa dipakai
untuk mencapai tujuan
tertentu. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah
mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Sebagai
suatu cara, metode
tidaklah berdiri sendiri,
tetapi dipengaruhi oleh
factor-faktor lain, maka itu, siapa, pun yang telah menjadi guru harus
mengenal, memahaminya, dan mempedomaninya ketika akan melaksanakan pemilihan
dan penentuan metode. Bila ada para
ahli yang mengatakan
bahwa makin baik
metode itu, makin efektif pula
pencapaian tujuan adalah
pendapat yang mengandumg
nilai kebenaran.
Dalam pandangan yang sudah diakui
kebenarannya mengatakan bahwa setiap metode mempunyai sifat
masing-masing, baik mengenai
kebaikan-kebaikannya
maupun menetapkan mengenai kelemahan-kelemahannya. Winarno Surakhman
mengatakan, bahwa pemilihan
dan penentuan metode
dipengaruhi oleh beberapa factor, sebagai berikut :
1.
anak
didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan
2.
tujuan adalah sasaran yang
dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar
3.
situasi adalah keadaan
pada saat terjadinya
proses kegiatan belajar
mengajar.
4.
fasilitas adalah
kelengkapan yang menunjang
belajar anak didik
disekolah
5.
guru adalah
sebagai orang yang
memberokan informasi kepada
anak didik, fasilisator, dan sekaligus motivator
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan oleh tiga siklus,
penelitian dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas. Dengan demikian isi peneliti dapat memahami, mengerti dan dapat
mengatasi masalah yang terjadi atau ada pada objek penelitian. Sehingga dapat
memecahkan dan mengarahkan objek pada keadaan yang teratasi. Teknik pemantauan
yang dilakukan dengan cara observasi langsung dan untuk menjaring data hasil
belajar siswa diambil dari hasil nilai tes akhir.
Melalui pengamatan peneliti menemukan
permasalahan yang timbul antara lain :
1. perhatian siswa dalam pembelajaran IPS
rendah
2.
tingkat gangguan kelas tinggi
3.
partisipasi aktif siswa rendah
Permasalahan diatas kemudian dianalisa melalui observasi kelas. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menentukan penyebab yang mungkin. terjadi
Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang
peneliti lakukan pada
tindakan pertama dapat dilihat
bahwa apa yang
dilakukan belumlah tercapai
tujuan yang diharapkan
karena masih ada kekurangan-kekurangan. Dimana semua unsur yang terkait
dalam proses kegiatan belajar mengajar
belum menyatu dengan
baik.
Sehingga
tindakan yang dilakukan tidak
sesuai dengan harapan. Dan bila di lihat dari hasil tes
yang di dapat memang jauh dari keberhasilan. Setelah dibuktikan ternyata
hasilnya lebih baik pada tindakan kedua yang dilakukan oleh peneliti. Dari
hasil tes yang diperoleh diatas dapat dilihat sebelum dilaksanakan tindakan,
rata-rata tes yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah:
- siswa yang mendapat nilai diatas KKM (6,1)
berjumlah 20 orang siswa
-
siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (6,1) 20 orang
Setelah
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata tes yang diperoleh siswa sebagai berikut
:
1.
Pada tindakan pertama
Nilai
rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah :
- siswa
yang mendapat nilai di atas KKM (6,1) 3 orang
- siswa
yang mendapat nilai diatas KKM (6,1) 7 orang
2.
Pada tindakan kedua
Nilai rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah :
- siswa
yang mendapat nilai diatas KKM (6,1) 20 orang
- siswa
yang mendapat nilai dibawah KKM (6,1) 20 orang
3.
Pada Tindakan Ketiga
Nilai rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah
- siswa
yang mendapat nilai di atas KKM (6,1) 40 orang
- siswa
yang mendapat nilai di atas KKM ( 6,1) 0 orang
Dibandingkan sebelum dilakukan tindakan
.Siswa yang belum mencapai nilai KKM sampai penelitian ketiga diberi tugas
tambahan untuk menyusun kliping yang berjudul produksi dan distribusi diberi
waktu selama 2 minggu untuk menyelesaikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan
Kelas oleh peneliti, kesimpulan yang di dapat seperti berikut :
1. Aktivitas siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar meningkat
jika guru menggunakan metode yang tepat dan dalam menyampaikan materi pembelajaraan.
2. Keterampilan kkoperatif siswa selama proses pembelajaraan dengan
metode Pemberian Tugas dapat muncul dan
sebagian menunjukan peningkatan
3. Prestasi belajar IPS pada materi pelajaraan mengalami peningkatan
yang signifikan setelah dilaksanakan pembelajaraan dengan metode Pemberian
Tugas baik secara individu maupun kelompok.
Saran
1. Pembelajaraan IPS
yang selama ini
hanya menggunakan cara-cara konvensional sudah
waktunya diganti dengan
teknik pembelajaraan yanginovatif.
2. Hendaknya para guru mata pelajaran IPS
memperhatikan dan memahami kompetensi
yang dimiliki untuk
menjalankan tugas yang
diembannya dengan baik .
3. Dengan
melihat hasil belajar
Pembertian Tugas, tentunya
dapat dikembangkan dengan metode
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni.2007.Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta
Jihad,Asep.2008.Evaluasi
Pembelajaran.Yogyakarta: Multi Pressindo
Nurliza,Lisna.2009.Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Pembelajaran IPS melalui pendekatan Cooperative Learning Model Snowball
Throwing .Jakarta: UNJ
Purwanto,Ngalim.1990.Psikologi
Pendidikan.Bandung:Remaja Rosda Karya
Sardiman.2008.Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta :Raja Grafindo Persada
Solihatin,
Etin.2008.Cooperative Learning. Jakarta : Bumi Aksara
Sukardi.2008.Metodologi
Pendidikan .Jakarta : Bumi Aksara
Suparman,Atwi.2012..Desain Instruksional. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Suradisastra,Djodjo.1991/1992.Pendidikan
IPS III .Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suryabrata,Sumadi.2004.Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Wahab,Abdul
Aziz.2008.Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung : Alfabeta
Wand and Brown.Pengertian
Evaluasi.http://math04inmks.blogspot.co/2008/2/
Pengukuran-penilaian-dan-evaluasi. html
……..2013.Kurikulum
tingkat Stauan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar