PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
oleh : Dirgantara Wicaksono,S.Pd, M.Pd,MM (bombom)
Dosen Tetap FIP Universitas Muhamadiah Jakarta
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia
unuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan
tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru
yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai
permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut,
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual
beserta cara penanggulangannya.
A.
PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN
Pada
dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita hadapai saat ini,
yaitu:
a.
Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
b.
Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja
yang antap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
B.
JENIS PERMASALAH POKOK PENDIDIKAN
Masalah pokok
pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah
mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan.
1.
Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan
pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapt menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh
pendidikan.
Masalah ini dapat
dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan pergantian jam
belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka.
2.
Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan
dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan.
Pemecahan masalah
mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan
perangkat lunak, personalia, dan manajemen pendidikan.
3.
Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa masalah
dalam kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara lain:
a.
bagaimana memfungsikan tenaga pendidikan.
b.
Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan
c.
Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d.
Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
4.
Masalah Relevansi Pendidikan
Sebenarnya
kriteria relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan
pada umumnya dan gambatan tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut.
a.
status lembaga pendidikan yang bermacam-macam
b.
sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai. Yang ada ialah siap kembang.
c.
Tidak tersedianya peta kebutuhan tenaga
kerja dengan persyaratannya yang digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga
pendidikan untuk menyusun programnya
C.
SALING KETERKAITAN ANTARA MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN
Ada
dua. faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan perluasan
pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak
memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi
satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu
karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang
kompeten, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
D.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN
Faktor-faktor yang
mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain: perkembangan iptek
dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan
budaya dan sarana kehidupan.
1.
Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan
berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya
peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan
cepat dan tepat. Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu
pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Seni merupakan
kebutuhan hidup manusia. Pengembangan kualitas seni secara terprogram
menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-program
lain dalam sistem pendidikan.
2.
Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah
kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu:pertambahan penduduk dan
penyebaran penduduk.
3.
Aspirasi Masyarakat
Belakangan ini
aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pemahaman
masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi tersebut menyangkut kesempatan
pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup setelah
mereka menjalani proses pendidikan.
4.
Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan
budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis yang terpencil dan
sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya baru karena
dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis
menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
E. PERMASALAHAN
AKTUAL PENDIDIKAN DAN PENANGGULANGANNYA
1.
Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia
Permasalahan
aktual pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan semakin berkembang sejalan
dengan perkembangan zaman dan kemapanan sumber daya manusia. Masalah masalah
tersebut antara lain:
a.
Masalah Keutuhan Pencapaian sasaran
b.
Masalah Kurikulum
c.
Masalah Peranan Guru
d.
Masalah Pendidikan Dasar 12 Tahun
2.
Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya
dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah aktual tersebut, diantaranya:
a.
Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.
b.
Pelaksanaan kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan dan diperhitungkan dalam
penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
c.
Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis
program studi.
d.
Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan)
Dari
tulisan tersebut dapat kita analisis, mensintesis dan mengevaluasinya.
Permaslahan pendidikan adalah masalah yang tak akan pernah berhenti sepanjang
manusia ada di dunia ini. Karena pendidikan berjalan sepanjang hidup manusia
itu sendiri. Permasalahan pendidikan yang sejak dahulu sudah menjadi masalah
utama yang juga memberi pengaruh terhadap munculnya permasalahan pendidikan
yang lain ada empat. Yakni masalah mutu pendidikan, pemerataan pendidikan,
efisensi pendidikan dan relevansi pendidikan. Keempat hal itu seolah menjadi
“lingkaran setan” yang menggerogoti pendidikan di Indonesia. Dari keempat
permasalahan tersebut nyatanya berasal dari sumber yang sama, yaitu pemerintah
sebagai penanggung jawab langsung pelaksana pendidikan dan rakyat Indonesia
sendiri khususnya orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan, apakah
kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa sendiri.
Untuk
lebih jelasnya maka dapat kita analisis keempat permasalahan tersebut. Pertama
masalah pemerataan pendidikan, sejatinya pendidikan di Indonesia harus dapat
mencapai segala aspek manusia Indonesia. Semua insan dapat mereguk indahnya
pendidikan. Namun nyatanya tidak demikian. Pendidikan di sekolah hanya dapat
dirasakan oleh orang-orang yang memang sanggup untuk membiayai sendiri
pendidikannya. Padahal dalam amanat UUD 1945 secara jelas dinyatakan bahwa
tujuan Negara salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran
megenai masalah ini seolah pemeritah kurang atau tidak serius dalam mencapai
tujuan yang hendak dicapai. Namun kita tidak lantas begitu saja mengklaim hal
itu, ada berbagai kebijakan pemerinta berkaiatan dengan permasalahan pemerataan
pendidikan antara lain dengan pengaturan jam belajar sekolah, dimana sekolah
agar dapat menampung siswa sebanyak mungkin maka di lakuakn penggunaan bergilir
terhadap bnaguaanan sekolah, sehingga dapat kita jumpai satu bangunan sekolah
dapat dioperasikan oleh dua sekolah yang berbeda. Baik sekolah negeri maupun
bergantian dnegan sekolah swasta. Contohnya banyak sekolah yang bernama PGRI
awalnya adlah sekolah yang “menumpang” gedungnya pada sekolah SD Negeri. Hal ini
dilakukan agar lebih banyak lagi masyarakat yang dapat merasakan dan menikmati
pendidikan, meski nyatanya hal ini hanya terjadi di tempat-tempat tertentu. Ada
kebijakan lain dari pemerintah yatiu dengan wajib belajar 9 tahun. Dengan
kebijakan ini setiap warga masyarakat berkewajiban melaksanakan pendidikan
hingga jejjang Sekolah Menengah Pertama, dan untuk memudahnkanyya amaka
pemerintah memberikan berbagai bantuan pendidikan bahkan di gratiskan. Dengan
harapan semua masyarakat tersentuh pendidikan hingga jenjang menengah pertama
tersbut, namun nyatanya, apa yang dikatakan “Gratis” hanya isapan jempol
belaka. Tetap saja harus ada sejumlah biaya yang tidak jurah untuk menanggung
beban pendidikan tersebut. Adan masih ada kebijakan pemerintah lainnya untuk
memperbaiki masalah pemerataan pendidikan Indonesia yang belum merata dan tidak
menyentuh seluruh aspek manusia Indonesia. Termasuk di dalamnya pendiidkan bagi
anak berkelainan khusus atau cacat fisik dan mental.
Masalah
klasik yang kedua masalah mutu pendidikan. Mutu pendidikan Indonesia dikatakan
belum sesuai denga yang diharapkan.dimana harapan ini merupakan tujuan dari
pendidikan nasional yang pada akhirnya adalah hendak memanusiakan manusia
Indoneisa. Jika dikatakan belum memiliki mutu yang baik, maka apakah akan dapat
kita mendapai tujuan pendidikan nasional?.tentunya kita sendiri dapat
menjawabnya. Untuk memperbaiki mutu pendidikan pemerintah telah melakukan
berbagai kebijakan antara lain merevisi kurikulum, perbaikan sarana dan
prasarana, dan perbaikin fisik yang lain. Namun masalah mutu pendidikan tetap
saja menjadi momok bagi pendidikan Indonesia.
Masalah
ketiga adalah efisiensi pendidikan. Dikatakan pendidikan Indonesia belum
efisien. Bagaimana hal ini tidak akan terjadi, bayak dari beberapa kebijakan
yang dilakukan pmemerinyah yang katanya adalah untuk memajukan pendidikan
Indonesia, nyatanya ahanyalah berbagai kebijakan dan penyelenggaraaan yang
dampak negatifnya lebih banyak bahkan menjadi hal yang tersia, contohnya kita
dapat renungkan dari kebijakan yang sedang menjadi pembicaraan hangat yakni
masalah sertifikasi pendidikan. Nyatanya masalah sertifikasi pada intinya hanya
masalah uang bukan bagaimana menjadikan atau menjaring sosok guru yang
professional, tidak dapat kita negasikan bahwa guru yang telah tersertifikasi
belum tentu merupakan guru yang professional, nyatanya banyak ditemuakan
berbagai penyimpangan yang dilakukan dalam proses tersebut, misalnya ditemukan
guru secara berkelompok maupun perorangan yang belah memalsukan atau
mendulikasi penelitiana atau karya ilmiah, selai itu tidak ada perbedaan atau
perubahan cara megajar guru yang telah tersertifikasi. Jadim lebih cocok jika
disebut sebagai pembagian tunajangan belaka atau dikalangan parra guru yang
telah tersertifikasi sebagau “duit kaget”. Dari sini dapat kita analisis dan sintesiskan
bahwa kebijakan sertifikasi guru itu tidk efisien atau malah tersia-sia,
padahal banak sekali anggaran yang dialokasikan untuk program tersebut.
Masalah
Keempat adalah masalah relevansi pendidikan. Dikatakan pendidikan Indonesia
belum relevan dengan kebutuhan di masyarakat. Untuk meninjau masalah ini kita
dapat menganalisisnya dari kurikulum yang ada, memang secara teori, kurikulum
yang sudah tersusun itu memberikan sebah harapan yang baik bagi kemajuan
pendidikan Indonesia, namun nyanya tidaklah demikian.kurikulum yang tersusun
itu tidak semudah yang dituliskan atau justru apa yang ada dan termaksud dalam
kurikulum tersebut juga memang tidak mudah untuk dipahami, jadi bagaimana
hendak terlaksana dengan abaik, jika lansadan utama pelaksanaan pendiidkan
tersebut saja sudah sulit untuk dipahami. Kemudian masalah manjemen pendidikan
yang masih berbelit juga memberikan sumbangan terhadap makin memburuknya
keadaan pendidikan Indonesia. Dikatakan bahwa lulusan pendidikan belum mampu
terserap atau memenuhi kebutuhan dunia kerja. Timbul pertanyaan apakah
pendidikan itu untuk sekedar menghasilkan tenaga-tenaga kerja atau terampil
saja? Jika demikian, maka dapatlah dikatakan bahwa pendidikan yang berjalan
dapat kita andaikan sebagai pabrik belaka, dimana pabrik itu menghasilkan
oarnag-orang yang siap pakai.
Berbagai
permasalahan yang ada telah dilakaukan berbagai solusi,solusi tersebut justru
menimbulkan munculnya permasalahan yang baru. Contohnya upaya untuk meratakan
pendidikan berupa penggunaan kelas bergilir atau perbaikan gedung sekolah telah
memberikan dampak terhadap rendahnya kualitas pendidikan, bagaimana tidak?.
Seharusnya siswa mendapatkan alokasi belajar 6-8 jam sehari dengan keadaan
tersebut, siswa hanya mendapat alokasi belajar 1 jam (kasus renovasi sekolah)
hal ini karena siswa harus bergantian dengan siswa dari sekolah lain yang
sednag direnovasi. Bahkan satu lokasi sekolah dipaksakan menampung siswa dari
beberapa sekolah lain, jadi terjadi antrian siswa untuk belajar. Masih banyak
upaya lai yang ditujukan untuk memperbaiki pendidikan Indonesia justru menjadi
masalah baru.
Menurut
analisis saya terhadap masalah-masalah pendidikan nasional, ada berbagai solusi
yang tepat. Dimana dari solusi yang akan saya sebutkan kemudian, yang utama
adalah bagaimana menciptakan atau memperdayagunakan insan-insan pendidikan yang jujur, jadi apa yang telah dirumuskan
yang secara teoritik sudah baik dan ideal akan terlaksana sesuai dengan standar
pendidikan yang dirancang. Sehingga semua system pendidikan nasioanal aakan
berjalan sesuai dengan kaidahnya. Mungkin inilah solusi unggulan hasil
analisis, sisntesis dan evaluasi dari berbagai masalah pendidikan nasional.disamping
ada upaya lain. Antara lain
-
solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung
jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Maka, solusi
untuk masalah yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana
fisik, kesejahteraan gutu, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga
perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan
sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam.
Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem
ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung
segala pembiayaan pendidikan negara.
- solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
- solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Untuk
mengobati pendidikan Indonesia yang sedang mengalamai sakit atau menghidap
penyakit kronis, maka harus diobati pada titik sakitnya, jika salah dalam
memberikan obat maka akan berdampak terhadap yang lain. Dan yang utama untuk
diobati menurut saya adalah orang yang terlibat dalam dunia pendidikan termasuk
guru sebagai tonggak dari pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar