Jumat, 19 April 2013

MENGATASI RASA TAKUT TIDAK RASIONAL (FOBIA) PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE DESENTISASI


UPAYA MENGATASI  RASA TAKUT TIDAK RASIONAL (FOBIA) PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE DESENTISASI 
Oleh:
DIRGANTARA WICAKSONO
 (Dosen tetap PGSD FIP UMJ)

ABSTRAK
Upaya mengatasi rasa takut tidak Rasional (Fobia) pada anak usia dini melalui metode desentisasi di Taman kanak kanak PATRA, Jakarta Timur.
Metode menggunakan media balok mempunyai peranan dalam mengembangkan kepercayaan diri melalui interaksi dengan anak proses interaksi yang dilakukan langsung maupun tidak langsung memberikan bimbingan, latihan, dan teladan pada anak mengenai berbagai sikap yang harus dimilikinya.
Dalam berinteraksi denganmenggunakan media balok, anak bercakap-cakap dan bertukar pikiran mengenai hal-hal yang belum dan ingin diketahuinya. Anak dirangsang untuk mengungkapkan pikiran perasaan, pengalamannya yang terkadang memunculkan masalah baginya. Kemudian anak dibimbing untuk mencari penyelesaian terhadap masalah tersebut. Selain itu, dalam bentuk perilaku anak belajar memahami sebab-akibat sederhana sehubungan dengan kejadian-kejadian disekelilingnya ataupun mengenai aturan dan norma yang harus dipatuhinya, dimana hal ini akan sangat membantu anak didalam penyesuaian sosialnya. Kepercayaan diri pada anak sangat dibutuhkan dalam melakukan kegiatan di TK, dimana ia harus percaya diri ddalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Hubungan interaksi dalam keluarga dengan kepercayaan diri pada anak sangat erat kaitannya, dimana orang tua tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, tetapi perlu perhatian yang khusus dalam pengembangan kepercayaan diri anak. Kualitas interaksi dalam keluarga sangat dibutuhkan untuk menentukan pembentukan pribadi anak dan watak serta kepercayaan diri yang dibawanya sampai dewasa kelak.

Kata Kunci : Menghilangkan, Fobia, Desentisasi.


PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahluk hidup dan social perlu berinteraksi dengan baik terhadap lingkungannya. Dalam bermasyarakat manusia dibatasi dengan berbagai macam aturan dan norma agar tercipta kehidupan bersama yang tentram dan teratur.
Individu sebagai bagian dari masyarakat membutuhkan interaksi yang berkualitas sehingga terjalin keserasian diantara anggota keluarga. Davis mengatakan bahwa interaksi yang berkualitas harus ditempatkan pada angenda keluarga baik itu seharian penuh atau hanya sepuluh menit. Karena interaksi yang berkualitas itu dapat memperkuat hubungan keluarga mencapai tingkat yang diharapkan.
Sifat-sifat yang baik hendaknya diwujudkan orang tua dalam segala perkataan, perbuatan dan tingkah lakunya. Dan orang tua hendaknya dapat menciptakan keadaan dimana si anak berkembang dalam suasana rumah, dan ada kerja sama yang diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak cenderung untuk melakukan hal-hal yang baik pada kemudian hari. Apabila anak berkembang pada suasana dimana pertikaian, pertengkaran dan permusuhan menjadi hal-hal yang biasa dalam keluarganya, hal demikian akan berpengaruh besar terhadap kepribadiannya dan emosional anak. 
Selain itu diharapkan sumber daya yang dimiliki (buku, mainan dan fasilitas lainnya) dapat dicapai dengan baik dan tepat untuk memajukan perkembangan kemapuan anak. Karena semakin bertambah usia, semakin luas hubungan interaksi anak dengan orang lain. Yaitu diluar keluarga baik dilingkungan tetangga maupun lingkungan sekolah. Anak perlu memiliki rasa percaya diri agar ia cakap dan terampil dalam menyelesaikan berbagai hambatan yang dialaminya.
Yoder dan Proctor mengemukakan bahwa : tanpa kepercayaan diri seorang anak sangat sulit untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dan juga tidak menikmati kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Tetapi sebaliknya dengan kepercayaan diri seorang anak bisa mengambil keputusan dengan baik dan bisa menjadi sesuatu yang diinginkan.
Pengertian kepercayaan diri ini dapat dikatakan sebagai konsistensi seorang anak dalam melakukan hal/pekerjaan yang selalu ia nikmati. Namun demikian sering ditemukan anak-anak yang kurang percaya diri dalam melakukan kegiatan di TK. Mereka ini tidak mempunyai inisiatif untuk mengerjakan suatu kegiatan dengan usahanya sendiri, tetapi mereka memiliki kecenderungan untuk selalu meminta bantuan pihak luar dalam hal ini orang tua, guru atau teman. Anak-anak tersebut termasuk kelompok anak yang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang rendah. 
Kepercayaan Diri yang rendah diatas menggambarkan bahwa pengembangan kepercayaan diri pada anak masih belum jelas. Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang hal-hal apa saja yang yang menyebabkan anak kurang percaya diri dalam melakukan kegiatan di TK.
Dengan dasar pemikiran diatas, perlu dilakukan suatu penelitian tentang hubungan interaksi dalam bermain menggunakan balok sebagai kepercayaan diri anak. Melalui penelitian ini diharapkan anak memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga anak bisa melakukan setiap pekerjaan dengan baik dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
Memahami betapa pentingnya perkembangan kecerdasan pada anak usia dini oleh Dimiyati ia membuat alat peraga permainan balok dan puzzle. (ia seorang dosen guru TK Muhamadiyah Purwokerto Jawa Tengah)
Dimiyati mengatakan bahwa : saya menciptakan ke 2 alat ini terinspirasi dari buku karya ” Frederick frobel” seorang ilmuwan jerman yang membuat alat permainan. ” Frederick frobel” adalah pencetus Kinder Garten (taman kanak-kanak) dan ia meninggal pada tahun 1852. menyusun menara kubus kelompok A (kegiatan murid) metode : pemberian tugas praktek langsung
1.            melatih motorik halus anak
2.            melatih kreatifitas anak
3.            memupuh kerja sama teman

”Learning by doing”, belajar sambil bermain, merupakan aktivitas utama bagi anak-anak usia balita sampai usia SD.
Kegiatan bermain sehari-hari anak tersebut, merupakan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, sekaligus memupuk dan mengembangkan sikap kerja sama, sportifitas, sosialisasi, menahan diri, imaginasi, intelegensi, responsif, tenggang rasa, persuasif, emosional, dan seterusnya. Apabila bentuk / alat permainan tersebut berbobot.
Anak-anak usia balita pada umumnya, terutama anak usia 4-6 tahun belum mempunyai kegiatan diluar rumah secara rutin, semua orang tua tentunya akan memperhatikan dan mengisi kegiatan sehari-hari dengan alat-alat permainan yang menumbuhkan kreatifitas bermakna bagi anak.
Balok alat bermain praktis adalah kurikulum kreatif dirancang bagi orang tua yang ingin mengembangkan bakat anak-anak dan yang ingin mengembangkn kegiatan mereka sambil bermain.
Balok-balok tunggal mempelajari masalah yang biasa dihadapi para guru ketika berpraktek diruang bermain balok.

Apa yang dinamakan balok
Balok dapat disususn dilantai. Ada kumpulan balok yang sangat kecil, biasanya digunakan untuk meja mainan.
Sejumlah guru mengemukakan berbagai masalah yang dihadapinya yaitu :
·               balok terlalu berisik
·               anak-anak tidak suka merapikan balok tersebut
·               balok menyita tempat terlalu banyak
·               diperlukan lantai yang luas untuk balok
·               balok terkadang berbahaya, bila bangunan yang dibuatnya runtuh dapat menciderai anak
·               balok juga digunakan senjata oleh anak
·               balok membosankan
·               bertengkar menggunakan balok bisa berbahaya
·               bila bangunan rubuh anak-anak akan sedih
·               sebagian anak tidak tertarik dengan balok
·               anak perempuan tidak bermain dengan balok
·               sebagian lagi ada yang ingin menguasai permainan balok dengan waktu yang lama
·               balok bila pecah akan mengganggu kebersihan
·               mengawasi ruang bermain balok sangat menyita waktu
·               anak-anak tidak mempelajari balok
Sebagian guru mengatakan balok sebagian penting dari program mereka karena 
·               anak –anak belajar mengenai konsep yang pasti
·               mereka mempelajari bentuk yang berbeda
·               mereka belajar mengenal kata-kata baru
·               mereka menemukan gagasan yang baru
·               mereka berlatih dan menggunakan otak
·               mereka dilatih menyesuaikan benda
·               mereka dapat menyamakan pola
·               memperkuat ingatan visual
·               merupakan aktivitas yang aman
·               balok menyenangkan
·               anak-anak akan sangat kreatif
·               mereka belajar cara merapikan alat bermain
·               anak-anak memperoleh kepuasan
·               anak-anak belajar mengenai perbedaan
Mengawasi anak-anak berarti  memperhatikan apa yang sedang dilakukan mereka, tetapi bagaimana kalau anak-anak lainnya tidak aktif dan tidak pula berdiam diri. Bahkan para guru yang merasa mengenal setiap anak didiknya akan tercengang berapa banyak yang dapat mereka berikan dengan hanya berpusat pada seorang anak.
Permainan balok tidak terbatas hanya dengan membuat menara, gedung dan lain sebagainya. Bangunan-bangunan ini dipakai sebagai dekor oleh anak-anak untuk permainan balok. Permainan balok akan lebih menarik bila di sertai dengan boneka.
Jika anak-anak tidak mau memakai satu alat balok untuk bersama itu hanya sifat yang lumrah.
Perencanaan adalah salah satu cara untuk mengatakan kepada anak-anak  hal ini juga sangat mendorong anak-anak menentukan pilihan yang tepat ruangan mana yang ingin mereka gunakan untuk bermain. Di banyak kelas akan terlihat sedikitnya anak perempuan diruang balok.
Bahwa ketika anak perempuan yang umurnya dua tahun sudah belajar untuk  membuat balok. Begitu umurnya bertambah, lebih suka meninggalkan ruangan balok
Anak perempuan selalu mendapat kesan baik didalam kelas maupun di dunia nyata, bahwa pekerjaan membangun hanyalah untuk laki-laki. Inilah agaknya yang menjadi salah satu alasan mereka tidak betah berada di ruang balok.
Dalam membuat sebuah bangunan balok seringkali anak perempuan mengerjakannya sejak awal, dibanding dengan anak laki-laki seusia mereka. Anak laki-laki tidak begitu banyak pengalamannya.

Hakekat Pengertian Interaksi
Interaksi merupakan hubungan yang menyangkut hubungan antar orang perorang, antara kelompok manusia maupun antara orang perorang dengan kelompok manusia. Turner mengemukakan pengertian interaksi sebagai berikut :
” Proses interaksi dimulai dengan adanya perubahan perasaan secara luas dari sebuah kebiasaan yang mempunyai arti tertentu. Contoh : seorang ayah yang berbicara pada anaknya, dia memberikan intonasi yang berbeda dengan setiap pengucapan dan ia berharap akan adanya respon dari orang yang diajak komunikasi”.

Dengan itu, interaksi diantara sesama manusia merupakan sarana untuk saling melengkapi satu sama lain yang berarti bahwa interaksi berperan penting terhadap perubahan diri seseorang.
Soekanto mengemukakan beberapa syarat yang diperlukan dalam interaksi sebagai berikut :
1.   Ada kontak sosial ( social contact )
Kata kontak berasal dari bahasa latin con.cum yang berarti bersama-sama dan   tango yang berarti menyentuh.
2.      Ada komunikasi
Yaitu bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perlakuan orang lain yang terwujud pembicaraannya, gerak badaniah, atau sikap dan perasaan yang ingin disampaikan.

Kontak positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Kontak sosial saja tidak mempunyai arti apa-apa tanpa adanya komunikasi. Dengan komunikasi maka sikap-sikap diketahui dan dapat memberikan reaksi yang tepat.
Hovland mendefinisikian komunikasi sebagai berikut : ”Comuniation is the process by which an individual (the communication) transmit stimulus (usually verbal syimbolis) to modify the behavior of the other individual (communication). (komunikasi mempengaruhi perubahan tingkah laku seseorang disebabkan oleh adanya stimulus yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan) .Maksudnya komunikasi mempunyai peran yang lebih penting dalam proses komunikasi, karena dapat mempengaruhi tingkah laku.
Rahmat mengemukakan proses komunikasi sebagai berikut : Bahwa dalam setiap proses komunikasi dapat menimbulkan tingkah laku, namun tidak semua proses komunikasi dapat disebut sebagai proses komunikasi yang konstruktif yaitu suatu mekanisme hubungan yang menimbulkan perubahan tingkah laku yang konstruktif yang meliputi sikap dan perilaku juga diharapkan perubahan tersebut bersifat membangun.
Dan ciri-ciri proses komunikasi yang konstruktif, yaitu :
·         Memiliki Sikap Percaya
·         Mengandung Sifat Memotivasi

Dari teori diatas,penulis berpendapat bahwa syarat innteraksi adalah adanya kontak komunikasi dan harus dilakukan secara tepat dan efektif. Kontak tanpa adanya komunikasi tidak akan membentuk suatu proses interaksi yang diharapkan, demikian pula sebaliknya kedua syarat tersebu diperlukan terjadinya interaksi berarti adanya pola dan reaksi dari pihak-pihak yang berinteraksi.

Hakikat Kepercayaan Diri Pada Anak  
Yoder and Proctor mengatakan bahwa : ” Self confidence is the active, effective expression of linner feelings of self wort, self esteem and self and understanding”
“(Kepercayaan diri adalah tindakan yang aktif dan efektif dari harga diri, konsep diri dan pemahaman diri seseorang)” . Ini berarti kepercayaan diri seseorang dapat dilihat dari tindakannya.
Mereka mengemukakan ada 7 ciri-ciri anak yang percaya diri yaitu: “ aktif tetapi tidak over, tidak terpengaruh oleh orang lain, supel / mudah bergaul, berfikir positif dan bertanggung jawab, tidak mudah putus asa, mudah bekerja sama, mempunyai jiwa pemimpin, “
Dengan kata lain, seseorang itu apabila dia mempunyai kepercayaan diri, ia berani melakukan suatu hal yang baik bagi dirinya. Ia telah mengetahui dan mengukur dengan pasti bahwa dirinya sanggup melaksanakan hal tersebut, dan ia melakukannya tanpa ragu karena dia selalu berfikir positif tentang dirinya
Orang yang memiliki percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut tanpa bergantung dengan orang lain dan mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri.
Angelis mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala sesuatu yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan.
Ada 3 jenis kepercayaan diri yang perlu dikembangkan , yaitu :
1.      Tingkah laku adalah kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan menyelesaikan tugas yang paling sederhana
2.      Emosi adalah kepercayaan diri untuk yakin dan mampu menguasai segenap isi emosi.
3.      Spiritualitas (agama) adalah keyakinan bahwa hidup ini memiliki tujuan yang positif.

Kepercayaan diri disini dapat diartikan bahwa yakin dalam melakukan sesuatu apapun secara maksimal, agar memiliki hidup yang seimbang.
Hurlock mengemukakan pola emosi yang umum pada saat masa kanak-kanak adalah keingintahuan. Kegembiraan dengan berbagai intensitasnya dan kasih sayang.
Emosi tersebut sering kali terlihat pada keseharian anak dimana mereka ingin tahu segalanya hal yang baru baginya dan selalu terlihat gembira.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Action Research (Penelitian Tindakan). Penelitian Tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi pemecahan masalah.[1] Dalam penelitian tindakan ini, digunakan desain penelitian Action Research Model Lewin.
Adapun konsep pokok dari penelitian tindakan Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (plan); (2) tindakan (action); (3) pengamatan (observation); (4) refleksi (reflection).[2] Sedangkan dalam hubungannya dengan pendidikan, Glickman menyatakan bahwa Action Research dalam pendidikan adalah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di sekolah dengan mengatur aktivitas yang hasilnya dapat meningkatkan pengajaran. [3]
Lebih lanjut Calhoum menyatakan bahwa Action Research adalah cara mudah mengatakan agar segera mempelajari apa yang terjadi di sekolah dan kita memutuskan bagaimana membuatnya lebih baik.[4] Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan kelas yang terdiri dari beberapa siklus yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu hingga tujuan penelitian tercapai.




Peneliti mencoba mencari dan menggali lebih dalam permasalahan yang berhubungan dengan rasa kepercayaan diri anak usia dini 4 – 6 tahun di TK PATRA Pulo Gadung Jakarta Timur. yang sebelumnya pernah dikaji pada observasi awal. Peneliti sebagai guru dan dibantu oleh guru bidang rekan sejawat yang lain sebagai kolaborator. Pada tahap ini pula  peneliti dan guru rekan sejawat mendiskusikan dan menentukan materi yang akan digunakan untuk objek penelitian.
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivas seperti biasanya dalam hal ini berdasarkan kurikulim dan kegiatan yang terjadi setiap harinya dengan penjelasan. Pada siklus pertama peneliti hanya melakukan observasi kasat mata atau sepintas terhadap objek penelitian dalam kelas agar terlihat perbandingan untuk mengetahui rasa percaya diri anak sebelum melakukan observasinya yang sesungguhnya. Selanjutnya peneliti memberikan post test untuk mengukur kemampuan siswa.
Guru rekan sejawat sebagai kolaborator penelitian. Kolaborator mengamati situasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung kemudian mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran dan menuliskannya dalam lembar kolaborator.
Bersama kolaborator, peneliti mencoba merinci kemudian menganalisis permasalahan selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus pertama yang harus diperbaiki pada siklus kedua dan seterusnya.
Kolaborator mengamati situasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung kemudian mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung lalu menuliskannya dalam lembar kolaborator.
Peneliti menjelaskan materi dengan metode ceramah dengan media alat peraga dan materi pembelajaran. Peneliti meminta siswa untuk lebih memperhatikan peneliti selama menjelaskan materi pelajaran. Setelah itu siswa diajak berdialog dalam lembara Siswa yang disusun peneliti untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari yang kemudian dibahas bersama-sama. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan post test pada siswa.

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Disampaikan bahwa objek penelitian ini adalah murid Patrausia 4-6 tahun yang berlokasi di Komplek pertamina – Pulogadung Jakarta Timur dan dari data yang diperoleh untuk anak usia 4-6 tahun sebanyak 60 murid.
Berdasarkan indikator interaksi dalam keluarga, digunakan angket yang terdiri dari 34 item pernyataan. Angket tersebut telah diisi oleh 50 orang tua murid dari 60 orang tua murid yang menjadi responden penelitian dan 50 angket telah dikembalikan sebagai data mentah.
Untuk variabel interaksi dalam keluarga, dari 50 orang tua siswa yang menjadi responden penelitian, diperoleh data skor yang tertinggi adalah 164 dan skor terendah adalah 111,1 skor rata-rata sebesar 136,94 dan simpangan baku sebesar 11,3. pemunculan tertinggi terdapat pada batas kelas 126.5-134.5 sedangkan nilai pemunculan terendah terdapat pada batas kelas 158.5-166.5 untuk menentukan interaksi dikatakan dengan baik atau kurang baik dapat diperoleh dengan cara :
1.      mencari nilai rata-rata untuk kategori cukup baik diperoleh dengan cara rata-cara skor interaksi dalam keluarga dikurangi simpangan baku sampai dengan rata-rata skor ditambah dengan simpangan baku. Hasilnya :
136,94 -11,3 = 125,64 dibulatkan menjadi 126
136,94 +11,3 = 148,24 dibulatkan menjadi 148
jadi kategori cukup baik, rentang nilainya adalah 126 – 148
2.      menentukan nilai rata-rata untuk kategori baik, yaitu skor yang berada diatas nilai 148 sampai dengan skor nilai tertinggi yaitu 148 – 164
3.      menentukan rentang nilai rata-rata untuk kategori kurang baik, yaitu skor yang berada dibawah 126 sampai skor terendah yang didapat. Dengan demikian rentang skor untuk kategori kurang baik adalah 111 – 125
lebih jelasnya diinterprestasikan sebagai berikut :
111 – 125 adalah rata-rata skor interaksi dalam keluarga yang   kurang   baik
126 – 148 adalah rata-rata skor interaksi dalam dalam keluarga yang cukup baik
149 – 164 adalah nilai rata-rata interaksi dalam keluarga yang baik

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva :
Dengan ketentuan diatas maka dapat diketahui bahwa interaksi dalam keluarga yang berkategori ”kurang baik” sebanyak 7 orang (14%), yang kategorinya ”cukup baik” sebanyak 38 orang (76%) dan kategorinya lebih sebanyak 5 orang (10%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata interaksi dalam keluarga TK PATRA adalah ”cukup baik”
                                                                                                                 
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analis data yang telah diolah, maka dapat di simpulkan bahwa :
1.            Interaksi dengan menggunakan media balok  yang diperoleh anak usia 4-6 tahun di Patra tergolong dalam kategori ”cukup baik”. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata yaitu 136,94
2.            Kepercayaan diri yang dimiliki anak usia 4-6 tahun di Patra dapat dikategorikan yang ”cukup baik”. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata sebesar 122,2
3.            Terdapat hubungan positif yang signifikan antara interaksi dan kepercayaan diri dengan menggunakan balok dengan anak usia 4-6 tahun di TK PATRA. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin baik interaksi dengan menggunakan balok, maka kepercayaan diri anak semakin baik.
4.            Interaksi dalam keluarga berkontribusi besar terhadap kepercayaan diri anak. Hal ini ditunjukan dengan menggunakan media balok memberikan kontribusi sebesar 51,84% terhadap kepercayaan diri anak.
Melalui pengkajian teori dan hasil penelitian dapat dilihat bahwa semakin baik interaksi dalam keluarga dalam menumbuhkan kepercayaan diri anaknya, maka akan semakin tinggi kepercayaan diri anak begitu juga sebaliknya semakin tidak baik interaksi dalam keluarga maka akan semakin rendah kepercayaan diri, untuk itu orang tua hendaknya selalu berperan aktif dalam menimbulkan kepercayaan diri anak.
Melihat adanya kontribusi interaksi dalam keluarga yang besar terhadap kepercayaan diri anak, maka perlu ada tindak lanjut peningkatan interaksi dalam keluarga yang lebih konkret, dimana diharapkan anak akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Penelitian ini adalah bagi guru agar menerapkan interaksi positif baik didalam maupun diluar kelas agar kepercayaan diri anak bisa tumbuh dengan baik.

Saran
Kepercayaan diri anak sangat dibutuhkan oleh individu sebagai masa karena dengan kepercayaan diri akan mampu meningkatkan prestasi seseorang maupun kualitas hidup dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, saran dalam penelitian ini adalah :
Keluarga (Orang Tua, Kakek, Nenek) 
Hendaknya dapat melakukan interaksi yag berkualitas pada anak sejak dini dalam rangka menumbuhkan kepercayaan diri anak. Karena hal ini dapat membantu anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dapat menggunakan sumber daya (buku, mainan, dan fasilitas yang lain) dengan baik dan tepat
Guru
Hendaknya guru turut membantu mengembangkan kepercayaan diri yang baik pada anak dengan cara melakukan interaksi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar.
Peneliti Lain
Disarankan melanjutkan penelitian dengan mengembangkan cakupan yang lebih luas dan mendalam. Terutama yang berkaitan dengan interaksi dan kepercayaan diri dalam menggunakan media bermain balok sehingga hasil penelitian dapat dijadikan sebagai khasanah dalam ilmu pengetahuan.
Masyarakat Umum
Hendaknya turut menyebarluaskan tentang pentingnya interaksi dalam keluarga yang diberikan pada anak sejak dini agar anak memiliki kepercayaan diri yang baik sehingga dapat berinteraksi dengan orang lain dan hidup sukses dimasyarakat pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Angelis, Barbara, De, Percaya diri (sumber Sukses dan Mandiri). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2010
Bijou, Development in The Presschol Years, New York : The American Psycologhy Assosiation Ine, 200
Cohan, Bruce, J. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Bina Aksara 1983
Clark, Silvana, Mengembangkan Kepercayaan Diri Anak, Jakarta : Penerbit Gramedia, 2003
Eshlemen, J. Ross, The Family : an introduction,Boston : Allyn & Bacon Inc 2004
Farber, Bernard, Family Organisation And Introduction, San Fransisco : Chandler Publishing Company,1960
Gunarsa, Singgih, D, dan Yulia, Gunarsa Singgih D : Psikologi Praktis : Anak, Remaja, Dan Keluarga, Jakarta : PT. BPK Gunung Mulua, 1991
Harlock, Elisabeth, B, Perkembangan Anak Jilid II, Jakarta : Erlangg,1990
Kinnan, Molly, Kids Need, Quality Family Interaction, Missisipi State university
               http : // mssucares.com/news/fce 99/9906071 dhtm
Lie, Anita, Menjadi Orang Tua Bijak,: 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak , Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo, 2003
Liliweri, Alo, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1991
Lindenfield, Gael, Mendidik Anak Agar Percaya Diri, Jakarta : Penerbit Arean,1997
Markum, Enoch, Anak Keluarga Dan Masyarakat, Jakarta : PT.Sinar Harapan,1985
Mussen, Henry, Paul, Terj.F X Budiyanto dkk, Perkembangan Dan Kepribadian Anak, Jakarta : Penerbit Arcan,2009

Nurani, Yuliani, Workshop Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta 2004
Pearche,John, Mengatasi Kecemasan Dan Ketakutan Anak : Kiat Membantu Anak Melawan Ketakutan Dan Mengembangkan Percaya Diri, Jakarta : Penerbit Arcan, 2000
Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosda Karya 2001
Schaefer Charles, Ways To Build Positive Family Relations Ship, 2007
Soedarsono,Soemarno, Keluarga Sebagai Sarana Sosial, Jakarta : PT Gramedia Jakarta 2009
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : CV. Rajawali,2000
Suharsina, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta,2003
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2009
Sugiono, Metode Penelitian, Bandung : Penerbit Alfabeta,2012
Turner, Larph, 11 Family Interaction, New York, John Willey 1972 
Vasta, Ross, Family Influences, : Child Psychology, New York, John Willey & Sons Inc, 2005
Yorder M.D,Jean, Proctor, Williams, The Self Confident  Child, USA : Library Of Congress,2008.



[1]     Depdikbud Dikmenum, Penelitian tindakan : Action Research (Jakarta : 1999), h. 1.
[2]     Ibid, h. 1
[3]     Carl Glickman, “How is Action Research Define ?” (http://www.coefau.edu/sfcel/define/html), 2005.
[4]      Carl Glickman, Loct. Cit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar