UPAYA
MENGATASI RASA TAKUT TIDAK RASIONAL
(FOBIA) PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE DESENTISASI
Oleh:
DIRGANTARA WICAKSONO
(Dosen tetap PGSD FIP UMJ)
ABSTRAK
Upaya mengatasi
rasa takut tidak Rasional (Fobia) pada anak usia dini melalui metode
desentisasi
di Taman kanak kanak PATRA, Jakarta Timur.
Metode menggunakan media balok
mempunyai peranan dalam mengembangkan kepercayaan diri melalui interaksi dengan
anak proses interaksi yang dilakukan langsung maupun tidak langsung memberikan
bimbingan, latihan, dan teladan pada anak mengenai berbagai sikap yang harus
dimilikinya.
Dalam berinteraksi denganmenggunakan
media balok, anak bercakap-cakap dan bertukar pikiran mengenai hal-hal yang
belum dan ingin diketahuinya. Anak dirangsang untuk mengungkapkan pikiran
perasaan, pengalamannya yang terkadang memunculkan masalah baginya. Kemudian
anak dibimbing untuk mencari penyelesaian terhadap masalah tersebut. Selain
itu, dalam bentuk perilaku anak belajar memahami sebab-akibat sederhana
sehubungan dengan kejadian-kejadian disekelilingnya ataupun mengenai aturan dan
norma yang harus dipatuhinya, dimana hal ini akan sangat membantu anak didalam
penyesuaian sosialnya. Kepercayaan diri pada anak sangat dibutuhkan dalam
melakukan kegiatan di TK, dimana ia harus percaya diri ddalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Hubungan interaksi dalam keluarga
dengan kepercayaan diri pada anak sangat erat kaitannya, dimana orang tua tidak
cukup hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, tetapi perlu perhatian yang khusus
dalam pengembangan kepercayaan diri anak. Kualitas interaksi dalam keluarga
sangat dibutuhkan untuk menentukan pembentukan pribadi anak dan watak serta
kepercayaan diri yang dibawanya sampai dewasa kelak.
Kata Kunci : Menghilangkan, Fobia,
Desentisasi.
PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahluk hidup dan social perlu berinteraksi dengan
baik terhadap lingkungannya. Dalam bermasyarakat manusia dibatasi dengan
berbagai macam aturan dan norma agar tercipta kehidupan bersama yang tentram
dan teratur.
Individu sebagai bagian dari masyarakat membutuhkan interaksi yang
berkualitas sehingga terjalin keserasian diantara anggota keluarga. Davis mengatakan bahwa
interaksi yang berkualitas harus ditempatkan pada angenda keluarga baik itu
seharian penuh atau hanya sepuluh menit. Karena interaksi yang berkualitas itu
dapat memperkuat hubungan keluarga mencapai tingkat yang diharapkan.
Sifat-sifat yang baik hendaknya diwujudkan orang tua dalam segala
perkataan, perbuatan dan tingkah lakunya. Dan orang tua hendaknya dapat menciptakan keadaan
dimana si anak berkembang dalam suasana rumah, dan ada kerja sama yang
diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga anak cenderung untuk melakukan hal-hal yang baik pada kemudian hari.
Apabila anak berkembang pada suasana dimana pertikaian, pertengkaran dan
permusuhan menjadi hal-hal yang biasa dalam keluarganya, hal demikian akan
berpengaruh besar terhadap kepribadiannya dan emosional anak.
Selain itu diharapkan sumber daya yang dimiliki (buku,
mainan dan fasilitas lainnya) dapat dicapai dengan baik dan tepat untuk
memajukan perkembangan kemapuan anak. Karena semakin bertambah usia, semakin
luas hubungan interaksi anak dengan orang lain. Yaitu diluar keluarga baik
dilingkungan tetangga maupun lingkungan sekolah. Anak perlu memiliki rasa
percaya diri agar ia cakap dan terampil dalam menyelesaikan berbagai hambatan
yang dialaminya.
Yoder
dan Proctor mengemukakan
bahwa : tanpa kepercayaan diri seorang anak sangat sulit untuk mencapai sesuatu
yang diinginkan dan juga tidak menikmati kegiatan untuk mencapai suatu tujuan
tersebut. Tetapi sebaliknya dengan kepercayaan diri seorang anak bisa mengambil
keputusan dengan baik dan bisa menjadi sesuatu yang diinginkan.
Pengertian kepercayaan diri ini dapat dikatakan
sebagai konsistensi seorang anak dalam melakukan hal/pekerjaan yang selalu ia
nikmati. Namun demikian sering ditemukan anak-anak yang kurang percaya diri
dalam melakukan kegiatan di TK. Mereka ini tidak mempunyai inisiatif untuk
mengerjakan suatu kegiatan dengan usahanya sendiri, tetapi mereka memiliki
kecenderungan untuk selalu meminta bantuan pihak luar dalam hal ini orang tua,
guru atau teman. Anak-anak tersebut termasuk kelompok anak yang mempunyai
tingkat kepercayaan diri yang rendah.
Kepercayaan Diri yang rendah diatas menggambarkan bahwa
pengembangan kepercayaan diri pada anak masih belum jelas. Sehingga perlu
dilakukan penelitian tentang hal-hal apa saja yang yang menyebabkan anak kurang
percaya diri dalam melakukan kegiatan di TK.
Dengan dasar pemikiran diatas, perlu dilakukan
suatu penelitian tentang hubungan interaksi dalam bermain menggunakan balok sebagai
kepercayaan diri anak. Melalui penelitian ini diharapkan anak memiliki
kepercayaan diri yang tinggi sehingga anak bisa melakukan setiap pekerjaan
dengan baik dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
Memahami betapa pentingnya perkembangan kecerdasan
pada anak usia dini oleh Dimiyati ia membuat alat peraga permainan balok
dan puzzle. (ia seorang dosen guru TK Muhamadiyah Purwokerto Jawa Tengah)
Dimiyati mengatakan bahwa : saya menciptakan ke 2
alat ini terinspirasi dari buku karya ” Frederick frobel” seorang ilmuwan
jerman yang membuat alat permainan. ” Frederick frobel” adalah pencetus Kinder
Garten (taman kanak-kanak) dan ia meninggal pada tahun 1852. menyusun menara
kubus kelompok A (kegiatan murid) metode : pemberian tugas praktek langsung
1.
melatih
motorik halus anak
2.
melatih
kreatifitas anak
3.
memupuh
kerja sama teman
”Learning by doing”, belajar sambil bermain,
merupakan aktivitas utama bagi anak-anak usia balita sampai usia SD.
Kegiatan bermain sehari-hari anak tersebut,
merupakan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, sekaligus memupuk dan
mengembangkan sikap kerja sama, sportifitas, sosialisasi, menahan diri,
imaginasi, intelegensi, responsif, tenggang rasa, persuasif, emosional, dan
seterusnya. Apabila bentuk / alat permainan tersebut berbobot.
Anak-anak usia balita pada umumnya, terutama anak usia 4-6 tahun belum
mempunyai kegiatan diluar rumah secara rutin, semua orang tua tentunya akan
memperhatikan dan mengisi kegiatan sehari-hari dengan alat-alat permainan yang
menumbuhkan kreatifitas bermakna bagi anak.
Balok alat bermain praktis adalah kurikulum
kreatif dirancang bagi orang tua yang ingin mengembangkan bakat anak-anak dan
yang ingin mengembangkn kegiatan mereka sambil bermain.
Balok-balok tunggal mempelajari masalah yang biasa
dihadapi para guru ketika berpraktek diruang bermain balok.
Apa yang dinamakan balok
Balok dapat disususn dilantai. Ada kumpulan balok
yang sangat kecil, biasanya digunakan untuk meja mainan.
Sejumlah guru mengemukakan berbagai masalah yang
dihadapinya yaitu :
·
balok
terlalu berisik
·
anak-anak
tidak suka merapikan balok tersebut
·
balok
menyita tempat terlalu banyak
·
diperlukan
lantai yang luas untuk balok
·
balok
terkadang berbahaya, bila bangunan yang dibuatnya runtuh dapat menciderai anak
·
balok
juga digunakan senjata oleh anak
·
balok
membosankan
·
bertengkar
menggunakan balok bisa berbahaya
·
bila
bangunan rubuh anak-anak akan sedih
·
sebagian
anak tidak tertarik dengan balok
·
anak
perempuan tidak bermain dengan balok
·
sebagian
lagi ada yang ingin menguasai permainan balok dengan waktu yang lama
·
balok
bila pecah akan mengganggu kebersihan
·
mengawasi
ruang bermain balok sangat menyita waktu
·
anak-anak
tidak mempelajari balok
Sebagian
guru mengatakan balok sebagian penting dari program mereka karena
·
anak
–anak belajar mengenai konsep yang pasti
·
mereka
mempelajari bentuk yang berbeda
·
mereka
belajar mengenal kata-kata baru
·
mereka
menemukan gagasan yang baru
·
mereka
berlatih dan menggunakan otak
·
mereka
dilatih menyesuaikan benda
·
mereka
dapat menyamakan pola
·
memperkuat
ingatan visual
·
merupakan
aktivitas yang aman
·
balok
menyenangkan
·
anak-anak
akan sangat kreatif
·
mereka
belajar cara merapikan alat bermain
·
anak-anak
memperoleh kepuasan
·
anak-anak
belajar mengenai perbedaan
Mengawasi anak-anak berarti memperhatikan apa yang sedang dilakukan
mereka, tetapi bagaimana kalau anak-anak lainnya tidak aktif dan tidak pula
berdiam diri. Bahkan para guru yang merasa mengenal setiap anak didiknya akan
tercengang berapa banyak yang dapat mereka berikan dengan hanya berpusat pada
seorang anak.
Permainan balok tidak terbatas hanya dengan
membuat menara, gedung dan lain sebagainya. Bangunan-bangunan ini dipakai
sebagai dekor oleh anak-anak untuk permainan balok. Permainan balok akan lebih
menarik bila di sertai dengan boneka.
Jika anak-anak tidak mau memakai satu alat balok untuk bersama itu hanya
sifat yang lumrah.
Perencanaan adalah salah satu cara untuk
mengatakan kepada anak-anak hal ini juga
sangat mendorong anak-anak menentukan pilihan yang tepat ruangan mana yang
ingin mereka gunakan untuk bermain. Di banyak kelas akan terlihat sedikitnya
anak perempuan diruang balok.
Bahwa ketika anak perempuan yang umurnya dua tahun
sudah belajar untuk membuat balok.
Begitu umurnya bertambah, lebih suka meninggalkan ruangan balok
Anak perempuan selalu mendapat kesan baik didalam
kelas maupun di dunia nyata, bahwa pekerjaan membangun hanyalah untuk laki-laki.
Inilah agaknya yang menjadi salah satu alasan mereka tidak betah berada di
ruang balok.
Dalam membuat sebuah bangunan balok seringkali anak perempuan
mengerjakannya sejak awal, dibanding dengan anak laki-laki seusia mereka. Anak
laki-laki tidak begitu banyak pengalamannya.
Hakekat Pengertian Interaksi
Interaksi merupakan hubungan yang menyangkut
hubungan antar orang perorang, antara kelompok manusia maupun antara orang
perorang dengan kelompok manusia. Turner mengemukakan pengertian interaksi sebagai
berikut :
”
Proses interaksi dimulai dengan adanya perubahan perasaan secara luas dari
sebuah kebiasaan yang mempunyai arti tertentu. Contoh : seorang ayah yang
berbicara pada anaknya, dia memberikan intonasi yang berbeda dengan setiap
pengucapan dan ia berharap akan adanya respon dari orang yang diajak komunikasi”.
Dengan itu, interaksi diantara sesama manusia
merupakan sarana untuk saling melengkapi satu sama lain yang berarti bahwa
interaksi berperan penting terhadap perubahan diri seseorang.
Soekanto mengemukakan beberapa syarat yang
diperlukan dalam interaksi sebagai berikut :
1. Ada
kontak sosial ( social contact )
Kata kontak berasal dari bahasa latin
con.cum yang berarti bersama-sama dan tango
yang berarti menyentuh.
2. Ada komunikasi
Yaitu bahwa seseorang memberikan tafsiran
pada perlakuan orang lain yang terwujud pembicaraannya, gerak badaniah, atau
sikap dan perasaan yang ingin disampaikan.
Kontak positif mengarah pada suatu kerja sama,
sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan
sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Kontak sosial saja tidak
mempunyai arti apa-apa tanpa adanya komunikasi. Dengan komunikasi maka
sikap-sikap diketahui dan dapat memberikan reaksi yang tepat.
Hovland mendefinisikian komunikasi sebagai berikut : ”Comuniation is
the process by which an individual (the communication) transmit stimulus
(usually verbal syimbolis) to modify the behavior of the other individual
(communication). (komunikasi mempengaruhi perubahan tingkah laku seseorang
disebabkan oleh adanya stimulus yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan) .Maksudnya komunikasi mempunyai peran yang lebih penting dalam
proses komunikasi, karena dapat mempengaruhi tingkah laku.
Rahmat mengemukakan proses komunikasi sebagai berikut : Bahwa dalam
setiap proses komunikasi dapat menimbulkan tingkah laku, namun tidak semua
proses komunikasi dapat disebut sebagai proses komunikasi yang konstruktif
yaitu suatu mekanisme hubungan yang menimbulkan perubahan tingkah laku yang
konstruktif yang meliputi sikap dan perilaku juga diharapkan perubahan tersebut
bersifat membangun.
Dan ciri-ciri proses komunikasi yang konstruktif,
yaitu :
·
Memiliki
Sikap Percaya
·
Mengandung
Sifat Memotivasi
Dari teori diatas,penulis berpendapat
bahwa syarat innteraksi adalah adanya kontak komunikasi dan harus dilakukan
secara tepat dan efektif. Kontak tanpa adanya komunikasi tidak akan membentuk
suatu proses interaksi yang diharapkan, demikian pula sebaliknya kedua syarat
tersebu diperlukan terjadinya interaksi berarti adanya pola dan reaksi dari
pihak-pihak yang berinteraksi.
Hakikat Kepercayaan Diri Pada Anak
Yoder and Proctor mengatakan bahwa : ” Self confidence is the active, effective expression of linner
feelings of self wort, self esteem and self and understanding”
“(Kepercayaan diri adalah
tindakan yang aktif dan efektif dari harga diri, konsep diri dan pemahaman diri
seseorang)” . Ini berarti kepercayaan diri
seseorang dapat dilihat dari tindakannya.
Mereka mengemukakan ada 7 ciri-ciri anak yang percaya diri yaitu: “ aktif tetapi tidak over, tidak terpengaruh
oleh orang lain, supel / mudah bergaul, berfikir positif dan bertanggung jawab,
tidak mudah putus asa, mudah bekerja sama, mempunyai jiwa pemimpin, “
Dengan kata lain, seseorang itu apabila dia mempunyai kepercayaan
diri, ia berani melakukan suatu hal yang baik bagi dirinya. Ia telah mengetahui
dan mengukur dengan pasti bahwa dirinya sanggup melaksanakan hal tersebut, dan
ia melakukannya tanpa ragu karena dia selalu berfikir positif tentang dirinya
Orang yang memiliki percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau
pekerjaan yang sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik atau setidaknya
memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut tanpa
bergantung dengan orang lain dan mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan
prestasinya sendiri.
Angelis mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah sesuatu yang harus
mampu menyalurkan segala sesuatu yang kita ketahui dan segala yang kita
kerjakan.
1.
Tingkah laku adalah kepercayaan
diri untuk mampu bertindak dan menyelesaikan tugas yang paling sederhana
2.
Emosi adalah kepercayaan diri
untuk yakin dan mampu menguasai segenap isi emosi.
3.
Spiritualitas (agama) adalah
keyakinan bahwa hidup ini memiliki tujuan yang positif.
Kepercayaan diri disini dapat diartikan bahwa yakin dalam melakukan
sesuatu apapun secara maksimal, agar memiliki hidup yang seimbang.
Hurlock mengemukakan pola emosi yang umum pada saat masa kanak-kanak
adalah keingintahuan. Kegembiraan dengan berbagai intensitasnya dan kasih
sayang.
Emosi tersebut sering kali terlihat pada keseharian anak dimana
mereka ingin tahu segalanya hal yang baru baginya dan selalu terlihat gembira.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Action Research (Penelitian Tindakan). Penelitian Tindakan adalah
salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan
proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi pemecahan masalah.[1]
Dalam penelitian tindakan ini, digunakan desain penelitian Action Research Model Lewin.
Adapun konsep pokok dari penelitian tindakan Lewin terdiri dari
empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (plan); (2) tindakan (action); (3)
pengamatan (observation); (4) refleksi (reflection).[2]
Sedangkan dalam hubungannya dengan pendidikan, Glickman menyatakan bahwa Action Research dalam pendidikan adalah
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di sekolah dengan mengatur aktivitas
yang hasilnya dapat meningkatkan pengajaran. [3]
Lebih lanjut Calhoum menyatakan bahwa Action Research adalah cara mudah mengatakan agar segera
mempelajari apa yang terjadi di sekolah dan kita memutuskan bagaimana
membuatnya lebih baik.[4]
Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari beberapa siklus yang jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan, yaitu hingga tujuan penelitian tercapai.
Peneliti mencoba mencari dan menggali lebih dalam permasalahan yang
berhubungan dengan rasa kepercayaan diri anak usia dini 4 – 6 tahun di TK PATRA Pulo Gadung Jakarta Timur. yang sebelumnya pernah dikaji pada
observasi awal. Peneliti sebagai guru dan dibantu oleh guru bidang rekan
sejawat yang lain sebagai kolaborator. Pada tahap ini pula peneliti dan guru rekan sejawat mendiskusikan
dan menentukan materi yang akan digunakan untuk objek penelitian.
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivas
seperti biasanya dalam hal ini berdasarkan kurikulim dan kegiatan yang terjadi
setiap harinya dengan penjelasan. Pada siklus pertama peneliti hanya melakukan
observasi kasat mata atau sepintas terhadap objek penelitian dalam kelas agar
terlihat perbandingan untuk mengetahui rasa percaya diri anak sebelum melakukan
observasinya yang sesungguhnya. Selanjutnya peneliti memberikan post test untuk mengukur kemampuan
siswa.
Guru rekan sejawat sebagai kolaborator penelitian. Kolaborator
mengamati situasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung kemudian
mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran dan
menuliskannya dalam lembar kolaborator.
Bersama kolaborator, peneliti mencoba merinci kemudian menganalisis
permasalahan selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus pertama yang
harus diperbaiki pada siklus kedua dan seterusnya.
Kolaborator mengamati situasi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung kemudian mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung lalu menuliskannya dalam lembar kolaborator.
Peneliti menjelaskan materi dengan metode
ceramah dengan media alat peraga dan materi pembelajaran. Peneliti meminta siswa untuk lebih memperhatikan
peneliti selama menjelaskan materi pelajaran. Setelah itu siswa diajak
berdialog dalam lembara Siswa yang disusun peneliti untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari yang kemudian dibahas
bersama-sama. Pada akhir pembelajaran peneliti
memberikan post test pada siswa.
HASIL
PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Disampaikan bahwa objek penelitian ini adalah murid Patrausia 4-6
tahun yang berlokasi di Komplek pertamina – Pulogadung Jakarta Timur dan dari
data yang diperoleh untuk anak usia 4-6 tahun sebanyak 60 murid.
Berdasarkan indikator interaksi dalam keluarga, digunakan angket
yang terdiri dari 34 item pernyataan. Angket tersebut telah diisi oleh 50 orang tua murid dari 60 orang tua murid
yang menjadi responden penelitian dan 50 angket telah dikembalikan sebagai data
mentah.
Untuk variabel interaksi dalam keluarga,
dari 50 orang tua siswa yang menjadi responden penelitian, diperoleh data skor
yang tertinggi adalah 164 dan skor terendah adalah 111,1 skor rata-rata sebesar
136,94 dan simpangan baku sebesar 11,3. pemunculan tertinggi terdapat pada batas kelas 126.5-134.5 sedangkan nilai
pemunculan terendah terdapat pada batas kelas 158.5-166.5 untuk menentukan
interaksi dikatakan dengan baik atau kurang baik dapat diperoleh dengan cara :
1.
mencari nilai rata-rata untuk
kategori cukup baik diperoleh dengan cara rata-cara skor interaksi dalam
keluarga dikurangi simpangan baku sampai dengan
rata-rata skor ditambah dengan simpangan baku .
Hasilnya :
136,94 -11,3 = 125,64 dibulatkan
menjadi 126
136,94 +11,3 = 148,24 dibulatkan
menjadi 148
jadi kategori cukup baik, rentang
nilainya adalah 126 – 148
2.
menentukan nilai rata-rata
untuk kategori baik, yaitu skor yang berada diatas nilai 148 sampai dengan skor
nilai tertinggi yaitu 148 – 164
3.
menentukan
rentang nilai rata-rata untuk kategori kurang baik, yaitu skor yang berada
dibawah 126 sampai skor terendah yang didapat. Dengan
demikian rentang skor untuk kategori kurang baik adalah 111 – 125
lebih jelasnya diinterprestasikan sebagai berikut :
111 – 125 adalah rata-rata skor interaksi
dalam keluarga yang kurang baik
126 – 148 adalah rata-rata skor interaksi
dalam dalam keluarga yang cukup baik
149 – 164 adalah nilai rata-rata interaksi
dalam keluarga yang baik
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
kurva :
Dengan
ketentuan diatas maka dapat diketahui bahwa interaksi dalam keluarga yang
berkategori ”kurang baik” sebanyak 7 orang (14%), yang kategorinya ”cukup baik”
sebanyak 38 orang (76%) dan kategorinya lebih sebanyak 5 orang (10%). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata interaksi dalam keluarga TK PATRA adalah ”cukup baik”
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analis data yang
telah diolah, maka dapat di simpulkan bahwa :
1.
Interaksi
dengan menggunakan media balok yang
diperoleh anak usia 4-6 tahun di Patra tergolong dalam kategori
”cukup baik”. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata yaitu 136,94
2.
Kepercayaan
diri yang dimiliki anak usia 4-6 tahun di Patra dapat dikategorikan yang ”cukup baik”. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
sebesar 122,2
3.
Terdapat
hubungan positif yang signifikan antara interaksi dan kepercayaan diri dengan
menggunakan balok dengan anak usia 4-6 tahun di TK PATRA. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa semakin baik interaksi dengan menggunakan balok, maka
kepercayaan diri anak semakin baik.
4.
Interaksi
dalam keluarga berkontribusi besar terhadap kepercayaan diri anak. Hal ini
ditunjukan dengan menggunakan media balok memberikan kontribusi sebesar 51,84%
terhadap kepercayaan diri anak.
Melalui pengkajian teori dan hasil penelitian
dapat dilihat bahwa semakin baik interaksi dalam keluarga dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anaknya, maka akan semakin tinggi kepercayaan diri anak begitu
juga sebaliknya semakin tidak baik interaksi dalam keluarga maka akan semakin
rendah kepercayaan diri, untuk itu orang tua hendaknya selalu berperan aktif
dalam menimbulkan kepercayaan diri anak.
Melihat adanya kontribusi interaksi dalam keluarga
yang besar terhadap kepercayaan diri anak, maka perlu ada tindak lanjut
peningkatan interaksi dalam keluarga yang lebih konkret, dimana diharapkan anak
akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Penelitian ini adalah bagi guru
agar menerapkan interaksi positif baik didalam maupun diluar kelas agar
kepercayaan diri anak bisa tumbuh dengan baik.
Saran
Kepercayaan diri anak sangat
dibutuhkan oleh individu sebagai masa karena dengan kepercayaan diri akan mampu
meningkatkan prestasi seseorang maupun kualitas hidup dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu, saran dalam penelitian ini adalah :
Keluarga (Orang Tua, Kakek, Nenek)
Hendaknya dapat melakukan interaksi yag
berkualitas pada anak sejak dini dalam rangka menumbuhkan kepercayaan diri
anak. Karena hal ini dapat
membantu anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dapat
menggunakan sumber daya (buku, mainan, dan fasilitas yang lain) dengan baik dan
tepat
Guru
Hendaknya guru turut membantu mengembangkan
kepercayaan diri yang baik pada anak dengan cara melakukan interaksi dan
komunikasi dalam proses belajar mengajar.
Peneliti Lain
Disarankan melanjutkan penelitian dengan
mengembangkan cakupan yang lebih luas dan mendalam. Terutama yang berkaitan
dengan interaksi dan kepercayaan diri dalam menggunakan media bermain balok sehingga
hasil penelitian dapat dijadikan sebagai khasanah dalam ilmu pengetahuan.
Masyarakat Umum
Hendaknya turut menyebarluaskan tentang pentingnya
interaksi dalam keluarga yang diberikan pada anak sejak dini agar anak memiliki
kepercayaan diri yang baik sehingga dapat berinteraksi dengan orang lain dan
hidup sukses dimasyarakat pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Angelis, Barbara, De, Percaya diri (sumber Sukses dan Mandiri). Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010
Bijou, Development
in The Presschol Years, New York : The American Psycologhy Assosiation Ine,
2005
Cohan, Bruce, J. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta :
Bina Aksara 1983
Clark, Silvana, Mengembangkan Kepercayaan Diri Anak, Jakarta : Penerbit Gramedia,
2003
Eshlemen, J. Ross, The Family : an introduction,Boston : Allyn & Bacon Inc 2004
Farber, Bernard, Family Organisation
And Introduction, San Fransisco : Chandler Publishing Company,1960
Gunarsa, Singgih, D, dan Yulia, Gunarsa Singgih D : Psikologi Praktis : Anak, Remaja, Dan
Keluarga, Jakarta
: PT. BPK Gunung Mulua, 1991
Harlock,
Elisabeth, B, Perkembangan Anak Jilid II,
Jakarta : Erlangg,1990
Kinnan, Molly, Kids Need, Quality Family Interaction, Missisipi State
university
http : //
mssucares.com/news/fce 99/9906071 dhtm
Lie, Anita, Menjadi Orang Tua
Bijak,: 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak , Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo,
2003
Liliweri, Alo, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung :
Citra Aditya Bakti, 1991
Lindenfield,
Gael, Mendidik Anak Agar Percaya Diri,
Jakarta : Penerbit Arean,1997
Markum, Enoch, Anak Keluarga Dan Masyarakat, Jakarta
: PT.Sinar Harapan,1985
Mussen, Henry, Paul, Terj.F X Budiyanto
dkk, Perkembangan Dan Kepribadian Anak, Jakarta : Penerbit
Arcan,2009
Nurani, Yuliani, Workshop Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta 2004
Pearche,John, Mengatasi Kecemasan Dan Ketakutan Anak : Kiat Membantu Anak Melawan
Ketakutan Dan Mengembangkan Percaya Diri, Jakarta : Penerbit Arcan, 2000
Rahmat,
Jalaludin, Psikologi Komunikasi,
Bandung : PT Remaja Rosda Karya 2001
Schaefer Charles, Ways To Build Positive Family Relations Ship, 2007
Soedarsono,Soemarno, Keluarga
Sebagai Sarana Sosial, Jakarta : PT Gramedia Jakarta 2009
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta
: CV. Rajawali,2000
Suharsina, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka
Cipta,2003
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2009
Sugiono, Metode Penelitian, Bandung : Penerbit
Alfabeta,2012
Turner, Larph, 11 Family Interaction, New
York , John Willey 1972
Vasta, Ross, Family
Influences, : Child Psychology, New York, John Willey & Sons Inc, 2005
Yorder M.D,Jean, Proctor, Williams, The Self Confident Child, USA
: Library Of Congress,2008.
[1] Depdikbud Dikmenum, Penelitian tindakan : Action Research (Jakarta : 1999), h. 1.
[2] Ibid, h. 1
[3] Carl Glickman, “How is Action Research Define ?” (http://www.coefau.edu/sfcel/define/html),
2005.
[4] Carl Glickman, Loct. Cit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar