Kamis, 18 April 2013

Meningkatkan Hasil Belajar dengan pemberian Tugas


Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Melalu Metode Pemberian Tugas Pada Materi Koperasi (SD AL Hikmah)

Oleh : Dirgantara Wicaksono

Upaya meningkatkan hasil pembelajaran IPS kelas IV melalui Metode Pemberian Tugas di Sekolah Dasar AL Hikmah  pulogadung Jakarta Timur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah keberhasilan penggunaan metode pemberian tugas pada pelajaran IPS kelas IV. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV sekolah Dasar Negeri  AL Hikmah Jakarta Pusat berjumlah 40 siswa yang pelaksanaannya melalui penelitian tindakan kelas. Media yang digunakan adalah Gambar lambang koperasi. Data yang dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan dan bukti dokumen.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas IV dalam mengikiuti pelajaran IPS dengan menggunakan Metode Pemberian Tugas yang pelaksanaannya melalui penelitian tindakan kelas melalui kolaborasi dengan kolabolator sehingga guru dapat mengembangkan dan memahami media pembelajaran dengan baik. Subjek pelaku tindakan kelas dapat melaksanakan variasi gaya mengajar. Hasil dari kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS sebelum menggunakan metode pemberian tugas 40,15% sebagai siklus I, dilanjutkan pada siklus ke II mencapai 63,5 % dan siklus ke III mencapai 86 %.
Dari hasil pelaksanaan PTK, pada tahap observasi awal, siklusI,  II dan siklus III dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Pemberian Tugas pada pelajaran IPS siswa dapat meningkatkan hasil belajar. 
Kata Kunci :  Meningkatkan, Hasil Belajar, Pemberian Tugas

PENDAHULUAN
Belajar adalah merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai  hasil dari proses pembelajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, pemahaman, keterampilan, kebiasaan dan seterusnya.  Hal ini dikatakan juga oleh Sardiman bahwa aspek tujuan belajar adalah:
·        untuk mendapatkan pengetahuan (aspek kognitif)
·        penanaman konsep dan keterampilan (aspek psikomotor)
·        pembentukan sikap ( aspek afektif)
Apabila seorang guru telah memiliki kemampuan dan keahlian yang tidak dimiliki oleh orang lain dan mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik maka tujuan pendidikan akan berhasil sesuai dengan harapan. Tercapai atau tidaknya tujuan tergantung pada sikap yang dimiliki oleh sebagai komponen pendidikan yaitu harus mampu mengembankan kreatifitasnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Demikian pula dengan pelajaran IPS, setidak-tidaknya guru IPS harus memiliki kemampuan mengajar sehingga tujuan yang diharapkan setelah proses pembelajaran IPS akan berhasil. Pada kegiatan belajar mengajar IPS, guru harus mampu menciptakan suatu lingkungan yang memberi peluang terjadinya suatu proses pembelajaran yang aktif.
Untuk itu diperlukan konsep pembelajaran IPS, yaitu melalui pembelajaran dan metode pengajaran yang lebih  hidup dan bervariasi agar siswa betul-betul mengambil manfaat dari belajar IPS dan ini berarti bahwa siswa memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran IPS yang diberikan oleh guru.  Siswa tidak hanya mampu memahami tetapi juga dapat menuangkan kedalam bentuk sikap dan perbuatan dalam kehidupan sehri-hari, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat dan mahluk yang dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa.Pada kenyataannya apa yang diharapkan belum sepenuhnya terwujud dengan baik dan belum dapat berjalan sesuai  dengan yang diharapkan. Pada saat yang baik dengan yang diharapkan baik oleh guru maupun siswa.
Keberhasilan seorang siswa pada dasarnya bukan hanya bergantung pada kemampuan siswa, yaitu bakat, motivasi  belajar, ketekunan, waktu dan kelengkapan sarana tetapi juga factor dari luar yaitu guru.
Salah satu yang tidak pernah guru lakukan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berfikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul difikirkan oleh guru.Sebagai  salah  satu   komponen   pengajaran,  metode   menempati   peranan    yang tidak   kalah   pentingnya   dari    komponen   lainnya   dalam   kegiatan   belajar   mengajar.
Tidak   ada    satupun    kegiatan    belajar   mengajar   yang   tidak   menggunakan   metode  pengajaran.   Ini    berarti  guru    memahami    benar    kedudukan   metode   sebagai   alat  motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
Motivasi Ekstrinsik menurut Sardiman.   A.M  adalah    motif-motif     yang    aktif    dan   berfungsinya   karena   adanya perangsang  dari  luar.  Karena  itu,  metode  berfungsi  sebagai  alat  perangsang  dari  luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Dalam    menggunakan    metode   guru    terkadang    guru    harus    menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode dalam   perumusan   tujuan,  guru   perlu  merumuskannya  dngan  jelas  dan  dapat   diukur. Dengan  begitu  mudahlah  bagi  guru  menentukan  metode  yang  bagaimana  yang  dipilih
Untuk itu diperlukan konsep pembelajaran IPS, yaitu melalui pembelajaran dan metode pengajaran yang lebih hidup dan bervariasi agar siswa betul-betul mengambil manfaat dari belajar IPS dan ini berarti bahwa siswa memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran IPS yang diberikan oleh guru.  Siswa tidak hanya mampu memahami tetapi juga dapat menuangkan kedalam bentuk sikap dan perbuatan dalam kehidupan sehri-hari, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat dan mahluk yang dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Pada kenyataannya apa yang diharapkan belum sepenuhnya terwujud dengan baik dan belum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pada saat yang baik dengan yang diharapkan baik oleh guru maupun siswa.
Keberhasilan seorang siswa pada dasarnya bukan hanya bergantung pada kemampuan siswa, yaitu bakat, motivasi belajar, ketekunan, waktu dan kelengkapan sarana tetapi juga factor dari luar yaitu guru.


