Senin, 22 April 2013


Pedoman dasar dalam penyusunan Karya Ilmiah[1]
Dirgantara Wicaksono M.Pd,MM

  1. PENGANTAR
Karya ilmiah atau lzimnya disebut dengan KI umumnya  terdiri dari atas Bab I Pendahuluan, Bab II kajian pustaka atau Landasar Teori, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV analisis dan Hasil Penelitian dan Bab V Kesimpulan. Pada materi ini penulis hanya akan menjelaskan panduan dasar dalam penyusunan karya ilmiah khusus pada bagian pendahuluan dan landasan teori yang disertai cara mencantumkan teknik notasi ilmiah.

  1. BAGIAN PENDAHULUAN
1.      Substansi Latar Belakang Masalah
      Latar belakang masalah berisi pendeskripsian tentang permasalahan umum dari topik yang akan kita diteliti. Latar belakang masalah juga berisi alasan-alasan pemilihan judul/masalah yang kita kemukakan baik secara teoritis maupun secara praktis. Kita juga harus menjelaskan posisi msalah yang diangkat di antara penelitian lain yang relevan melalui timbangan pustaka/ literatur. Kemudian, isi terakhir dari latar belakang masalah adalah penyebutan judul tugas akhir (Karya ilmiah) yang akan kita ajukan.
Untuk mengawali kalimat dalam latar belakang masalah bisa digunakan dengan tujuan penulisan. Tujuan penulisan dapat dinyatakan dengan dua cara. Jika sebuah tulisan akan mengambangan gagasan yang merupakan tema seluruh tulisan, tujuan dapat dinyatakan dalam bentuk Karya ilmiah . Namun, untuk suatu tulisan yang tidak mengembangkan gagasan seperti itu, tujuan penelitian dapat dituliskan dalam bentuk pernyataan maksud.
a.      Cara Menyusun Karya ilmiah (KI)
      Setiap KI mengandung gagasan pokok yang akan dikembangkan. Kata yang mengandung gagasan itu merupakan kata kunci. Dalam hal itu ada beberapa keharusan dan larangan yang harus diperhatikan. KI yang baik harus dapat meramalkan, mengendalikan, dan mengarahkan penulis dalam mengembangkan substansi dari masalah yang diangkat, KI harus dinyatakan dalam kalimat lengkap; tidak boleh dinyatakn dalam bentuk fase. KI harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan tidak boleh dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Benar     : Motivasi berpengaruh pada peningkatan kinerja pada suatu  perusahaan.
Salah      : Apakah motivasi berpengaruh pada peningkatan kinerja pada suatu perusahaan?

      Selanjutnya, bagian-bagianya harus saling berhubungan, KI tidak boleh mengandung unsur-unsur yang tidak berkaitan. KI harus terbatas, tidak boleh terlalu luas.

Benar  : Di Kelurahan cibubur, Kecamatan Ciracas, Kotamadya Jakarta Timur upaya peningkatan kesadaran wajib Pajak berpengaruh pada peningkatan Pajak bumi dan Bangunan (PBB). 
Salah   : Di Indonesia, upaya peningkatan wajib pajak berpengaruh pada peningkatan Pajak Bumi dan bangunan (PBB).

KI tidak boleh mengandung ungkapan seperti ”menurut pendapat saya”, ”saya duga”, dan ”saya kira”. Ungkapan semacam itu akan melemahkan argumentasi.
Benar  : Terdapat hubungan penetapan tarif murah dengan hasil penjualan pada perusahaan penerbangan PT Jakarta Airlines Perwakilan Denpasar tahun 2006-2010.
Salah   : Saya kira terdapat hubungan penetapan tarif murah dengan hasil penjualan pada perusahaan penerbanagan PT Jakarta Airlines Perwakilan Denpasar tahun 2013-2014

b.  Pernyataan Maksud
Contoh-contoh pernyataan maksud berikut ini dengan jelas menunjukkan tujuan penulisan dan membantu mengembangkan karangan
Dalam karya ilmiah ini akan membahas kaitan antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja pada PT Wiyata Tour and Trevel pada tahun 2012-2013.

Penulis ingin mengemukakan peranan Economic Order Quality(EOQ) di dalam meningkatkan efisiensi pada PT Wiyata Tour and Trevel pada tahun 2012-2013.

2.                                                            Substansi  Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah adalah pokok permasalahan yang akan kita bahas atau pertanyaan-pertanyaan berupa pokok permasalahan yang akan kita bahas dalam karya ilmiah. Oleh karena itu, kalimat yang kita buat dalam’ rumusan masalah’ adalah kalimat tanya (interrogative), sedangkan ‘tujuan penelitian’ berisi pendeskripsian secara singkat, jelas, dan tajam mengarah pada rumusan masalah dan latar belakang masalah. Kalimat dalam ‘tujuan penelitian’ berupa pernyataan atau kalimat berita (declarative). Perhatikan contoh penulisan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang kurang memperhatikan kesantunan berbahasa.
Ketidaksantunan bahasa dalam ’rumusan masalah’ dan ’tujuan penelitian’ terdapat pada penggunaan sistematika penomoran dan ejaaan.  ada dua sistematika penomoran, yaitu sistem angka desimal dan sistem gabungan angka dan huruf

Seringkali peneliti sering melakukan kesalahan pada ketelitian dalam meletakkan tanda titik, penggunaan tanda simbol atau lambang pada kalimat uraian juga merupakan ‘penyakit mahasiswa’. Hal ini penulis katakan karena seringnya mahasiwa melakukan kesalahan tersebut.  Padahal, penggunaan simbol dilakukan setelah penulisan huruf kecil di dalam kurung buka dan tutup sebanyak dua kali ((a)).
      Kemudian, mengenai penggunaan tanda baca titik dua digunakan sebagai pengganti yaitu, adalah, ialah, dan yakin. Jadi, setelah menggunakan yaitu tidak perlu menambahkannnya dengan tanda titik dua atau sebaliknya. Selanjutnya, gunakanlah huruf  kecil pada kata awal uraian atau perincian dan akhirilah huruf kecil pada kata awal uraian atau perincian dan akhirilah dengan tanda koma (..., ..., ..., dan ....) atau titik koma (...; ...; ...; ....). Dengan demikian, penulisan ’rumusan masalah’ dan ’tujuan penelitian’ yang memiliki kesantunan berbahasa penulisannya seperti berikut ini.

 C. SISTEMATIKA BAHASA DALAM BAGIAN LANDASAN TEORI
  1. Isi Landasan Teori
             Dalam Bab II, Landasan Teori, berisi pendekatan-pendekatan atau teori-teori relevan dengan judul dan rumusan masalah yang akan kita gunakan untuk mengupas, menganalisis, dan menjelaskan variabel yang akan kita teliti. Pendekatan atau teori yang akan kita gunakan, tentunya, dikutip dari pendapat para ahli di bidangnya dari beberapa sumber bacaan yang telah teruji kebenarannya. Pendapat para ahli tersebut berfungsi untuk menguatkan argumentasi kita dalam menganalisis masalah yang kita kaji. Sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia akademik merupakan suatu kewajiban terhadap kode etik keilmiahan untuk mnecantumkan sumber bacaan tersebut di dalam karangan ilmiah kita. Pencantuman sumber bacaan ini digunakan sebagai penguat dan penghargaan kita terhadap karya orang lain.
       Terdapat teknik yang mengatur cara-cara mencantumkan sumber bacaan yang sahih, baik sumber bacaan yang berasal dari makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi, buku, majalah, surat kabar, antologi, maupun website di internet maupun antologi yang diatur dalam teknik notasi ilmiah yang terdiri atas catatan teks (innote) dan catatan kaki (footnote). Perlu penulis jelaskan dalam handout atau diktat bukan sumber bacaan yang sahih dan tidak dapat dipergunakan sebagai referensi penulisan karangan ilmiah.

  1. Catatan Teks atau Innote
             Catatan teks atau innote berhubungan dengan kutipan atau rangkuman. Rangkuman dan pengutipan digunakan untuk mendukung ide atau gagasan yang akan kita sampaikan. Pengutipan adalah penggunaan teori, konsep, ide, dan lain yang sejenis yang berasal dari sumber lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semua pengutipan harus disertai perujukan. Kealpaan untuk merujuk kutipan dapat dianggap melanggar etika penulisan karya ilmiah.
a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan ke dalam teks, diketik seperti ketikan teks, diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“). Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan. Rujukan ditulis diantara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, tanda koma, tahun terbitan, titik dua, spasi, dan diakhiri dengan nomor halaman (Penulis, Tahun:Halaman). Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih, diketik satu spasi, dimulai tujuh ketukan dari batas tepi kiri. Sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan. Berikut ini adalah contoh kutipan langsung pendek yang diikuti denggan innote.        

Apabila pengutip memandang perlu untuk menghilangkan beberapa bagian kalimat, pada bagian itu diberi titik sebanyak tiga buah. Bila pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih, maka pada bagian yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik sepanjang satu baris. Apabila pengutip ingin memberi penjelasan atau menggarisbawahi bagian yang dianggap penting, pengutip harus memberikan keterangan. Keterangan tersebut berada diantara tanda kurung, misalnya: (garis bawah oleh pengutip). Apabila penulis menganggap bahwa ada satu kesalahan dalam kutipan, dapat dinyatakan dengan menuliskan symbol (sic!) langsung setelah kesalahan tersebut. Kutipan langsung ditampilkan untuk mengemukakan konsep atau informasi sebagai data. Titik-titik sepanjang satu baris menandai penghilangan sebuah kalimat titik-titik sebanyak tiga menandai penghilangan kata, dan (sic!) menandai adanya kesalahan dalam kalimat.

b. Kutipan  Tidak Langsung
             Kutipan tidak lansung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip. Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana teks biasa. Semua kutipan harus dirujuk. Sumber sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat yang mengandung kutipan. Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti dengan tahun terbitan diantara tanda kurung. Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis di antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri dengan tahun terbitan. Perhatikan contoh berikut ini.
 

c. Peletakkan Catatan Teks
1)      Innote sebelum kutipan
Plaque: Sudjatmiko (1979: 14) membedakan kapal-kapal niaga atas kapal barang (cargo vesel); kapal penumpang (passenger vesel); kapal barang dan penumpang (cargo – passenger vesel); kapal barang yang mempunyai akomodasi penumpang terbatas (cargo vessel with limited accommodation for passengers). 









2)      Innote setelah kutipan
Plaque: Peter Brodie mengatakan bahwa yang dimaksud dengan container yard adalah tempat ke mana peti kemas yang sudah terisi penuh diserahkan oleh pengirim barang (shiper) kepala perusahaan layar yang akan mengangkut barang itu dan ke tempat itu pula peti kemas kosong akan dikembalikan (2002: 160). 












3)      Innote dengan dua pengarang atau lebih
Plaque: Sejarah wilayah pabean di Indonesia sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada 1873, pemerintah mengundang UU Tarif sebagaimana dicantumkan dalam Lembaran Negara (Staatblad No.35 tahun 1873). Pada 1910, pemerintah Belanda mengeluarkan ordonentie tarif  pasal (1) dari Ordonansi itu yang merumuskan pengertian wilayah pabean sebagai berikut: Dengan perkataan wilayah 9 daerah) pabean adalah bagian Hindia Belanda (Indonesia) tempat dipungut bea masuk dan bea keluar (Arif Suroyo, dkk., 1986: 16). 


















4)      Innote berasal dari dua buku dengan nama dan tahun sama
Plaque: Menurut Abbas Salim (1994a : 2), pengertian pelayaran niaga adalah usaha jasa dalam bidang penyediaan ruangan pada angkatan air atau angkatan laut untuk kepentingan mengangkat muatan penumpang dan barang dagangan dari satu tempat ke tempat lain. Usaha pelayaran niaga dalam bahasa Inggris disebut Shipping Business atau Commercial Shipping, sedangkan pelayaran yang mngusahakan kapal, disebut Shipping Company. Pada sumber yang lain Abbas Salim, (1994b : 90) berpendapat adapun fungsi angkutan laut ialah pengoperasian pelayaran dalam negri dan luar negri dengan menaikkan kualitas laut ialah menyediakan fasilitas pelabuhan untuk berlabuh kapal-kapal. Dalam operasional angkutan laut sasaran utama wilayah pemerataan ekonomi nasional dalam pembangunan. 





























3.      Catatan Kaki atau Footnote
a.Pengertian Catatan Kaki
            Catatan kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai penghargaan terhadap karya orang lain. Catatan kaki dipergunakan sebagai pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum di dalam teks atau sebagai petunjuk sumber; tempat memperluas pembahasan yang diperlukan, tetapi tidak relevan jika dimasukkan didalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan pula, referensi silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada bagaian mana halaman berapa, hal yang sama dibahas di dalam tulisan, tempat menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.
b. Cara Penulisan Catatan Kaki
Catatan kaki dicantumkan pada kaki halaman karangan atau di setiap akhir bab karangaan. Jika menggunakan komputer tekanlah tombol Insert.
Referensi lalu pilihlah footnote/endnote. Gunakan alinea menjorok. Selanjutnya, penomoran catatan kaki dilakukan dengan menggunakan angka Arab (1,2, dan seterusnya) di belakang bagian yang diberi catatan kaki, agak keatas sedikit, beri spasi tanpa memberikan tanda baca apa pun.
c. Susunan Catatan Kaki
penyusunan catatan kaki dapat dilakukan dengan cara seperti berikut ini :
Plaque: --------------------
1Nama belakang penulis, judul buku (Tempat : Penerbit, Tahun), halaman.
2Nama belakang penulis, “Judul Artikel”, dalam Nama Surat Kabar, Tanggal, Bulan, dan Tahun, Halaman.
3Nama belakang penulis, “Judul Artikel”, Nama Majalah, Edisis/Nomor, halaman, Tempat.
4Nama belakang penulis, “Judul Artikel,” dalam Nama Antologi dan penulis (Tempat : Penerbit, Tahun), Halaman.
5Nama belakang penulis, “Judul Makalah”, Data Publikasi, Halaman.
6Nama belakang penulis, “Judul Laporan Tugas Akhir” (Tempat : Nama Perguruan Tinggi, Tahun), Halaman.
7Nama belakang penulis, “Judul Skripsi/Tesis/Disertasi” (Tempat : Nama Lembaga/Perguruan Tinggi), Halaman.
8Nama belakang penulis, “Judul Artikel”, dalam Alamat Website Internet.





















 


























            d. Catatan Kaki Singkat
seringkali kita tidak hanya mengutip sekali dari satu sumber bacaan, tetapi dua, tiga, atau lebih kita mengambil kutipan dari sumber bacaan tersebut. Cara praktis yang dapat kita terapkan adalah pencantuman catatan kaki singkat. Ada tiga istilah dalam catan kaki singkat, yaitu sebagai berikut :
1)      Ibid., adalah bentuk singkat dari Ibidium, artinya sama dengan di atas. Ibid digunakan untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat diatasnya. Cara penulisan ibidium yaitu tulis Ibid di bawah sumber bacaan yang di acu.
2)      Loc. Cit. adalah bentuk singkat dari loco citati, artinya tempat yang telah dikutip. Loc. cit. digunakan untuk pencantuman sumber bacaan yang sama, tetapi sudah diselingi oleh sumber bacaan yang lain. Cara penulisannya : nama pengarang loc. cit (tanpa nomor halaman).
3)      Op. cit adalah bentuk singkat dari opere citati, artinya dalam karya yang telah dikutip, Op. cit dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip. Op. cit dipergunakan untuk catatan kai dari sumber yang pernah dikutip, tetapi halaman berbeda dan telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, op.cit, dan nomor halaman.
Penulisan singkat ibid, loc. cit., dan op. cit dengan menggunakan huruf kecil karena merupakan singkatan ungkapan umum dan ditulis dengan menggunakan huruf miring karena berupa istilah asing. Berikut adalah contoh penerapan notasi ibid, loc. cit., dan op. cit.. perhatikan contoh footnote pada makalah Bab I Pendahuluan dan penjelasannya.








Plaque: BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
	Menurut Lincoln Arsyad1, “Ekonomi Manajerial adalah cabang ilmu ekonomi yamg mempelajari penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam proses pengambilan keputusan di dunia bisnis”, 2Ia juga berpendapat bahwa ekonomi manajerial atau Ekonomi Mikro Terapan kerap kali didefinisikan sebagai penerapan teori ekonomi dan metodologi ilmu pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah pengambilan keputusan.
Keputusan tersebut diambil untuk mendaptkan cara terbaik untuk mendapatkan cara terbaik untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi. Selanjunya, Sadodo Sukirno3 berpendapat yang dimaksud dengan kegiatan ekonomi adalah kegiatan seseorang atau suatu perusahaan ataupun suatu masyarakat untuk memproduksi barang dan jasa maupun mengkonsumsinya.
Saat ini untuk melakukan kegiatan ekonomi atau suatu transaksi dapat menggunakan jasa pelayanan bank. Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banco yang artinya bangku. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pierson4 mengemukakan definisi, “Bank is a company wich accept credit, but did’nt give credit”, yang artinya bank adalah suatu badan usaha yang menerima kredit tetapi tidak memberikan kredit.
 





























Keterangan :
1Arsyad, Ekonomi Menejerial (Yogyakarta : BPEE, 2002), hlm. 3.

Artinya, untuk footnote yang pertama, Anda mengambil kutipan dari buku yang berjudul Ekonomi Menejerial Karangan Lincoln Arsyad, halaman ke-3 yang diterbitkan oleh BPEE pada 2000 di Yogyakarta.
2Ibid.
Artinya, sumber bacaan yang kedua sama dengan sumber bacaan di atas (footnote 1)
3sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2002), hlm.

Artinya, sumber bacaan yang ketiga berasal dari buku Pengantar Teori Mikroekonomi halaman ke-4 yang ditulis oleh Sadono Sukirno. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Rajawali Press pada 2002.
4Melayu, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), hlm. 12.

Berarti, footnote keempat ini diambil dari buku Dasar-dasar Perbankan halaman ke-12 yang ditulis oleh Melayu pada 2005 dan diterbitkan oleh Bumi aksara.
5Arsyad, loc. cit.

Berarti, footnote ini bersumber sama (nama penulis, judul buku, penerbit, tahun, dan halaman) dengan di atas (footnote nomor 1 atau buku yang ditulis oleh Arsyad) yang sudah diselingi sumber bacaac lain (diselingi oleh sumber bacaan dari pengarang Sukirno dan Melayu).
6Sukirno, op. cit., hlm. 5.
Berarti, sumber bacaan pada notasi ke-6 ini sama dengan di atas (footnote nomor 3 atau buku yang ditulis Sukirno), tetapi halaman berbeda dan sudah diselingi sumber bacaan lain.




BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Pendekatan Penelitiaan
Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif  adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara , catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.
Dalam penelita kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.( Patton dalam Poerwandari, 1998)
B.     Subjek Penelitian
CONTOH subjek penelitian :
Dalam penelitian  karakteristik subjek adalah Sebagai berikut :
Subjek penelitian ini adalah wanita yang berusia 46 tahun, pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, belum menikah, dan single mother. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang.

C.    Tahap-tahap penelitian
Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu :
1.      Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan demensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembibing penelitian  untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman wawancarara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti segera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai.
Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan temapat untuk melakukan wawancara.

2.       Tahap pelaksanaan penelitiaan
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasrkan wawancara dalam bentuk verbatim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan  analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data di akhir bab ini. setelah itu, peneliti membuat dinamika psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

D.    Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitiaan KI pada umumnya, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu :
1.       Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998)
Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :
a.      Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.
b.      Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
c.       Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.
Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu :
a.      Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.
b.      Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.
c.       Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.
d.     Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviwer.


2.      Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :
a.      Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.
b.      Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.
c.       Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d.     Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
e.      Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

E.     Alat Bantu pengumpulan Data
Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.
   Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :
1.      Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2.       Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.
3.       Alat Perekam
Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

F.      Keabsahan dan Keajegan Penelitian

Studi kasus dalam KI umumnya menggunakan penelitian pendekatan kualitataif. Yin (2003) mengajukan empat criteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai berikut :
1.       Keabsahan Konstruk (Construct validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :
a.      Triangulasi data
Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.
b.      Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.
c.       Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.
d.     Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancra dilakukan.
2.       Keabsahan Internal (Internal validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.
3.       Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)
Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.
4.       Keajegan (Reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama, sekali lagi.

G.    Teknik Analisis Data
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif  terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya  :
1.       Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
2.       Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.
3.      Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan factor-faktor yang ada.
4.      Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
5.      Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakaiadalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.Pengujian Sistem dan Hasil Pengujian Sistem Bab empat membahas tentang metode pengujian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik pengolahan dan analis data, serta hasil pengujian sistem yang telah dibuat dalam bab-bab sebelumnya. Bab lima terakhir berisi Penutup kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian.









[1] Disampaikan dalam perkuliahan Diploma 3 Pariwisata,Universitas Negeri Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar