Kamis, 24 Januari 2013

Bahasa sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah


Bahasa sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah
Oleh :Dirgantara wicaksono

     Latar Belakang

Manusia memiliki akal yang digunakan untuk berpikir. Berpikir dimaksudkan untuk mengetahui segala sesuatu, memecahkan masalah atau mencari kebenaran. Dalam proses berpikir, terjadi pengorganisasian dari pengalaman-pengalaman secara empiris atau eksperimen sehingga tercapailah suatu  pengetahuan.

Dalam melakukan proses berpikir, manusia membutuhkan sarana untuk berpikir. Sarana pada dasarnya adalah sesuatu yang digunakan sebagai alat. Hal tersebut termasuk ke dalam ciri manusia yang disebut homo faber, yaitu mahluk yang dapat menciptakan alat.

Pada dasarnya sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah. Melalui sarana berpikir ini, manusia dapat melakukan penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Adapun sarana dalam proses berpikir yaitu: bahasa, logika, matematika, dan statistika. Masing-masing sarana ini memiliki fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

Bahasa sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah memegang peran yang penting mengingat bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam peranannya sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lain. Sebagai peranannya sebagai sarana berpikir, bahasa digunakan dalam proses berpikir itu sendiri dan untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang didapat kepada pihak lain.

HAKIKAT  BAHASA

Bahasa memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Keunikan manusia bukan pada kemampuannya berpikir tetapi pada kemampuannya berbahasa. Ernst Cassier (jujun: 2003) menyebutkan bahwa manusia adalah animal symbolicum yaitu mahluk yang mengunakan simbol. Simbol-simbol ini merupakan hasil trasformasi dari objek-objek yang faktual. Simbol-simbol inilah yang memungkinkan manusia untuk berpikir.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian bahasa antara lain:
  1. Sistem lambang bunyi berartikulasi ( yang dihasilkan alat ucap) yang dipakai untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
  2. perkataan-perkataan yang dipakai suatu bangsa
  3. Percakapan ( perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik)
Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah serangkaian bunyi yang bermakna. Dalam hal ini, bunyi yang dimaksud adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang kemudian dirangkai untuk menjadi simbol hasil transformasi dari objek yang faktual.

Menurut Jujun, Bahasa memungkinkan manusia untuk berpikir secara abstrak dimana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol yang bersifat abstrak.   
Perbendaharaan kata atau simbol abstrak dari suatu objek faktual merupakan hasil kesepakatan masyarakat pemakai bahasa. Misalnya masyarakat pengguna bahasa Indonesia sepakat bahwa tempat tinggal seseorang disimbolkan rumah. Sedangkan Masyarakat pengguna bahasa inggris sepakat untuk objek yang sama menyebutnya dengan simbol house.

Transformasi obyek faktual menjadi simbol abstrak terwujud dalam bentuk perbendaharaan kata yang dirangkai dan diatur oleh tata bahasa tertentu yang kemudian digunakan untuk mengemukakan jalan pikiran atau ekspresi perasaan. Mengemukakan jalan pikiran merupakan aspek informatif dari bahasa sedangkan mengungkapan perasaan merupakan aspek emotif dari bahasa. Menurut Kneller (Jujun:2003) mengungkapkan bahwa bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif, dan afektif. Fungsi simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.

Bahasa memungkinkan manusia memikirkan sesuatu meskipun objek tersebut tidak berada didekat kita. Misalnya, pada saat istirahat makan siang, seorang karyawan memikirkan laporan yang akan disampaikan pada atasannya. Hal ini membuat bahasa memungkinkan manusia untuk memikirkan suatu masalah terus menerus. Jujun menyatakan bahwa melalui bahasa manusia hidup di dunia nyata yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.

Perbendaharaan kata yang dimiliki seorang manusia merupakan hasil  akumulasi dari pengalaman dan pemikiran manusia itu sendiri. Dengan Perbendaharaan kata yang dimiliki, manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikiran mereka. Sejalan dengan semakin maju dan berkembangnya manusia , maka semakin berkembang pulalah bahasa. Bahkan, di setiap komunitas tertentu banyak yang memiliki kosakata yang khas dalam bidang masing-masing , misalnya kosakata yang dimiliki oleh para dokter, para guru, atau bahkan profesi copet. Manusia selalu mencoba memberi simbol pada semua gejala fisik yang dialami.


HAKIKAT  BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ILMIAH

Sebagai mahluk sosial manusia harus dapat  berkomunikasi dengan manusia lainnya. Komunikasi berarti upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang lain. Proses komunikasi dikatakan efektif jika pesan atau informasi yang akan disampaikan oleh seorang komunikator sama dengan yang didapatkan oleh komunikan. Syarat utama bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi ilmiah adalah Komunikatif.

Komunikasi terbagi menjadi komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yaitu komunikasi melalui bahasa. Sedangkan komunikasi nonverbal melalui isyarat (gestur), gerak-gerik, suatu barang atau hal yang lainnya. Dalam komunikasi ilmiah yang digunakan tentu komunikasi verbal. Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang mengunakan bahasa sebagai hasil transformasi dari objek yang bersifat faktual menjadi simbol yang abstrak. Hal inilah yang kemudian menyebabkan manusia mampu memikirkan sesuatu.

Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berbentuk pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi ilmiah adalah bahwa bahasa harus terhindar dari unsur-unsur emotif. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi adanya salah informasi atau informasi yang didapat tidak sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan. Bahasa dalam komunikasi ilmiah bersifat reproduktif artnya apa yang disampaikan oleh komunikator maka itu pula yang didapatkan oleh komunikan. Oleh karena itu bahasa dalam komunikasi ilmiah  harus jelas dan objektif.

Komunikasi ilmiah menuntut kemampuan berbahasa dengan jelas. Hal ini berarti kata-kata yang digunakan harus diungkapkan secara eksplisit untuk mencegah kasalahpahaman makna. Oleh karena itulah dalam komunikasi ilmiah sering ditemukan definisi dari kata-kata yang dipergunakan. Hal ini dilakukan agar komunikan tidak memberi arti atau definisi yang berbeda dari makna yang dimaksudkan komunikator. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menghasilkan proses berpikir yang berbeda pula.

Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik, maka akan sulit bagi ilmuan untuk dapat mengkomunikasikan gagasan kepada pihak lain. Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pikiran dalam mendapatkan pengetahuan itu. Agar dapat mengemukakan informasi dan jalan pikirannya, seorang ilmuwan dituntut mampu menguasaai pengunaan ejaan dan tanda baca yang benar serta mampu membuat kalimat-kalimat yang efektif.

Melalui  bahasa sebagai alat komunikasi ilmuwan bukan hanya menyampaikan informasi, gagasan, atau pengetahuan saja tetapi juga harus menyertakan argumentasi yang menuntut kejelasan kosakata dan logika tata bahasa. Charlton laird dalam Jujun mengatakan bahwa  tata bahasa merupakan alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu. Hal ini berarti penguasaan tata bahasa yang baik  harus dimiliki dalam komunikasi ilmiah.

Karya ilmiah yang berbentuk tulisan harus menggunakan ragan bahasa formal yang memenuhi kaidah tata bahasa baku. Hal ini untuk menghindari ketaksaan/keambiguan makna. Masalah  ilmiah biasanya menyangkut hal yang bersifat abstrak atau konseptual yang sulit dicari analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan  hal tersebut, dibutuhkan kemampuan berbahasa penulisnya agar gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahpahaman makna.

Seorang ilmuwan sangat dituntut untuk menguasai bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah. Hal ini diperlihatkan dengan kemampuannya menyampaikan gagasan, konsep atau informasi melalui tata bahasa yang baik dan kosakata yang tepat. Dalam menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah harus dihindari kecenderungan yang bersifat emosional.  Selain itu, seorang ilmuwan juga harus memperhatikan format-format penulisan karya ilmiah seperti penulisan catatan kaki atau daftar pustaka. Bila semua telah dikuasai, maka seorang ilmuwan akan mampu untuk berkomunikasi dengan baik.


KEKURANGAN BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ILMIAH

Ada beberapa gejala yang dalam keadaan tertentu  menjadi kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi. Pertama,  bahasa memiliki multifungsi yaitu emotif, afektif, dan simbolik. Dalam komunikasi ilmiah tentu saja hanya fungsi simbolik yang dibutuhkan dari bahasa karena bahasa ilmiah harus bersifat objektif dan reproduktif.

Kekurangan yang kedua terjadi ketika penulis akan memberi definisi atau batasan dari sebuah kata/simbol tertentu. Hal ini terjadi karena batasan arti sebuah kata/simbol tersebut tidak jelas dan tidak pasti. Misalnya saat kita berusaha memberi arti dari istilah motivasi, sulit sekali untuk memberi gambaran, batasan atau arti yang jelas tentang kata tersebut.  Hal ini terlihat dengan banyak sumber ahli yang memberikan definisi motivasi dengan redaksi yang berbeda.

Kekurangan ketiga adalah dalam kondisi tertentu bahasa bersifat majemuk (pluralistik). Hal ini terlihat dengan adanya kata yang memiliki lebih dari satu arti. Misalnya kata bisa melambangkan dua konsep yang berbeda dalam kalimat ” Bisa ular itu bisa mematikan”. Kata bisa yang pertama menyimbolkan racun, sedangkan bisa yang kedua menyimbolkan mampu/dapat. Selain itu, dalam kondisi tertentu ada pula satu konsep yang dapat disimbolkan oleh beberapa kata yang berbeda. Misalnya konsep untuk sesuatu yang tidak memiliki tanda kehidupan bisa disimbolkan oleh mati, tewas, wafat, mampus, gugur, dan lain-lain. Sifat kemajemukan bahasa ini sering menyebabkan kekacauan semantik. Kekacauan akan terjadi jika dua pihak yang berkomunikasi memiliki konsep makna yang berbeda untuk simbol/kata yang sama atau mereka menggunakan sebuah kata yang berbeda untuk konsep yang sama.



Kelemahan lain dari bahasa yaitu dalam kondisi tertentu bahasa bersifat berputar-putar(sirkular) dalam menggunakan kata-kata terutama dalam pemberian definisi dari suatu kata. Kata data misalnya, diartikan sebagai bahan yang diolah menjadi informasi, dan kata informasi diartikan sebagai keterangan yang didapat dari data.  Hal ini tentu dapat menimbulkan kebingungan atau ketidakjelasan.


Beberapa kelemahan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para filsafat modern. Kekacauan dalam filsafat menurut Wittgetstein dalam Jujun mengatakan bahwa kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka menguasai logika berbahasa.

Kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dalam beberapa hal akan diefisienkan  melalui sarana berpikir ilmiah yang lain yaitu matematika. Melalui matematika, sifat kabur, majemuk, dan emosional dari bahasa dapat dikurangi.Dalam matematika dibuat lambang-lambang secara artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang dikaji. Jujun menyebutkan bahwa matematika adalah bahasa yang melambangkan makna dari pernyataan yang ingin disampaikan


KESIMPULAN

Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai alat komunikasi verbal dan sebagai sarana berpikir. Sebagai sarana berpikir ilmiah, bahasa juga memegang perangan yang tak kalah pentingnya. Melalui bahasa manusia mampu memberikan simbol terhadap suatu objek faktual tertentu. Hal ini memungkinkan manusia memikirkan suatu objek meski objek tersebut tak berada di dekatnya. Sebagai sarana komunikasi ilmiah, bahasa memungkinkan seseorang untuk berpikir dan harus mampu menyampaikan hasil pemikirannya tersebut kepada pihak lain.

Seorang ilmuwan yang baik dituntut untuk dapat menguasai tata bahasa dan kosakata yang baik dan benar agar dapat memikirkan sesuatu dengan sistematis dan teratur. Selain itu, seorang ilmuwan harus mampu menyampaikan gagasan atau pikirannya itu kepada pihak lain dengan tidak terjadi kesalahpahaman. Bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, apa yang ingin disampaikan komunikator sama dengan yang didapatkan oleh komunikan. Hal ini berarti bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi yaitu harus komunikatif.

Dalam kondisi atau keadaan tertentu bahasa memiliki beberapa gejala yang dapat menjadi kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah seperti emosional, kabur,  majemuk, dan sirkular( berputar-putar). Kekurangan ini dalam keadaan tertentu dapat diefisienkan melalui sarana berpikir yang lain yaitu matematika.

4 komentar:

  1. postingan bapak bagus sekali .
    perkenalkan nama saya , Ririn Munawarah - saya salah satu mahasiswi tingkat akhir yang sedang berencana membuat tugas akhir saya mengakat tema komunikasi ilmiah siswa SMA -

    dan postingan bapak menarik untuk di bahas .
    yang saya tanyakan, apakah bapak menggunakan buku tertentu dalam postingan ini ? jika ia - saya sangat senang jika bapak berkenan memberikan referensi nya .

    ini alamat email sya : ririnm19@yahoo.com

    terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih ririn atas komentarnya,saya menggunakan beberapa referensi untuk tulisan ini, salah satu yang paling dominan buku Jujun sumatri, filsafat ilmu,,

      Hapus
  2. Haloo pa, boleh tau nda tentang materi ini dr buku apa? Atau ada referensi buku untuk pembahasan kom estetik dan kom ilmiah

    BalasHapus
  3. terima kasih atas postingannya, bermanfaat sekali

    BalasHapus