Hakikat Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS
Untuk menyatakan bahwa suatu suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya, namun, untuk menyamakan persepsi sebaliknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain :
“suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khusus (TIK) dapat berhasil”

Untuk mengetahui tercapainya atau tidak TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus ( TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah :
1. daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
2. tinggi, baik secara individual maupun kelompok

3. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut :
1.           Tes Formatif
penilaian ini digunakan untuk mengatur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap poko bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2.                              Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran data serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3.                              Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk   mengukur   data   serap   siswa   terhadap   bahan-bahan
 pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun pelajaran. 
Tujuannya     adalah     untuk     menetapkan     tingkat    atau    taraf
keberhasilan siswa dalam suatu periode   belajar   tertentu.   Hasil   tes   sumatif ini  dimanfaatkan untuk   kenaikan   kelas,   menyusun   tingkat   (ranking  ) atau
sebagai ukuran mutu sekolah. Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar
Masalah yang dihadapi adalah sampai tingkat mana prestasi ( hasil belajar )
yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses belajar mengajar    itu    dibagi    atas    beberapa    tingkat    atau    taraf.  
Tingkatan    keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut :
1.     istimewa/maksimal :  apabila   seluruh   bahan   pelajaran   yang  diajarkan  itu dapat dikuasai oleh siswa.
2.     baik sekali/optimal :   apabila   sebagian   besar   (76%-99%)   bahan   pelajara yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa
3.     baik/minimal :  apabila   bahan   pelajaran   yang  diajarkan  hanya  60%- 75% saja dikuasai oleh siswa
4.     kurang :    apabila    bahan    pelajaran    yang    diajarkan    kurang   dari   60% dikuasai oleh siswa.

Dengan  melihat  data  yang   terdapat  dalam   format   daya   serap     siswa   dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui   keberhasilan  proses  belajar  mengajar  yang  telah  dilakukan  siswa  dan  guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan adalah :
1.       tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
2.       guru       adalah     tenaga     pendidik     yang     memberikan     sejumlah     ilmu  pengetahuan kepada anak didik disekolah
3.       anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang kesekolah
4.       kegiatan pelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai bahan perantaranya
5.       bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan.
6.       suasana evaluasi adalah situasi atau keadaan selama evaluasi berlangsung.

Hakikat Metode Pemberian Tugas (Penugasan)
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sabar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru gunakan bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.
Salah satu yang tidak pernah guru lakukan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berfikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul difikirkan oleh guru. 
Dari hasil analis yang dilakukan, lahirlah pemecahan tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Berikut adalah penjelasannya. :

a.  Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai  salah  satu   komponen   pengajaran,  metode   menempati   peranan    yang tidak   kalah   pentingnya   dari   komponen   lainnya   dalam   kegiatan   belajar   mengajar. Tidak   ada    satupun    kegiatan    belajar   mengajar   yang   tidak   menggunakan   metode pengajaran.   Ini    berarti    guru    memahami    benar    kedudukan   metode   sebagai   alat  motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
Motivasi Ekstrinsik menurut Sardiman.   A.M  adalah    motif-motif    yang    aktif    dan   berfungsinya   karena   adanya perangsang  dari  luar.  Karena  itu,  metode  berfungsi  sebagai  alat  perangsang  dari  luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Dalam    menggunakan    metod e   guru    terkadang    guru    harus    menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode dalam   perumusan   tujuan,  guru   perlu  merumuskannya  dngan  jelas  dan  dapat   diukur. Dengan  begitu  mudahlah  bagi  guru  menentukan  metode  yang  bagaimana  yang  dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut. Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode karena  mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya.
 Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar yang membosankan  bagi   anak  didik.   Proses   belajar  mengajar   pun   Nampak   kaku  . Anak  didik   terlihat    kurang    bergairah    belajar,    kejenuhan   dan   kemalesan   menyelimuti kegiatan     belajar     mengajar     anak     didik.     Kondisi     seperti     ini     sangat     tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian   pesan-pesan   keilmuan   dan   anak   didik   dirugikan .  Ini   berarti   metode tidak  dapat  difungsikan   oleh   guru   sebagai   alat   motivasi  ekstrinsik   dalam   kegiatan belajar  mengajar.  Akhirnya,   dapat  dipahami  bahwa   penggunaan   metode   yang   tepat dan    bervarias i   dapat    dijadikan    sebagai   alat   motivasi   ekstrinsik   dalam   kegiatan belajar mengajar disekolah.

b. Metode Sebagai Strategi Pengajaran
Dalam     kegiatan     belajar     mengajar    tidak    semua    a nak     didik     mampu berkonsentrasi   dalam   waktu   yang   relative   lama.   Daya serap   anak   didik   terhadap bahan  yang  diberikan  juga   bermacam-macam, ada  yang  cepat,  ada  yang  sedang,  dan ada   pula   yang   lambat .  Factor   intelegensi   mempengaruhi   daya   serap   anak   didik  terhadap    bahan   pelajaran   yang   diberikan   mengkhendaki   pemberian   waktu   yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut diatas, memerlukan strategi pengajaran    yang    tepat.    Metodelah   salah   satu   jawabannya. Untuk  sekelompok  anak  didik  boleh  jadi   mereka   mudah  menyerap   bahan   pelajaran bila   guru   menggunakan   metode  Tanya  jawab.  Tetapi  untuk  sekelompok  anak  didik yang   lain   mereka   lebih   mudah   menyerap  bahan   pelajaran  bila  guru  menggunakan metode demonstrasi atau metode experiment.
Karena itu,   dalam   kegiatan   belajar   mengajar,  m enurut   Roestiyah.N.K.,  guru  harus  memiliki  strategi   agar   anak   didik   dapat   belajar   secara   efektif   dan   efisien, mengena   pada   tujuan   yang   diharapkan.   Salah   satu   langkah   memiliki   strategi  itu  adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau sering disebut metode mengajar. Dengan   demikian,   metode   mengajar   adalah   strategi   pengajaran   sebagai  alat  untuk  mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan
Tujuan adalah salah satu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode.
 Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Antara metode dengan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sia perumusan tujuan tersebut.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan instrusional khusus. Jarang sekali terlihat guru merumuskan tujuan dengan hanya satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan, karenanya, gurupun selalu menggunakan metode lebih dari satu sementara penggunaan metode lain juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

a.  Nilai Strategis Metode
Kegiatan     belajar    mengajar    adalah     sebuah    interaksi     yang      bernilai pendidikan.   Didalamnya   terjadi   interaksi   edukatif   antara   guru   dengan  anak didik,   ketika   guru  menyampaikan  bahan  pelajaran  kepada  anak  didik  dikelas.Bahan   pelajaran   yang   diberikan   guru   itu   memberikan   dorongan   (motivasi) kepada  anak   didik   bila  penyampaiannya   menggunakan   strategi   yang   kurang  tepat.     Disinilah     kehadiran     metode     menempati     posisi     penting     dalam  penyampaian bahan pelajaran.
Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan   oleh   pemilihan   metode   yang   kurang   tepat.  Kelas   yang   kurang
 bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran.
Karena   itu   dapat   dipahami   bahwa   metode   adalah  salah   satu  cara   yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.
b.   Efektifitas Penggunaan Metode
Ketika   anak   didik   tidak  mampu   berkonsenterasi,   ketika   sebagian    besar anak   didik  membuat  kegaduhan,  ketika   anak  didik  membuat  kelesuan,  ketika minat   anak   didik   semakin   berkurang   dan   ketika  sebagian  besar anak  didik tidak    menguasai    bahan    yang    telah    guru   sampaikan,   ketika   itulah   guru mempertanyakan    factor    penyebabnya    dan    berusaha     mencari    jawabannya           secara tepat.
Penggunaan    metode   yang   tidak s  esuai   dengan   tujuan   pengajaran   akan menjadi    kendala   dalam    mencapai    tujuan    yang    telah   dirumuskan.  cukup banyak   bahan     pelajaran     yang   terbuang    dengan    percuma    hanya    karena penggunaan    metode    menurut   kehendak   guru   dan   mengabaikan   kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas.
Karena    itu,     efektivitas     penggunaan    metode    dapat    terjadi    bila    ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
c.      Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar     yang     kreatif    bagi    kegiatan    belajar     anak    didik    di kelas   salah satu    kegiatan    yang   harus   guru   lakukan   adalah   melakukan   pemilihan   dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.   Pemilihan   dan   penentuan   metode   ini   didasari   adanya   metode” tertentu   yang  tidak   bisa   dipakai   untuk  mencapai  tujuan  tertentu.  Karena  itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran.
d.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Sebagai    suatu   cara,   metode   tidaklah   berdiri   sendiri,   tetapi   dipengaruhi oleh factor-faktor lain, maka itu, siapa, pun yang telah menjadi guru harus mengenal, memahaminya, dan mempedomaninya ketika akan melaksanakan pemilihan dan penentuan metode. Bila  ada  para  ahli   yang   mengatakan   bahwa  makin   baik   metode   itu,  makin efektif   pula   pencapaian   tujuan   adalah   pendapat  yang  mengandumg  nilai  kebenaran.
Dalam pandangan yang sudah diakui kebenarannya mengatakan bahwa setiap metode mempunyai   sifat    masing-masing,    baik    mengenai     kebaikan-kebaikannya
maupun menetapkan mengenai kelemahan-kelemahannya. Winarno Surakhman mengatakan,   bahwa    pemilihan    dan   penentuan   metode   dipengaruhi   oleh   beberapa  factor, sebagai berikut :
1.             anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan
2.             tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar
3.             situasi adalah keadaan pada  saat  terjadinya  proses  kegiatan  belajar  mengajar.
4.             fasilitas   adalah  kelengkapan  yang  menunjang  belajar  anak  didik  disekolah
5.             guru    adalah    sebagai   orang   yang   memberokan   informasi   kepada   anak didik, fasilisator, dan sekaligus motivator







HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan oleh tiga siklus, penelitian dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dengan demikian isi peneliti dapat memahami, mengerti dan dapat mengatasi masalah yang terjadi atau ada pada objek penelitian. Sehingga dapat memecahkan dan mengarahkan objek pada keadaan yang teratasi. Teknik pemantauan yang dilakukan dengan cara observasi langsung dan untuk menjaring data hasil belajar siswa diambil dari hasil nilai tes akhir.
Melalui pengamatan peneliti menemukan permasalahan yang timbul antara lain :
1.       perhatian siswa dalam pembelajaran IPS rendah
2.       tingkat gangguan kelas tinggi
3.       partisipasi aktif siswa rendah

Permasalahan diatas kemudian dianalisa melalui observasi kelas. Hal tersebut dimaksudkan untuk menentukan penyebab yang mungkin. terjadi


Pembahasan
Berdasarkan   pengamatan   yang  peneliti  lakukan  pada  tindakan   pertama  dapat dilihat  bahwa   apa  yang  dilakukan  belumlah  tercapai  tujuan  yang  diharapkan  karena masih ada kekurangan-kekurangan. Dimana semua unsur yang terkait dalam proses kegiatan    belajar    mengajar    belum    menyatu   dengan   baik.
Sehingga  tindakan   yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Dan bila di lihat dari hasil tes yang di dapat memang jauh dari keberhasilan. Setelah dibuktikan ternyata hasilnya lebih baik pada tindakan kedua yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil tes yang diperoleh diatas dapat dilihat sebelum dilaksanakan tindakan, rata-rata tes yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah:

-    siswa yang mendapat nilai diatas KKM (6,1) berjumlah 20 orang siswa
-   siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (6,1) 20 orang         

Setelah dilaksanakan tindakan nilai rata-rata tes yang diperoleh siswa sebagai berikut :
1.           Pada tindakan pertama
  Nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah :
-  siswa yang mendapat nilai di atas KKM (6,1) 3 orang
-  siswa yang mendapat nilai diatas KKM (6,1) 7 orang
2.           Pada tindakan kedua
Nilai rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah :
-  siswa yang mendapat nilai diatas KKM (6,1) 20 orang
-  siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (6,1) 20 orang

3.             Pada Tindakan Ketiga
Nilai rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan adalah
-  siswa yang mendapat nilai di atas KKM (6,1) 40 orang
-  siswa yang mendapat nilai di atas KKM ( 6,1) 0 orang
Dibandingkan sebelum dilakukan tindakan .Siswa yang belum mencapai nilai KKM sampai penelitian ketiga diberi tugas tambahan untuk menyusun kliping yang berjudul produksi dan distribusi diberi waktu selama 2 minggu untuk menyelesaikan. 



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas oleh peneliti, kesimpulan yang di dapat seperti berikut :
1.       Aktivitas siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar meningkat jika guru menggunakan metode yang tepat dan dalam menyampaikan  materi pembelajaraan.
2.       Keterampilan kkoperatif siswa selama proses pembelajaraan dengan metode Pemberian Tugas dapat muncul dan  sebagian menunjukan peningkatan
3.       Prestasi belajar IPS pada materi pelajaraan mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan pembelajaraan dengan metode Pemberian Tugas baik secara individu maupun kelompok.

Saran   
1.   Pembelajaraan   IPS    yang selama     ini     hanya     menggunakan     cara-cara konvensional   sudah    waktunya   diganti  dengan   teknik  pembelajaraan  yanginovatif.
2.  Hendaknya para guru mata pelajaran IPS memperhatikan dan memahami kompetensi   yang    dimiliki    untuk  menjalankan    tugas   yang   diembannya dengan baik .
3.   Dengan     melihat     hasil     belajar     Pembertian     Tugas,  tentunya  dapat dikembangkan dengan metode


DAFTAR PUSTAKA
Isjoni.2007.Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Jihad,Asep.2008.Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Multi Pressindo
Nurliza,Lisna.2009.Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS melalui pendekatan Cooperative Learning Model Snowball Throwing .Jakarta: UNJ
Purwanto,Ngalim.1990.Psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosda Karya
Sardiman.2008.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :Raja Grafindo Persada
Solihatin, Etin.2008.Cooperative Learning. Jakarta : Bumi Aksara
Sukardi.2008.Metodologi Pendidikan .Jakarta : Bumi Aksara
Suparman,Atwi.2012..Desain Instruksional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suradisastra,Djodjo.1991/1992.Pendidikan IPS III .Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suryabrata,Sumadi.2004.Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Wahab,Abdul Aziz.2008.Metode dan Model-Model Mengajar.  Bandung : Alfabeta
Wand and Brown.Pengertian Evaluasi.http://math04inmks.blogspot.co/2008/2/
 Pengukuran-penilaian-dan-evaluasi. html
……..2013.Kurikulum tingkat Stauan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
                                                                                                                                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar